1

2 1 0
                                    

Aku terjaga dari mimpi yg kini tak bisa kuingat lagi, lalu untuk sesaat tercenung bingung di ranjang ku yg hangat. Jarum jam di weker Doraemon yg dibelikan Davi saat dia ke Jepang tahun lalu menunjukkan pukul setengah empat kurang lima menit. Masalahnya... Setengah empat apa? Pagi atau sore?
Tirai kamar ku yg tebal tertutup rapat, jadi aku tak bisa menebak nebak waktu dgn mengintip langit. Mau bangun rasanya males banget...
Jam setengah empat pagi kok.
Kayaknya 😅.
Mending tidur lagi aja... Ya, kan?
Tapi, tukang siomay yg barusan lewat di depan rumahku itu... nggak mungkin banget kan kalau dia sudah jualan jam setengah empat P-A-G-I? Jadi... Ini... Pasti... Jam setengah empat... S-O-R-E !!
Benar benar menyebalkan! Sore inikan aku harus pergi ke pasar festival di Kuningan untuk menemui sahabat ku yg tampan dan membantu dia mengemasi dagangan nya.
Aku sudah janji datang jam empat tepat, tapi konyolnya baru pada pukul setengah empat lewat lima menit akhirnya aku bisa benar benar terjaga.
Kini, setelah mataku terbuka dgn sempurna, aku buru-buru meloncat dari tempat tidur dan lari ke dlm kamar mandi. Baru saja melepas T-shirt, kudengar hp ku menjerit kan I Will survive- nya Gloria Gaynor. Terpaksa aku keluar lagi ke kamar.
Davi yg menelepon, dia tinggal di sebelah rumah. Sekarang cowok itu sedang bolos ekskul di sekolahnya, sakit entah apa sejak dua hari lalu. Waktu aku menengok nya tadi pagi, dahinya panas sekali. Aku dan Tante Mira- mama davi, berganti membujuk Davi agar mau pergi ke dokter, tapi cowok itu menolak. Davi memang begitu, paling males kedokter.

"Sya, bisa gua minta bantuan lu?"

"Apaan?"

"Kesini dong... temenin gua! Gua lagi beteee!"

"Duh, gua sih sebenarnya mau mau aja, Dav... Masalahnya gua kudu ke pasar festival nih, gua udah janji sama kan Reno buat bantuin dia nutup stan nya, lu kenapa? Masih demam, ya? Nggak tambah parah kan ?"

"Nggak, gua udah baikan kok, gua cuma mau lagi pengen di manja... Lagi pengen lu temenin aja. Nggak ada org normal di rumah gua sih, Sya. Yang ada cuma dua perempuan jahad yg seneng bgt kalau denger kabar ada artis cerai atau main gampar..."

"Hus, Nggak sopan tau, ngatain mama sama adik kamu kayak gitu!"

"Ya deh! Nggak lagi deh!, Kalau entar malem... Lu bisa kan ke rumah?"

"Gue, usahain ya"

"Oke, gua tunggu bgt ya, Sya! Gua kangeeen bgt sama elu nih..."

"Manja, ih! Kayak lu tinggal di Alaska dan gua di Banyuwangi aja!"

"Kok Banyuwangi? Ngapain lu di Banyuwangi? Mending nyebrang dikit.... Nyampai deh di Bali!"

"Aaarrgghh!"

Davi tertawa dan memutuskan hubungan setelah bilang jeritanku sexy.
Idiiih! Aku butuh buru lari lagi ke kamar mandi, gara gara Davi ngajakin ngobrol, aku jadi cuma sempat cuci muka dan gosok gigi.
Aku memutuskan mengenakan jins plus jubah panjang bewarna hijau pupus keluaran Puravida yg model lengannya kayak kelelawar, lalu lari ke garasi sambil menyambar tas rotan Kalimantan hadiah dari sepupuku yg suka bgt keluar masuk hutan 😅
Setelah lima menit akhirnya mobil ku meluncur mulus di jalan menuju pasar festival, syukurlah kemacetan di Kuningan tidak terlalu parah, tak sampai setengah jam aku pun sudah sampai hanya telat 5 menit saja

Ok, sekian dulu ya
Jgn lupa tinggalkan jejak dgn cara vote dan coment, makasih ya buat kalian yg udah mau baca cerita aku 😘😘

27 Mei 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Kamu 😆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang