Chapter 2

124 10 0
                                    


Semenjak kejadian aku yang kembali tersesat di hutan Ame gara-gara mengejar seekor rubah, kak Neji tidak mengizinkanku untuk berjalan-jalan ke luar. Alasannya adalah, ia tak ingin jika aku kembali masuk ke hutan, lalu tersesat, dan khayalanku tentang pahlawan penunjuk jalan keluar itu semakin menjadi-jadi.

Arrgghh!!

Benar-benar menyebalkan!

Dia fikir aku sudah gila?!

Naruto itu bukan khayalan!

Berkali-kali aku mengatakan itu, tapi ia tetap menyangkalnya. Membuat aku berkali-kali mengacak rambutku dengan frustasi.

Jika aku kembali bertemu dengan Naruto, aku akan mempertemukannya dengan kak Neji, dan aku pasti akan mendapat tontonan gratis berupa wajah melongo dari kak Neji.

Dan di sinilah aku sekarang. Di halaman belakang rumah mendiang kakek dan nenek yang kini atas nama ayahku. Duduk sendirian dengan perasaan kesal pada kak Neji sambil sesekali memainkan hanphone untuk melepas rasa bosan.

Tak lama, terdengar langkah kaki dari arah belakang yang menuju ke arahku. Aku berbalik, dan mendapati ayah sedang berjalan menghampiriku sembari tersenyum.

Ia mendudukkan diri di sebelahku.

"Kenapa tidak jalan-jalan ke luar?" tanya ayah tak lama setelah ia duduk.

Aku merengut kesal, "Neji-nii melarangku untuk keluar, otou-san. Ia bilang agar aku tidak kembali tersesat di hutan Ame seperti kemarin"

"He? Kau tersesat lagi? Kenapa tidak memberitahu otou-san sejak kemarin?" Raut wajahnya terlihat khawatir. Oh, aku lupa bahwa seharusnya aku merahasiakan ini dari ayah dan ibu.

"Hehe, gomen otou-san. Aku tidak mau membuat kalian khawatir, lagi pula aku baik-baik saja" aku tersenyum seakan membuktikan bahwa aku baik-baik saja. Nyatanya aku memang baik-baik saja, kan?

"Syukurlah, tapi apa Neji yang menemukanmu? Setahu ayah, sejak dulu Neji tidak pernah mau memasuki hutan itu. Ia bilang tak ingin menjadi menu makan malam para yokai" kata ayah diiringi kekehan di akhir kalimatnya. Aku ikut terkekeh menanggapinya.

"Tidak, otou-san. Neji-nii hanya mencariku di sekitarnya saja, tidak sampai ke dalam" jawabku.

"Lalu, bagaimana kau bisa keluar?"

Aku menghela nafas sejenak, "Aku tahu ini mungkin sulit dipercaya. Mungkin ayah akan berpendapat sama seperti Neji-nii. Tapi aku bersumpah ini bukan khayalan!"

"Maksudmu, anak laki-laki yang menolongmu waktu kecil kembali menolongmu?" tanya ayah dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Ya. Dan dia kini sudah menjadi remaja. Kami sudah bicara banyak selagi ia mengantarkanku keluar dari hutan. Dan akhirnya, aku mengetahui siapa namanya. Kami sempat berkenalan" jawabku sambil tersenyum kecil. Dan dia tampan!

"Lalu, siapa namanya?"

"Uzumaki Naruto" sejenak, aku melihat ekspresi terkejut di wajah ayah. Namun, tak lama kemudian, ia tersenyum. Bahkan lebih lebar dari sebelumnya.

"Ada apa, otou-san?" tanyaku.

"Tidak ada apa-apa. Otou-san hanya ingin bilang... Otou-san percaya padamu" jawabnya sambil menatap lurus ke arahku. Senyum itu tak luntur dari wajahnya. Tangannya terangkat untuk mengelus rambut indigo mililkku. Wajahku berubah ceria.

"Benarkah?" tanyaku antusias.

"Tentu" jawaban ayah benar-benar di luar perkiraanku. Aku pikir ayah tak akan percaya. Aku menatap mata ayahku untuk mencari setitik kebohongan di matanya. Namun tak kutemukan. Aku langsung memeluk ayahku sambil bergumam, "Arigatou, otou-san!"

On The SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang