2

31 2 0
                                    

Disinilah aku, duduk di kursi panjang, di stasiun kereta yg sepi ini. Yap, aku ketinggalan kereta. Memang sungguh malang hidupku ini. Sekarang aku harus bagaimana? Sudah jam 11 malam. Apa aku harus tetap ke Busan?

Perutku lapar, dan tidak ada toko makanan yang buka karena ini sudah larut. Baiklah, mungkin disinilah pengorbanan seorang reporter dimulai. Lagipula kenapa aku yang harus ke Busan? Apa mungkin Soha eoni ingin mengetesku apa aku pantas naik jabatan atau tidak? Entahlah, yang penting saat ini adalah, aku LAPAR.

Bagaimana ini? Ah.. Sudahlah aku tidur saja. Siapa tau saat aku bangun, keretanya sudah tiba. Kubaringkan tubuhku dikursi kecil ini. Dan, semuanya pun gelap.

* * *

"Tuuuut.... Tuuuut..."

         Suara apa itu? Tunggu, itu suara... KERETA!!!!! Aku langsung terbangun dari tidurku yg amat amat singkat. Tidak!!! Jangan ketinggalan lagi. Aku berlari, mengejar kereta yang sudah mulai jalan. Wahh.. Ternyata susah ya mengejar kereta, lagipula kenapa aku tidak menyadari kalau keretanya sudah datang?

      Aku terus berlari mengejar kereta itu, dan hap, aku menggenggam tiangnya, dan akhirnya aku masuk. Sungguh melelahkan. Tapi tunggu, kenapa keretanya penuh sekali? Ahh.. Padahal aku ingin duduk! Kenapa nasibku malang sekali. Baiklah, tidak apa apa, aku berdiri saja.

        Aku melihat jam yang melingkar manis di tanganku. Jam sudah menunjukan jam 03.00 malam. Oh tidak, sudah sangat larut.

     Aku berdiri lesu, sambil menggenggam pegangan agar tidak jatuh. Tiba tiba, ada seorang lelaki gendut yang lewat sambil berbincang dengan temannya. Tapi, apa ini? Dia mendorongku dengan pelan pelan sampai aku mau jatuh. "Hey!" ucapku, tak terima.

     Lelaki itu manatapku dengan wajah datarnya, lalu pergi begitu saja. Dasar orang aneh. Perjalanan ke Busan ini terasa sangat lama. Sampai tepat pukul 05.00 pagi, keretaku sampai di stasiun kota Busan. Akhirnya, ini sangat melelahkan.

   Aku berjalan keluar dari daerah stasiun. Sekarang aku harus kemana? Lokasinya saja aku tidak tau. Aku merogoh ponselku dalam saku lalu mulai menelfon atasanku.

       "Halo eoni, ini aku somi." ucapku setelah sambungan telfon terhubung. "Ada apa?" jawabnya, dengan nada jutek. "Aku sudah sampai di Busan. Aku harus apa dan kemana?"

     "Kau ini tolol atau apa? Pergi ke lokasinya. Oh ya, kejadiannya dijalan Saha-gu no. 45. Kalau tidak dapat info apa apa pergi ke kantor polisi terdekat." aku mendengar baik baik instruksinya.

    "Baiklah eoni, aku akan segera kesana. Terima kasih." ucapku, langsung menutup telfonnya.

    "Oke, jalan Saha-gu no.45"
tenan
      Apa apaan ini? Soha eoni membohongiku atau apa? Lihatlah, disini hanyalah jalanan yang sepi, kosong, dan tidak ada apapun. Baiklah, mungkin aku harus ke kantor polisi terdekat? Tapi dimana kantor polisi nya? Tidak ada kantor polisi di sekitar sini.

      Aku berjalan ke arah barat setelah melihat maps di ponselku. Tiba tiba, aku melewati toko makanan. Toko itu menjual berbagai macam kue basah dan kue kering. Ahh.. Aku baru ingat, perutku belum diisi sejak tadi malam. Sepertinya aku membawa uang cukup.

       Eh, kenapa resleting tasku terbuka? Perasaanku mulai tak enak saat melihat isi tasku. Benar saja, DOMPETKU HILANG!!!!!

    Bagaimana bisa? Oh ya! Tiba tiba aku teringat lelaki gendut yang menabrakku tadi. Apa dia mencuri dompetku? Oh tidak! Dasar somi, teledor sekali kau!

Bagaimana ini? Mungkin aku harus menyimpan dalam memoriku bahwa hari ini adalah hari tersial dalam hidupku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Somi ver 2...
Besok ada suga nya kok tenang
Jan lupa kasih bintang ya...
Heheheh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang