Aku membalikan badan lalu berjalan menuju tempat yang tidak ingin ku kunjungi. Aku menarik nafas panjang.
RUMAH SAKIT JIWA
Tempat yang begitu ku benci, aku tidak suka tempat ini. Sudah rutinitas ku untuk mengatakan banjingan jika berada di tempat terkutuk ini.
Aku berjalan kedepan tanpa melihat sekitar, mataku hanya mengarah ke depan. Sampai akhirnya sampai ke tempat tujuan di rumah sakit jiwa ini.
Aku terdiam sejenak, melihat sosok yang ada dihadapanku sekarang. Dia melihatku dengan tatapan yang sulit sekali untuk kuartikan, entah itu tatapan sedih, marah ataupun benci.
Aku mendekat ke arahnya, tanpa ku sadari semakin aku maju semakin sosok itu menatap ku dengan tatapan yang tajam dan dingin.
Melihatnya seperti itu aku makin sedih, aku bertanya tanya kepada diri ku " apakah dia membenci ku?" .
Aku tetap memajukan langkah ku untuk menghampirinya, tak peduli seberapa tajam tatapannya. Tetapi aku terkejut lalu akhirnya memberhentikan langkah ku tepat di lantai ke tiga menuju sosok itu.
Dia berteriak dengan kencang, lalu berkata "kau bukan anakku!" . Dia terus berteriak dengan kalimat yang sama berulang kali.
Sungguh ingin ku katakan, bahwa perkataan nya sangat membuat ku sedih. Perkataan nya sangat menggema di isi kepalaku. Oh damn
~~~
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah setelah kejadian yang membuat ku sedih itu. Rasanya aku ingin mengurung diriku dikamar lalu mencaci maki diriku sendiri.
Setelah sampai dirumah , aku melihat se sosok pria yang kini sedang melihat ke arahku dengan tatapan amarahnya.
Ayah sialanTidak peduli dengan tatapannya, aku melangkah maju. Lalu aku mengatakan dihadapannya "aku sungguh lelah" .
Dia menamparku dua kali, di pipi kanan lalu pipi kiriku. Sudah kuduga.
Aku berteriak kecil.Pasti dia tahu bahwa aku mengunjungi ibu, pasti dia tahu. Karena jika aku pulang dengan wajah murung.
"Apakah kau tidak mengerti? Untuk tidak pernah mengunjungi orang gila itu? Sudah berkali kali ayah bilang padamu JANGAN DEKATI DIA. dia bahaya untukmu, dia tidak menya--"
Ucapannya berhenti, karena aku menghentikannya. Aku muak mendengarnya, sungguh.
"Aku tidak peduli itu, urus saja dirimu dengan wanita baru mu itu" ucapku datar
Aku tidak menghiraukan ucapan nya lagi, aku meninggalkannya tanpa pamit. Dan menuju ke kamarku.
Aku tak menyukai hidupku yang seperti ini.
Jangan lupa vote y gaes-!