Part#1

11 3 2
                                    

"Kau tau jo, aku kesepian disini tak ada yang bisa mengerti akan diriku. Hanya kau, yaa, kau saja yang bisa mengerti tentang ku. Kenapa kau pergi meninggalkan ku jo. Aku membutuhkan mu."batin Aciera.
.
.
.
.
.
.

Hembusan angin menerpa wajah polos putih, dipadu dengan mata foxy indah miliknya. Rambut yang terurai bebas menambah kecantukan gadis itu. Dalam genggaman nya terdapat sebuah foto seorang anak perempuan berusia 9 tahun dan seorang anak laki laki berusia 16 tahun. Mereka nampak dekat, seperti seorang kakak beradik.

Tak terduga sebulir bening lolos dari mata foxy indah miliknya. Hingga membasahi pipi mulusnya itu. Matanya hanya bisa terpaku pada foto yang ia pegang saat ini. Hatinya begitu merindukan sosok remaja lelaki itu.

Sosok yang sangat hangat baginya. Sosok yang selalu melindunginya.  Meskipun sudah delapan tahun berlalu, dia tak pernah bisa melupakan nya. Tidak, mungkin tidak akan pernah. Betapa sangat berarti sosok itu baginya.

" Kau tau joe, aku kesepian disini tak ada yang bisa mengerti akan diriku. Hanya kau, yaa, kau saja yang bisa mengerti tentang ku. Kenapa kau pergi meninggalkan ku jo. Aku membutuhkan mu."batin Aciera. Air mata nya kembali menetes, sejenak ia merasa sangat rapuh, hanya kesepian yang melanda dirinya kini.

•Flashback on•

"Dasar anak aneh! Pergi sana aku tidak ingin bermain denganmu. Kau itu bodoh, jangan bermain dengan kami. Dasar anak payah!"bentak mereka dengan berekspresi jijik.

Sementara Aciera kecil hanya terduduk denga memeluk lututnya disusul dengan air mata yang lolos di pipi mulusnya itu. Entahlah dia hanya bisa terdiam, ia takut. Mereka terlalu kuat untuknya. Mereka terlalu banyak mana mungkin seorang Aciera kecil bisa melawannya.

Mereka menjabak rambut Ciera sangat kuat hingga anak malang itu kembali menitikan air matanya. Tak hanya sampai disitu. Mereka mengeluarkan isi tas ciera dan mengisinya dengan sisa sisa bekal makanan mereka, dan melemparnya kearah Ciera.

Lalu ada salah seorang anak yang akan menendang nya, Ciera hanya bisa memejamkan mata nya menunggu tendangan keras itu tiba dibadan mungilnya. Tapi tunggu, Ciera tak merasakan apapun. Perlahan dia membuka matanya. Betapa terkejutnya Ciera, ada seorang remaja laki laki didepannya kini memeluknya.

"Ups, mm..maaf kak"ucap anak perempuan yang menendang remaja tersebut. "Heii, berhenti menyakiti nya. Harusnya diusia seperti kalian, belajar bukan malah membully. Pergi Sekarang! Atau aku laporkan pada orang tua kalian"bentak remaja laki laki itu. Kelima anak perempuan itu hanya memasang wajah datar dan pergi meninggalkan Ciera.

Ciera masih terduduk memeluk lututnya dia hanya terdiam dengan wajah lesu. "Kau tidak apa apa kan?"tanya remaja laki laki itu lembut. Ciera hanya menatapnya. "Ttt..terimakasih kak" ucap Ciera terbata bata."Ah iyaa, ayo! Aku antarkan kamu pulang"sahut remaja tersebut.

•••••••

  "Ss..sudah kak, sampai disini saja. Mmm..terimakasih telah mengantar ku."ucap Ciera dengan senyum merekah meskipun wajahnya tampak terlihat gugup. "Ahh baiklah."balas remaja laki laki tersebut dengan senyuman yang tak kalah ramah dari Ciera.

Ciera memasuki pelataran rumah nya. Entah, rumah nya nampak terlihat sepi. Sudah dia duga, pasti ibu dan ayah nya sudah berangkat ke London untuk mengurusi urusan mereka. Lalu seorang maid datang, dia menyambut Ciera dengan senyuman ramah. Ciera membalas senyuman maid tersebut. "Nyonya Andaeno dan Tn. Andaeno sudah berangkat ke London pukul 08.30 pagi tadi nona, dia bilang padaku untuk menjagamu."ucap maid tersebut. "Hmm..baiklah. Kapan ayah dan ibu akan pulang?"tanya Ciera. "Mungkin lusa nona. "Jawab maid tersebut."Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu nona"lanjut maid itu. Ciera melenggang memasuki pintu depan rumahnya, ia berjalan menuju tangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be Mine ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang