Makanan yang dianter Bibi tadi udah habis, Neysa ragu harus naruh piring gelas nya ke bawah atau nunggu Bibi aja. Tapi kok kayaknya ga sopan banget minta ditaro in juga. Terus tadi Bibi juga bilang kalau anak-anak bunda yang lain sedang berada di bawah, di ruang keluarga.
Ia ragu, atau lebih tepatnya takut. Gak pengen turun, tapi kalau gak turun kok kayaknya ga tau terimakasih banget, dan tentunya tidak sopan, bagaimanapun juga Neysa adalah orang baru dirumah ini.
Neysa pun memutuskan turun. bodoamatlah gimana pun caranya juga ia harus turun buat makan malem nanti, mending sekarang. ia gak peduli kalau anak-anak bunda gak suka sama Neysa atau sebagainya, itu urusan nanti.
Neysa melangkah dengan hati-hati, ruang keluarga ada di sebelah tangga dan jauh dari dapur. Sebagian dari dirinya berusaha tidak ketahuan dengan melangkah sepelan mungkin, padahal ia tadi sudah memutuskan untuk tidak peduli, labilnya
Terdengar suara-suara cowok yang sepertinya sedang main PS atau apalah itu. Dan suaranya ramai. kayaknya banyak. Ia baru sadar kalau Bunda tidak bilang sama sekali anaknya ada berapa, dan disini sama sekali gak ada foto keluarga. Sungguh, Neysa deg-deg an bukan main. seperti nya ia akan memilih untuk ke dapur diam-diam dan balik ke kamar diam-diam juga. Kan aneh kalau dia ntar ke ruang keluarga dan tiba-tiba bilang 'Hai' dengan canggungnya.
Ia berhasil melewati tangga dan menuju dapur, matanya terlalu fokus menunduk menjaga piring dan gelas agar tidak jatuh dari nampan, tapi langkahnya terhenti ketika merasa ada orang di depannya, hanya sepasang kaki yang tertangkap oleh matanya yang sedang melihat ke arah bawah.
yang ia tahu pasti, itu bukan kaki Bibi.
Oh god..
Untungnya Neysa bukan tipe orang yang gampang kaget terus teriak. ia berusaha setenang mungkin. dengan berusaha menyembunyikan rasa takut, ia mengangkat wajahnya pelan.
Di depannya ada seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengannya, sedang melihat ke arahnya dengan tangan yang penuh oleh berbagai snack dan minuman soda.
mereka berhadapan, dan sekarang bertatapan.
Sunyi.
Canggung.
Neysa gugup dan melampiaskan hal itu dengan menggigit bibirnya. ia memutuskan untuk tidak berbicara sepatah kata pun hanya tersenyum camggung, matanya ia alihkan melihat dapur dan sekitar, berusaha tidak kontak mata dengan laki laki di depannya. Sampai sang laki laki terkekeh kecil dan mulai berbicara.
"Neysa ya?" tanya laki laki itu sembari minggir, memberikan jalan kepada Neysa agar dapat menaruh cucian kotor ke wastafel.
Neysa menggangguk pelan dan melewati laki laki itu dengan hati hati, melangkah canggung ke arah wastafel. tapi cowok tersebut tetap berdiri disana, membuat Nesya enggan berbalik dan memilih untuk mencuci piring dan gelas kotornya. Baru saja ia ingin mengambil sabun, laki laki itu mengeluarkan suara lagi.
"gausa di cuci, biar Bibi aja" Ujar laki laki itu.
gerakan Neysa terhenti sebentar, "oh, gapapa dicuci aj—"
"Oi?" panggil laki laki itu. Membuat Neysa mau tak mau menengok, "gausah di cuci" ujarnya lagi dengan nada sedikit memerintah.
"ohh.. iya" sahut Neysa pelan. meninggalkan piring kotor dan berbalik menghadap laki laki itu, dengan sangat canggung tentunya
"Sampai kesini kapan?" Tanya laki laki itu, "Oiya, gua Fajun. Paling tua kedua."
Paling tua kedua katanya? emang anaknya bunda ada berapa sih? terus kalau yang kaya seumuran aja udah bilang paling tua kedua berarti ada lagi yang lebih muda kan??
![](https://img.wattpad.com/cover/189778269-288-k379535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Baik Matahari Menyerah -nct dream.
Teen FictionMatahari memilih untuk menyerah bukan karena ia kalah. Tentang 8 insan penuh ketidaksempurnaan, saling menyinari tanpa tahu diri.