Dasar Batu!
6 tahun silam aku dan suamiku baru punya anak satu, kami tinggal diperumahan tipe 21 dan mempunyai tanah huk. Suatu sore hujan sangat lebat yang akhirnya rumah hampir kebanjiran.
"Suamiku, kalau hujannya seperti ini lagi kemungkinan besar rumah kita juga akan kebanjiran seperti rumah sebelah, aku tidak mau kebanjiran lagi" Ujarku pada suamiku, teringat kejadian waktu tinggal dikontrakan tahun 2008 banjir besar menutupi ibukota, tidak hanya capek pisik, batin juga. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli perumahan dipinggiran ibukota.
"Baiklah, aku akan tanya teman, siapa tahu ada yang jual puing atau tanah" Jawab suamiku sambil meraih hapenya dan menghubungi seseorang.
"ohh, begitu ya, Okay, deal" segera suamiku menutup hapenya.
"Bagaimana pa?" tanyaku penasaran tingkat dewa
"Ma, besok tanahnya diantar, satu truk, harga juga tidak mahal, katanya tanah hitam" Jawab suamiku. Mendengar kata tanah hitam, angankupun melayang, bagaimana tidak, kalau nanti tanahnya sisa, akan aku pakai untuk melampiaskan hobiku yaitu bercocok tanam, aku akan membuat apotik hidup juga akan menanam bunga-bunga kesukaanku.
"Ma, jangan senyum-senyum sendiri gitu, aku tau pasti menghayalkan?" goda suamiku. Memang aku suka banget bertanam-tanaman, halaman depan rumah aja sudah penuh dengan pot pot yang semuanya tumbuh sumbur, aku ingin sekali punya kebun, sehingga kami mencari tanah huk untuk bisa kugunakan untuk menanam sesuatu.
Tak sabar hatiku, tiba-tiba jam 2 malam, hape suamikupun berbunyi.
"Ohh. Okay, aku keluar sekarang" jawab suamiku langsung bergegas keluar rumah. Mataku sungguh berat, aku hanya lihat punggungnya keluar kamar dan akupun terlelap. Paginya aku bangun seperti biasanya, kulihat suamiku tidak ada disamping. Jantungkupun langsung mau copot, langsung parno, tadi malam, suamiku tiba-tiba dapat telepon trus,.. kudenangar suara rame diluar, "Ohhh Tuhan, aku tidak sanggup Tuhan" Sambil komat kamit berdoa, sambil kubuka pintu depan.
"Ehhh, mama udah bangun!" Suamiku menyapaku dengan senyum tanda tanya. Aku masih sadar atau tidak
"Pa, apa yang terjadi, kamu baik-baik ajakan?" tanyaku dan kulihat didepan rumah sudah ada segunung batu kerikil bercampur tanah.
"Pa, ini apa?
"Ma, tenang dulu, ternyata temanku itu langsung menghubungi temannya dan bilang ada ready tanahnya dan tadi pagi jam 2 langsung diantar, inilah dia" suamiku berusaha menjelaskannya. Rasanya aku pengen jatuh pingsan, tadi kubayangkan aku akan kehilangan suami, ehh ternyata suamiku ada dan tanah hitam yang kubayangkan menjadi batu bercampur pasir dan tanah. Ohhh, kenapa jadinya begini? Akupun terdiam, aku bersyukur suamiku sehat-sehat saja, walaupun tanah hitam berubah jadi batu.
Setelah selesai pengurukan rumah, batu yang sisa kami taruh ditanah kosong, tanah yang kuimpikan jadi kebun apotik hidup, dengan sedih kami menumpuk batu tersebut hingga semuanya penuh dengan batu.
"Apalah yang kuharapkan dari sini? Tanam apapun tidak akan tumbuh" celotehku dalam hati.
Cukup 6 tahun lebih tanah ini tidak berfungsi dengan baik, sudah berkali kali menanam sesuatu, semuanya gagal, hingga aku memutuskan selama liburan lebaran ini, aku menggali batu tersebut, karena batunya tercampur dengan tanah, maka aku harus memisahkan batu dengan tanah, aku gali dan gali terus, tangankupun hampir terluka, perih dan ngilu.
Sepanjang hari dibawah terik matahari aku menggali batunya dan besokpun aku akan melanjutkan, hingga benar-benar bisa ditanami tanaman. Dasar batu!
Tangerang#3Juni#sambilmeganginjari2yangmulaikasar