3 - Tulip Merah

20 2 0
                                    


"Kita pernah dengan sungguh-sungguh berjanji untuk terus bisa menjadi satu. Namun itu dulu sebelum ada dia dihidupmu"

Pesta pernikahan anak kolega nyonya Malik sangat ramai. Antrian salaman kedua mempelai mengekor bagai ular. Ujung tak terlihat. Maira mendengus kesal ditambah hari liburnya diganggu. Kasur yang berkarakter doraemon merajuk tak ditiduri. 2 jam berlalu, antrian panjang. Maira izin ke toilet pada nyonya Malik, namun toilet hanyalah alasan untuk melarikan diri dari meriahnya pesta. Ia kabur mencari tempat persembunyian di sisi gedung. Nyonya Malik masih mengantri.

Gaun pink muda selutut, sepatu hils sangatlah mengganggu. Maira menemukan kursi di sisi gedung. Maira menyungging senyum, kakinya pegal. Di ambilnya ponsel cash doraemon, bibirnya menampakkan seringai senyum. Media social, Maira melihat video lucu viral. Maira tenggelam pada layar ponsel.

Seseorang mengambil ponsel Maira. Maira terkejut marah, diangkatnya kepala, dilihatnya jelas, matanya membelalak, mulutnya menganga. Maira hendak berdiri dilihatnya sosok dosen killer di hadapannya. Maira meneguk ludah, menghela napas. "Balikin hp gue!" bentak Maira.

Maira mengambil paksa ponselnya. Namun percuma saja. Ponsel telah berada dikantong celana lelaki menyebalkan.

Maira menghela berat. "Apa maunya sih nih orang" gumam Maira dalam hati. Maira menatap lelaki dihadapannya tajam.

"Lo gak ada kerjaan, balikin ponsel gue! Mau lo apa? Hah!" sergak Maira.

Lelaki tubuh besar menyunggingkan senyum. "Aku cinta kamu" ucapnya

Mulut maira menganga,

"Aku cinta kamu Khumaira Sofwah" tegas lelaki tersebut.

Maira menghela pelan tidak percaya. Maira hendak pergi meningggalkan dosen killer. Namun tangannya ditarik paksa, langkahnya terhenti. Maira kesal, dihempas keras tangan yang menggenggam pergelangan tangannya.

"Lepasin, lari dari hidup gue" Suara Maira naik 3 oktav.

"Aku minta maaf, Aku rindu kamu Maira."

Maira tak percaya, kepalanya menggeleng . lelaki dihapannya, sosok yang pernah disayangi, lelaki yang telah meninggalkannya. Enam tahun lamanya tanpa kata perpisahan. Sekarang dia kembali.

"Gue udah punya pacar, lepasin" Maira berusaha melepas tangannya.

Wajah dosen killer berubah, masam. Tangan Maira dilepas pelan. Maira pergi meninggalkan dosen killer yang berdiri kaku ditempat. Maira pulang.

***

Nyonya Malik pulang setelah tiga jam lamanya Maira menangis mengurung diri dikamarnya. Maira masih marah, ia tertidur pulas di kasur doraemon. Boneka doraemon sebesar dirinya di pelukan Maira.

Bagi Maira, Daniswara telah hilang, Mati di telan semut. Lelaki yang meningggalkannya enam tahun lalu tanpa permisi. Lelaki yang pernah disayanginya berubah menjadi sosok yang menjijikkan. Sekarang Maira telah bahagia dengan kehidupan barunya, tanpa Danis. Namun dia kembali hadir sebagai dosen di kampusnya, mengajar di kelasnya pula. Sahabatnya menyukai Dosen killer.

"pergii! Pergii! Per gii, gue benci lo" teriak Maira

Nyonya Malik cemas. Maira berteriak di kamarnya. Pintu kamar Maira terbuka, dilihatnya sang putri setengah sadar dari tidurnya. Maira mimpi buruk.

"Sayang kamu kenapa?" nyonya Malik mengelus kepala Maira pelan.

Maira membuka mata melihat ruangan kamar. Ia menangis memeluk nonya Malik. "Ra takut mah"

Gak apa-apa sayang, kamu hanya mimpi" nyonya malik menepuk-nepuk pundak maira pelan.

"Maira takut, dia akan sakitin Maira lagi" suara Maira terisak, ia menangis memeluk mamah erat.

Mamah terdiam, ia tidak mau berpikir yang bukan-bukan. Putrinya cukup terluka, tapi Danis memiliki alasan dia melakukan itu semua.

Maira tertidur di pelukan mama.

Nyonya Malik merasakan sakit hati putri nya, ia telah mengetahui semuanya. Tiga jam lalu Danis menemui nyonya Malik di lokasi pernikahan. Danis emminta maaf telah menyakiti putrinya. Ia juga mengembalikan ponsel dan memberikan sepucuk surat.

***

Maira bangun dari tidurnya, kepalanya pusing. Gaun yang ia pakai telah diganti piyama doraemon. Maira bingung, matanya memutar sekeliling kamar. Ponselnya berada diatas meja dan terdapat surat di bawahnya serta bunga tulip merah. Diambilnya bunga tulip, dihirupnya pelan dan mendalam. Terdapat banyak macam warna bunga tulip: Merah, kuning oranye, ungu, putih, dan merah muda. Maira menyukai tulip merah. Daniswara satu-satunya lelaki mengetahui pakta tersebut. Maira melirik secarik kertas yang menggangu pandangannya, diambilnya dan dibuka perlahan.

"Ra, udah enam tahun rindu aku tak bertuan, sosokmu membekas dalam ingatan, kamu harus tau Ra. Aku hancur, semua orang aku sayang pergi Ra. aku tau kamu benci aku Ra, jijik, marah. kamu berhak Ra, aku sadar kesalahanku.

Ra, kamu masih ingatkan, dulu kamu pernah janji, gak pernah minum kopi sama lelaki lain kecuali aku. Aku percaya kamu tepati janji itu Ra.

Ra, aku mohon maafin aku.

Ra, kamu juga pernah bilang "Kopi itu nikmat bila dinikmati selagi panas, ,namu jangan terburu-buru dalam meminumnya karena kamu akan terluka"

Ra aku sekarang terluka, aku hancur Ra. Tanpa meminum kopi panas aku telah remuk, aku tidak bisa tanpa kamu Ra.

Aku harap kamu maafin aku. Besok malam aku tunggu kamu di kafe favorit kita, sewaktu aku pulang Indonesia aku kesana Ra, café itu masih buka. Nama kamu masih ada di dinding, dinding cinta kita menyebutnya.

Aku rindu kamu Ra,..

Maira meneguk ludah, mendekap surat di dadanya dan menghirup Tulip Merah yang sedari tadi di pangkuannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ISTIKHARAH CINTAWhere stories live. Discover now