Prolog

35 9 0
                                    

Ada sebuah kutipan terkenal yg menyatakan bahwa, kita-manusia lebih mengenal permukaan bulan daripada kedalaman lautan. Kutipan itu ada benarnya juga, sebab manusia lebih senang meneliti bola tandus raksasa dibanding lautan dengan berjuta-juta ekosistemnya.

"Sebentar lagi lautannya akan terlihat."

Suara Papa memecahkan lamunanku, dengan segera ku alihkan pandanganku dari buku dan memutuskan untuk membuka kaca jendela mobil untuk melihat lautan seperti yg Papa katakan. Setelah kaca jendela terbuka, desiran angin laut menerpa wajahku, wanginya khas, perpaduan antara air asin dan udara hangat yg menyapu lembut permukaan kulitku.

Angin berdesir terbangkan pasir ~

Awan menghitam badai'pun datang ~

Datanglah padaku wahai sayang ~

Temui aku di pesisir pantai ~

"Zevania!"

Aku tersentak, pandanganku memburam, kepala terasa berputar-putar. Sesuatu menetes dari hidungku, berwarna merah pekat dan berbau karat.

Ckiit

Papa menghentikan laju mobilnya, ia lantas berbalik dengan raut wajah panik.
"Ada apa Zeze, kenapa hidungmu berdarah?"

Aku termenung, sebuah suara nyanyian kembali terngiang di pikiran, "Apa Papa menyalakan radio?" tanyaku.

Walau dengan kebingungan yg kentara, Papa menjawab, "Tidak," jawabnya. "kenapa, apa kau merasa pusing?"

Papa memberikan selembar tisu, dengan segera ku sumbat hidungku sambil menjawab, "Ya, Zeze merasa pusing, sangat pusing."

"Tidur 'lah Zeze, Papa akan membangunkanmu ketika sudah sampai."

Ku anggukan kepala sambil menyandarkan tubuh dan menutup mata.

Samar-samar aku mendengar sebuah bisikan.

'Selamat datang'

Notice:
Halo halo hola hai, ini cerita pertama aku yg aku publish. Ngomong-ngomong, prolog yg kemaren aku ganti ya, soalnya berantakan bangeeet. Oh iya, kalo emang ada kesalahan jangan sungkan ya, bilangin aja sama inviyaa. Aku butuh banget saran dan kritik kalian.
Seperti apa yg di dengar Zeze :

Selamat dataaang

                            

See You SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang