Bab 1

25.2K 1.1K 24
                                    

Tentu saja semua pemain Tessera Clocear akan didekati oleh murid-murid lain dengan gadget-nya. Rey memasang wajah senyum paksa dengan sorotan mata tidak suka. Akhirnya matanya mulai sakit karena sinar lampu gadget dan kamera. Sekarang dia paham kenapa kaca mata hitam besar sering dipakai para artis.

Rey kembali melihat murid dari jurusan jurnalis dengan tangan didekat matanya —mencoba mengurangi sinar lampu kamera. Orang yang sama yang mewawancarai Inna kini mendekati Rey. Oh tidak. Dia tidak mau menjadi sasaran jurnalis sekolah ini.

Di sisi lain Inna dan Ben terlihat sangat tidak nyaman. Inna yang secara langsung terlihat sangat tidak suka dan Ben berbohong lewat senyumannya. Noah justru mendapatkan perlakuan yang berbeda. Tidak ada sorot kamera menuju ke arahnnya.

Rey menyenggol lengan ketuanya, memberi isyarat untuk membantu mereka semua keluar dari kerumunan orang mencari perhatian.

Beberapa menit kemudian, Emerald Jade Eden dengan sikap sombongnya berhasil menarik semua perhatian orang. Rey tidak berpikir dua kali —atau ikut melihat apa yang sedang dilakukan Emerald, karena dia segera menarik Inna dan mendorong Ben pergi dari sana. Noah mengikutinya dari belakang, seolah menjadi pengawal.

"Detik-detik menjadi selebriti," kata Ben dengan tangan terlipat di dadanya, "Tidak menyenangkan,"

"Sejak kapan kita paling banyak disorot? Bukankah seharusnya tim di posisi pertama?" tanya Inna kesal.

Rey menghela nafas lelah, "Setidaknya kita berhasil lari dari mereka," katanya.

"Untuk sekarang," tambah Noah.

Ben terlihat menyadari sesuatu dan berkata, "Bukankah Emerald itu gadis yang sama yang memeluk—"

"Ben!" teriak Inna sambil menutup mulut Ben dengan tangannya. Wajah Inna memerah menahan malu. Rey tersenyum sambil menahan geli saja. Rey bukannya tidak tahu apa yang dimaksud Ben. Rey sudah beberapa kali melihat Inna malu-malu ketika bersama dengan Ali Horeswhite. Inna menyangkal, tetapi Rey tetap menggodanya. Tidak menyangka jika musim semi Inna sudah tiba.

Melihat Inna dan Ben yang sudah akrab, membuat Rey merasa senang. Sahabat airnya itu memang harus bersosialisasi. Bicara soal sosialisasi, sepertinya pangeran api masih tidak mau terbuka dengan timnya.

Rey melihat Noah hanya memandang anggota timnya tanpa mau repot-repot ikut terlibat. "Kamu kenapa?" tanya Rey kepada Noah.

"Tidak apa-apa. Aku masih lelah karena pertarungan tadi," jawab Noah.

"Apa yang akan kita lakukan?"

"Tidak ada. Kalian bertiga santai saja sementara aku akan melaporkan apa yang terjadi," Noah mulai meninggalkan anggotanya.

Rey harus akui. Untuk seseorang yang terlihat cuek dan dingin. Noah benar-benar contoh ketua yang baik. Hampir semua kasus yang terjadi kepada mereka semua akhir-akhir ini tetap tidak membuat Noah untuk tidak memikirkan timnya. Noah melaksanakan tugasnya sebagai ketua, dam dia bukan juga tipe yang suka memerintah orang lain tanpa alasan. Rey tahu bahwa Noah selalu memikirkan sesuatu sebelum mengutarakan pendapatnya —walaupun terdengar menjengkelkan. Bangsawan Dracred memang hebat.

"Melapor kepada kepala sekolah?" tanya Ben. Nada mulai khawatir. Noah tersenyum saja sebelum menjawab.

"Bukan." Balas singkat Noah yang dapat dipahami Rey. Rey tahu kalau Noah akan melapor kepada keluarga bangsawan atas insiden ini.

.o.O.W.O.o.

Ruang tunggu untuk pemain Tessera Clocear semakin ramai oleh kedatangan pemain lainnya. Seharusnya Noah berada bersama mereka, dan entah bagaimana bisa laki-laki api itu mendapatkan izin keluar.

 Seharusnya Noah berada bersama mereka, dan entah bagaimana bisa laki-laki api itu mendapatkan izin keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tempat ini bagus," kata Ben sambil duduk di sofa. Inna ikut duduk di samping Ben, sedangkan Rey memilih berdiri. Mereka bertiga merasa nyaman karena kini senior-senior mereka tidak memandang rendah mereka. Suara bisikan atau ejekan untuk Tim Soul tidak terdengar lagi.

Wakil ketua Komite Kesiswaan akhirnya memasuki ruangan. Menandakan bahwa alasan berkumpulnya mereka semua adalah karenanya.

"Pasti mengenai pemilihan kedua," kata Inna yang menatap kakak kelas wakil ketua itu dengan sangat sinis.

"Pemilihan kedua?" tanya Ben kepada Inna.

"Ya," jawab Inna jengkel, "Ada tiga pemilihan selama berjalannya pertandingan. Kamu tidak tahu?" tanyanya.

Ben menggeleng tidak tahu.

"Inna! Kamu tidak memberitahu apapun," kini suara Rey yang terdengar. Wajah Inna terlihat terkejut dan kini berubah menjadi lembut. Tanda bahwa Inna merasa bersalah.

Rey memijit dahinya. Dia lupa bahwa Inna dan Noah saat itu sedang bertengkar. Sudah pastinya ada informasi yang lupa mereka sampaikan. Seharusnya dia bertanya kepada mereka saat itu juga.

Pemilihan kedua. Rey melihat tim lainnya yang berada satu ruangan dengan mereka. Dia harus mencari pengalihan daripada memarahi Inna di sana.

Mata merah kecoklatan milik Rey manangkap sosok bermasker mulut yang juga tidak sengaja menatap balik kearahnya. Rey terlihat tidak suka. Bukan karena laki-laki itu berani menatap Rey dengan tatapan sinis, tetapi karena dia tahu siapa sosok itu.

Sudah lama sekali Rey tidak merasakan rasa marah dan kecewa. Kini perasaan itu kembali muncul.

Sosok itu melihat Inna yang berbincang dengan Ben. Rey yang menyadari itu segera menutupi arah Inna dengan tangannya. Sosok itu terlihat kesal. Rey tidak peduli jika pertandingan ini untuk menemukan Avrora atau lainnya. Kini dia ingin sekali mengalahkan laki-laki ini. Laki-laki berampung pirang dengan masker mulut hitam. Venus Lockhart.

Avrora : Red ThunderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang