"Mabar cuy!" ajak Daffa kepada seluruh teman sekelasnya, itu tepat ketika guru keluar kelas. Mereka riuh dan mulai bermain game.
Begitu pula dengan Akmal, dia agresif ketika bermain game online. Lawan demi lawan, satu persatu dijatuhkan. Inilah yang membuat teman-temannya selalu mengajak Akmal untuk bermain. Dia melakukannya dengan baik. Dia bermain game online dengan sangat ganas.
Namun, ini berbeda pada realita. Ketika jam pelajaran sebelumnya telah bergulir, diganti dengan jam pelajaran berikutnya. Anak-anak sudah melepas headset dan siap untuk kembali belajar. Akmal menjadi tenang seperti biasa. Bahkan sangat tenang. Jika teman-temannya memanggilnya, apabila itu tidak mendesak, dia akan bersikap acuh tak acuh. Jika teman-temannya berbicara satu sama lain, Akmal akan diam seakan semua orang tidak ada. Jika teman-temannya diam seluruhnya, Akmal akan menjadi lebih senyap sampai-sampai agen FBI tidak bisa melacaknya. Hal ini tertanam dalam otaknya, "Bersama semua orang, kesenangan hanya saat bermain game online."
Matahari dan bulan silih berganti menghiasi langit. Hingga tiba saat ketika seorang siswa baru datang, dia tersenyum ramah pada semua orang. "Salam kenal, aku Zidan." sapanya, perawakannya yang tinggi, dada yang bidang, dan tinggi membuatnya maskulin. Jangan lupa kulitnya yang bersih dan cerah dihiasi dengan wajah tampan yang tersenyum ramah. Inilah lelaki idaman semua orang.
Setelah berbasa-basi, saling berkenalan. Zidan dipersilakan duduk di kursi kosong, dan disanalah kursi yang senantiasa kosong. Letaknya di sebelah Akmal. Dan Zidan berjalan santai kesana tanpa berpikir apapun, sementara yang lain tampak saling berbisik.
Akmal acuh tak acuh dengan seseorang yang berada di sampingnya. Walau bagaimanapun, sebentar lagi orang disebelahnya ini akan beranjak pergi dari kursi itu.
"Tidak akan ada yang tahan duduk disebelah Akmal, dia terlalu tertutup." bisik seseorang.
Zidan tidak peduli, pelajaran juga dimulai. Saat itu Zidan mengeluarkan bukunya dan tak tahan untuk menyapa teman sebangkunya, Akmal yang tengah sibuk bermain game online dengan headset yang menancap pada telinganya. "Belajar yang benar." intrupsi Zidan lalu menarik headset Akmal, membuat kepala Akmal tertarik dan condong ke arahnya.
Yang menonton peristiwa ini, agak syok. Bisa-bisanya Zidan mengganggu naga yang sedang tidur.
Headset yang ditarik terlepas, Akmal melirik tajam ke arah Zidan seakan berkata jangan ganggu aku.
Melihat itu, Zidan terdiam. Ketika Akmal kembali fokus bermain, dia menyeringai. 'semakin kau tidak ingin diganggu, semakin aku gatal untuk terus mengganggumu' batinnya, senyum iblis itu terpampang jelas. Membuat yang melihat senyum itu merinding. Zidan berbicara sendiri dengan suara yang pelan, itu bergumam, "Namaku Zidan, dan hobiku adalah mengganggu."
.
.
.
Bel istirahat berbunyi, seperti yang diharapkan, segerombol orang berada di sekitar Zidan. Bertanya entah itu tentang tempat tinggalnya, bermain game online atau tidak sampai ada yang menyinggung tentang teman sebangkunya."Bagaimana menurutmu tentang teman sebangkumu itu?"
Topik ini segera membuat Zidan tertarik. Sedangkan orang yang dibicara entah berada dimana. "Dia tidak banyak bicara, btw siapa namanya?" tanyanya.
Seorang perempuan bermake up agak tebal menjawab, "Dia Akmal, sejak awal masuk dia memang orang yang tertutup. Tidak ada yang tahan duduk sebangku dengannya." ujar perempuan itu, menopang dagunya.
Mendengar itu, Zidan terkekeh, "Benar begitu? Memang apa yang terjadi? Dia tidak menakuti teman sebangkunya kan?"
"Aku pernah sebangku dengannya, tapi berada di sampingnya membuat canggung kau tau?" sahut seorang lelaki berbadan gempal, namanya Daffa. "Tapi ku akui dia gamers yang hebat. Menyenangkan ketika bermain dengannya." tambahnya, tersungging.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Kau milikku.
RandomKetika mentari menyinari gunung yang diselimuti es. Akankah es itu meleleh dan menjadi hangat? Inilah kisah seorang pemuda hangat yang tersenyum hangat pada siapa saja dan seorang pemuda yang terisolasi dalam dinding es tebal. Akankah itu mencair at...