2

12.8K 1.1K 213
                                    

Warning! Rated M.

littlesunhyuck present.
.

.

Tidak ada hal spesial yang terjadi setelah kejadian sore itu.

Mark tetap menjadi seorang murid teladan—dan si Tuan Sempurna, sedangkan Haechan tetap menjadi murid berandalan yang suka mengangkat rok teman-teman gadisnya dengan sengaja; dan akan bersiul setelahnya disertai dengan tawa keras teman-teman lelakinya.

Mereka bersikap seolah bahwa kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Toh, buat apa juga?

Atau mungkin itu yang mereka pikirkan pada awalnya.

***

Suatu hari di pertengahan bulan Desember, angin berhembus dengan kencang, membawa serta butir-butiran salju bersamanya.

Mark yang baru saja selesai menghadiri rapat rutin dewan perwakilan kelas, berjalan melewati lorong sekolah yang sudah tampak lengang. Ia merapatkan mantel hitam miliknya guna menghalau dingin yang menerjang tubuhnya.

Lelaki kelahiran Kanada tersebut masih asik membaca silabus dengan cover yang memiliki logo serupa dengan sinyal wi-fi—yang sejak kemarin masih ia pelajari; ia ditunjuk sebagai perwakilan sekolahnya untuk mengikuti olimpiade di bidang tersebut.

Setelah berbelok dan melewati lorong di depan lapangan, atensinya teralih pada suara ribut segerombolan siswa lelaki—yang ternyata merupakan anak-anak club sepak bola sekolahnya.

Ia berpikir betapa bodohnya mereka karena bermain sepak bola di tengah hujan salju begini. Menatap satu persatu wajah asing tersebut, Mark akhirnya menemukan wajah yang familiar.

Lelaki manis itu bercerita dengan semangat penuh kepada teman-temannya. Bibir merahnya bergerak-gerak lucu disertai gesture tangannya yang heboh dan—oh! Jangan lupakan pipinya yang bersemu merah karena habis terkena udara dingin di luar sana.

"Kau lihat betapa hebatnya saat aku tadi mencetak goal hyung? Aku bahkan—" Pria manis itu masih asik berceloteh ria, tidak menyadari seseorang tengah menatap intens dirinya.

Mata hitam sekelam malam itu masih asik memperhatikan si manis dan menunggu dengan sabar, hingga akhirnya mata sewarna coklat madu itu bertemu dengan mata kelamnya.

Kedua belah bibir itu langsung terkatup dan membisu. Netra miliknya menatap Mark yang berjalan kearahnya sambil memegang sebuah buku tebal—yang ia yakini berisikan rumus-rumus tidak jelas —sebelum akhirnya, pria tersebut—Mark—berlalu begitu saja, seolah menganggap bahwa Haechan hanyalah angin lalu.

Meskipun begitu Haechan tidak akan melewatkan tatapan di balik kacamata tebal itu. Ia bisa mengingat jelas bagaimana mata kelam tersebut berkilat aneh ketika menatapnya—dan entah mengapa Haechan mengerti maksud dari itu.

Jadi disinilah Haechan sekarang, di ruang penyimpanan alat. Bersama Sang murid teladan, Mark Lee. Dengan bibir yang  bengkak dan memerah.

Kacamata Mark sudah dilepas, memeperlihatkan mata setajam elangnya dengan iris kelam. Ia duduk bersila diatas matras tipis dengan Haechan yang berada diatas pangkuannya. Lengan kekarnya melingkar manis di pinggang ramping itu.

Si pria manis berusaha mendominasi pangutan tersebut, sedangkan pria satunya hanya membiarkan. Mark menghisap lidah pria satunya yang berusaha menerobos ke dalam mulutnya, mengakibatkan lenguhan panjang yang muncul dari belahan bibir mungil itu.

"Strip."

Perintah tersebut berasal dari sang dominan dengan nada penuh penekanan; membuat Haechan tidak perlu berpikir untuk menolaknya. Perlahan namun pasti, Haechan mulai melepas satu persatu pakaian yang ia kenakan.

Dominoes. [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang