NINTH : BIRTHDAY PARTY

27 3 3
                                    

"Guys! Guys!" Fikri mendekati meja yang tengah dihuni oleh Shania dan Latifah dengan heboh,

"Tebak gue dapet apa?" tanya Fikri. Shania dan Latifah menatapnya serius. Fikri menaikkan alisnya, menunggu satu diantara temannya untuk menjawab.

"Gak ada yang mau jawab nih?" tanya nya lagi. Melihat kedua temannya kompak menggeleng. Fikri menghela nafas, ia menyodorkan sebuah undangan, diletakkan di atas meja diantara mangkuk bakso milik Shania dan Latifah. Mereka sekarang sedang ada di kantin, tidak seperti biasanya Shania tidak mendapatkan jadwal tambahan dari bu Eni ketika istirahat karena beliau sedang ada urusan yang tidak dapat ditinggalkan. Kabar itu mendapatkan respon sukacita dari Shania.

"Dapet dari mana?" Shania antusias melihatnya.

Fikri tersenyum jahil melihat Latifah, "Dari mantan tersayang dia."

Latifah mengerutkan kening, "Andre?"

"Mulai ngaku lo?" Fikri menaikkan alisnya naik turun berirama, menggoda Latifah. Latifah hanya menanggapi nya dengan datar. Tangannya dibuat menyilang di depan dada menatap Fikri tak ber-ekspresi.

"Kok bisa sih? Eh jadi kalian beneran dateng kan?"

Fikri tersenyum bangga, "Gue gitu loh. Nih Lat lo juga dapet."

"Yes!" ucap Shania senang.

Latifah meletakkan undangan itu di atas meja dengan menggelengkan kepalanya. "Gue enggak ikut."

Cibiran keras menjadi balasannya, "Suka gitu lo, gak asik banget sih."

Shania menggenggam tangan Latifah dengan penuh harap, "Ikut ya! Temenin gue, please!"

Dengan menatap kedua temannya bergantian, ia akhirnya menggangguk pasrah. "Iya, iya, gue ikut. Puas?"

***

Beberapa jam sebelum dimulainya birthday party Cakka, tiga serangkai itu sudah mempersiapkan diri untuk mempercantik penampilan mereka saat acara nanti. Dimulai dari spa, berlanjut ke salon dan membeli barang-barang yang cocok untuk dipakai.

"Ini gue udah cocok belum sih? Gak pede gue makek baju ini." ucap Fikri untuk yang kesekian kalinya.

Latifah menatapnya jengkel, "Sekali lagi lo nanya, gue tonjok muka lo."

"Apasih lo. Barbar deh, Eh Shan gue udah cocok belum nih?"

Yang ditanya hanya menyahut pelan, sibuk menatap pantulan dirinya di cermin yang terlihat anggun dengan dress peach selutut. "Gue keliatan gendut banget gak sih?"

"Elo orang lagi nanya, malah nanya balik. Enggak kok, lo udah cantik banget pokoknya."

Latifah membenarkan heels yang dipakainya lalu berjalan mendekati Shania. "Perfect! Tenang aja, pokoknya disana nanti jangan ada gerogi dan minder. Ini udah jam setengah tujuh. Mending kita langsung pergi, nanti keburu macet."

Sepanjang perjalanan yang bisa dilakukan Shania hanya memegang tali pada tasnya dengan erat. Ia tidak tahu kenapa yang jelas jantungnya berdegup dengan kencang dan tak beraturan. Ia tidak bisa mengaturnya. Hingga turun dari mobil dirinya tak bekata sepatah katapun.

"Rileks, Beib! Lo kesana kan mau liat doi bukan hantu, jangan setakut itu dong reaksinya!" sahut Fikri.

Shania menghentikan langkahnya di depan pintu masuk. Dari sana, ia dapat melihat banyak teman satu sekolahnya yang datang. Rata-rata dari mereka adalah anak-anak yang terkenal di sekolah, dari anak basket sampai anak cheers, mereka semua hadir.

"Gue nggak dandan terlalu menor kan, ya? Fik, Lat?"

Latifah menoleh, "Enggak, udah ayok masuk."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What Happens with My Weight?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang