Bagian 3

3.9K 267 8
                                    

"Maukah kau pergi bersamaku sekarang?"

Kata-kata itu begitu saja keluar dari mulutnya. Black bahkan tidak mengerti mengapa ia bisa menanyakan itu.

Alis tebal dan indah itu bertaut. Matanya yang coklat dan tajam, menatap Black heran. Membuat Black berpikir bahwa ia adalah orang asing yang sok kenal dan sok dekat. Padahal bukan siapa-siapa. Tapi, ia sudah terlanjur mengatakannya.

"Kau mengajakku untuk bolos?" Sudut bibir tipis itu tertarik. Mampu membuat Black yang melihat itu terpana. Black bahkan mengedipkan mata berkali-kali.

"Ha? Bolos?" Black masih belum sadar. Senyum itu membuatnya kehilangan akal hanya dalam beberapa detik. Astaga ada apa dengannya?

Erick terkekeh lalu berjalan mendekatinya. "Aku ingin pergi bersamamu."

Siapa saja, sadarkan Black sekarang. Bagaimana Erick bisa terlihat memesona hanya dengan terkekeh seperti itu? Dan kenapa hatinya semakin berdebar-debar?

Setelah beberapa detik, Black berhasil mengambil jiwanya kembali yang sempat melayang. "Baiklah, ikuti aku."

***

Di UKS, Black menyuruh Erick untuk duduk. Berniat mengobati luka lelaki itu.

Pertama yang Black lakukan adalah mengompres lebam pada tulang pipi Erick.

Hening.

Sudah beberapa menit terlewati, namun tidak ada satupun yang membuka suara. Black bahkan sudah lupa tujuannya untuk menemui lelaki itu. Ia sibuk mengontrol jantungnya yang berdetak cepat. Black tidak mengerti mengapa ia seperti ini. Apa karena senyuman Erick?

Sangat konyol

Black yang sedang membersihkan luka pada sudut bibir Erick, memberanikan diri untuk menatap mata lelaki itu. Tak disangka pandangan mereka bertemu. Black langsung mengalihkan pandangannya. Apakah sedari tadi Erick menatapnya?

"Apakah dia pacarmu?" Suara berat Erick, sedikit mengejutkannya.

Black menghentikan kegiatannya, karena ia rasa sudah cukup mengobati luka Erick. Menatap lelaki itu dan menggeleng. "Bukan. Dia mantanku."

"Dia mengatakan padaku, untuk tidak mendekatimu."

Black menghela napas. "Aku tidak mengerti kenapa dia bisa seperti itu. Tapi aku sungguh menyesal, kau terluka karena aku lagi," ucap Black menunduk.

Tanpa sepengetahuan Black, Erick tersenyum tipis mendengar ucapan itu.

Black mendongak, menatap lelaki itu. Erick hampir saja ketahuan sedang tersenyum, karena ia langsung mengubah ekspresinya.

"Sebelumnya aku ingin bertemu denganmu dan berbicara seperti ini. Aku ingin mengucapkan terimakasih karena sudah membantuku saat kejadian malam itu," ujar Black akhirnya, setelah ia berjuang beberapa hari ini.

Black teringat kejadian kemarin, saat Erick memberikannya kotak susu coklat. "Tapi kenapa kau mengucapkan terimakasih padaku kemarin?" tanya Black.

"Malam itu kau yang menyelamatkanku."

Black menautkan alisnya dan berusaha mengingat kejadian malam itu secara detail. Beberapa detik kemudian, matanya membesar setelah mengingat kejadian itu. Memang benar, semuanya berawal dari niatnya sendiri yang ingin membantu Erick.

Black tersenyum. "Tidak masalah. Aku tetap berterimakasih padamu. Malam itu kita saling membantu. Orang jahat itu mencuri tasku, jika tidak ada kau, aku tidak bisa mendapatkan tasku."

Setelah mengucapkan itu, tidak ada respon apa-apa lagi dari Erick. Black merasa dirinya lah yang paling banyak berbicara, sedangkan Erick terus menatapnya.

MY PRECIOUS GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang