1. Eunha

75 9 0
                                    

Untuk pertama kali aku makan hari ini, setelah mengobati beberapa pasien yang terkena benda-benda tajam ketika sedang beraktivitas. Aku bekerja sebagai seorang dokter relawan di sebuah organisasi di bawah naungan perusahaan yang bekerja sebagai produsen makanan dan minuman serta pakaian, kalian pastinya sudah tahu seberapa terkenalnya perusahaan itu. Ansan Company, yap perusahaan yang itu, perusahaan milik seorang kpop idol, tepatnya milik kakeknya, yang kini cucunya menjadi pewaris sayangnya tidak tunggal, masih banyak saudara-saudaranya yang lain.

Mari kita skip tentang tempat aku bekerja. Sekarang aku akan menjelaskan tentang bagaimana awal aku berkarir. Aku memutuskan ingin menjadi dokter tepat saat kelas 12. Singkat cerita aku diterima di Hanyang University. Ketika tamat dan mendapat gelarku, aku melamar pada sebuah organisasi, dan diterima. Terdengar mudah memang, namun manusia terkadang memang tidak tahu bagaimana perjuangan di balik layar. Dan aku tidak mau bercerita tentang hal ini.

Aku sudah bekerja selama dua bulan di organisasi relawan ini, tunggu, aku belum memberitahu kalian nama organisasi ini, yang pasti mengikut nama perusahaannya, Ansan Volounteer Organization, orang-orang menyebutnya AVO. Kali ini  aku dan tim ditugaskan di sebuah desa,  Pulau Goeje, Korea Selatan, kami ditugaskan ke pulau ini, karena sempat dilanda wabah malaria beberapa hari yang lalu.

Oke, cukup tentang pekerjaanku dan segala hal yang menyangkut tentang itu. Kami kedatangan tamu. Para tamu itu masuk ke rumah kami, duduk di ruang tamu. Aku melihat mereka dari jendela dapur, dimana langsung terlihat ke ruang tengah.

Ketua tim kami menyambut mereka, diikuti oleh teman-temanku dan aku-yang baru selesai makan, aku sedikit menyeka bibirku.

Setelah perkenalan, mereka mengobrol dengan ketua tim kami, membicarakan bagaimana keadaan dan perkembangan kesehatan masyarakat di desa ini, tiga orang tinggal untuk sekedar mendampingi. Aku dan teman-teman yang lain buru-buru ngacir ke belakang untuk melanjutkan makan atau hanya sekedar duduk-duduk.

Jam 11 siang nanti, akan sampai barang-barang kebutuhan masyarakat setempat beserta alat medis, karena itu, kami istirahat sejenak sebelum mengangkut barang-barang tersebut.

Sebentar, aku jadi merasa aneh atau aku yang ke-geeran, salah satu dari mereka sesekali tertangkap sedang melihatku, ketika aku melihatnya, ia melihat ke arah lain, itu mengerikan!

Oh, lagi-lagi aku belum memberitahu kalian, tamu yang datang adalah boygrup korea, SEVENTEEN, gosipnya di antara mereka ada sang pewaris tahta, seperti aku katakan tadi, bukan pewaris tahta tunggal, aku tidak tahu siapa persisnya. Aku yakin, bukan seseorang yang dari tadi melihat diam-diam ke arahku!

"Eunha? Kenapa? Tertarik salah satu dari mereka ya???"

Oh no! Aku dipergoki, padahal tidak lebih dari sepersekian detik aku memergoki dia yang melihatku tadi, sekarang aku yang kena imbasnya. Alhasil aku hanya menggeleng.

"Kalau kamu tertarik juga tidak apa-apa, salah satu dari mereka gosipnya ada pewaris Ansan Company."

Kan benar.

"Kamu tahu yang mana Lisa?" Yerin beralih kepada Lisa. Lisa mengedikkan bahu.

"Menurutku," sekarang Chanwoo memberikan tebakannya, "Dia yang wajahnya blasteran." Anehnya, tebakan yang ia lontarkan, selalu benar, dan kami semua termasuk aku langsung manggut-manggut percaya.

Ketua tim-yang baru-baru ini kuketahui bernama asli Han Bin-kembali, dia menjelaskan, tujuan kedatangan mereka untuk membantu kami selama lima hari ke depan.

Suara klakson terdengar dari luar, itu dia, mobil pengangkut barang yang tadi aku ceritakan. Kami berbondong-bondong keluar, tentu anak-anak boygroup itu juga ikut. Kontainer itu dibuka, aku naik pertama untuk melihat alat-alat medis agar nanti dibawa dengan hati-hati.

Ada enam kotak medis, tiga berisi obat-obatan, dua lainnya berisi infus, dan satu kotak lainnya berisi alat-alat pengganti kalau nantinya alat medis yang kami gunakan tidak berfungsi.

Setelah semua kotak diturunkan, kami mengeluarkan isi kotak, yang tentunya kotak untuk kami, dan merapikannya. Chanwoo memanggil masyarakat sekitar, termasuk anak-anak, mereka berdatangan dengan wajah bahagia, melihat-lihat isi kotak bantuan tersebut, lalu mengambil beberapa barang yang mereka sukai, ada kotak pakaian, mainan, sepatu, dan buku.

Aku melihat seorang anak laki-laki, hanya berdiri diam, memandangi mereka. Aku menghampirinya, saat aku sampai ke tempat anak itu, seseorang yang lainnya juga sampai, ternyata dia salah satu anggita boygroup tadi. Kami berpandangan, lalu dia tersenyum, tampaklah deretan giginya dan terlihat gigi taringnya, sudah ganteng ditambah manis, lalu aku buru-buru mengalihkan pandangan ke arah anak tadi, dia langsung berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan anak di depan kami.

"Hai." Sapanya. "Ada apa?"

Anak itu tampak menahan tangisnya lalu beralih melihatku, ia menarik tanganku untuk mengikutinya. "Hei tunggu!" Salah satu anggota boygroup tadi mengikuti kami di belakang, tahu-tahu dia sudah sejajar dengan langkahku.

Akhirnya, kami sampai di rumahnya, dia membuka pintu, lalu kami masuk, aku sedikit terkejut, seorang laki-laki paruh baya, mengeluarkan busa dari mulutnya, kejang-kejang kah? Spontan aku langsung membuka kancing baju laki-laki itu, untuk melonggarkan pakaiannya, lalu memiringkannya ke sisi kanan. Aku menunggu beberapa saat, saat kejang-kejang sudah sedikit reda. Anak laki-laki tadi sudah menangis.

"Kita harus bawa dia ke rumah sekarang." Kataku.

Salah satu anggota boygroup tadi, langsung menggendong bapak tersebut. Kami berlari agar cepat sampai ke rumah. Aku memegang tangan anak laki-laki tadi yang juga ikut berlari. Ketika sampai anak laki-laki tadi di gendong oleh Lisa, bapak tadi langsung ditidurkan di atas bed. Chanwoo mengumumkan pada anak-anak dan orang tua yang sedang senang melihat-lihat barang baru, untuk pulang terlebih dahulu, dan nanti kembali lagi.

Aku dan Han Bin-yang juga dokter, kami langsung mengambil tindakan, dan juga dibantu oleh seorang perawat, Yerin.

Salah satu anggota boygroup tadi, baik, aku tidak tahu namanya siapa, nanti akan aku tanyakan, dia berjalan keluar lalu disambut oleh teman-temannya.

"Dok, kita tidak bisa lakukan CPR."

"Ya aku tahu. Dia tadi jatuh?" Tanya Han Bin padaku, ia mengamati pasien itu, memeriksa pupil matanya.

"Iya, aku sampai ke rumahnya, dia berada di ruang tamu dalam posisi terlentang."

"Harusnya kau tidak membawanya ke sini. Kau tidak ingat bagaimana pertolongan pertama untuk orang yang menderita kejang-kejang? Dia tidak boleh dipindahkan apalagi diguncang, jelas tadi dia di gendong oleh salah satu dari mereka, dengan berlari ke sini, itu membuat badannya jadi terguncang, bagaimana jika terjadi cedera???"

Han Bin menaikkan suaranya, dia marah, ya aku baru sadar tentang apa yang dia katakan, aku lupa bagaimana prosedurnya. Ini salahku, di tambah aku melibatkan orang lain, apalagi dia yang terlibat adalah orang awam.

Sadar kami menjadi bahan tontonan, Yerin mengambil sikap. "Han Bin, sebaiknya kau tidak berteriak, pasien sudah mulai tenang."



~bersambung~

Terima kasih sudah membaca 😄

29 Mei 2019

VolounteerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang