Bab 1

10 5 2
                                    

"Zeze, apa kau benar-benar yakin untuk tinggal di sini?" Papa bertanya untuk yang kesekian kalinya.

"Aku yakin, Pa!" jawabku.

"Kau tidak perlu seperti ini, kami sama sekali tidak menyalahkanmu," bujuknya.

"Tapi, aku menyalahkan diriku sendiri,"

   Hening~

Papa terlihat menghela napas dan menggelengkan kepala, "Kau memang keras kepala, persis seperti ibumu," ucapnya.

Aku hanya tersenyum tipis untuk menjawabnya. Aku tahu jika Papa mengkhawatirkanku. Namun, keputusanku sudah bulat dan aku tidak ingin mengambilnya kembali.

"Jika kau berubah pikiran, segera hubungi Papa. Jangan terlalu merepotkan Nenekmu, berusaha lah untuk belajar mandiri,"

"Aku tahu, terima kasih, Pa."

Papa menghampiriku dan tersenyum, "Kau sudah besar, Zeze," ucapnya sambil mengelus rambutku.

Aku akan merindukan sentuhan ini, aku akan merindukan mereka.

"Jaga dirimu baik-baik, Papa akan menghubungimu seminggu sekali,"

Tapi, lebih baik jika seperti ini.

"Oh ya, Papa sudah mendaftarkanmu di sekolah terdekat. Kau boleh masuk lusa depan, Nenek akan mengantarmu nanti."

Ku anggukkan kepala sambil tersenyum lebih lebar, aku tidak boleh terlihat sedih di depan Papa.

Tiba-tiba terdengar gerakan dari lantai dua, suara gemeretak lantai kayu dan langkah kaki yang tergesa-gesa.

"Kau akan segera pulang?" Ucap satu suara dengan nada lembut yang kentara.

Ku alihkan pandanganku dan bertemu dengan satu sosok yang mengakui ku sebagai cucunya.

"Ya, pekerjaanku masih banyak," balas Papa sambil berjalan keluar menuju sebuah mobil yang terparkir di halaman.

Aku dan Nenek mengikutinya sampai Papa berhenti di depan pintu mobil.

"Ada yang ingin Ibu bicarakan denganmu," ucap Nenek, kemudian dia memalingkan wajahnya padaku.

Oke, sepertinya aku adalah eksistensi yang tidak diharapkan di sini.

"Aku akan ke dalam dulu, Nenek bicara lah dengan Papa."

Dengan lamban ku gerakan kakiku untuk melangkah menjauhi mereka. Sebenarnya,  aku sedikit penasaran tentang apa yang akan mereka bicarakan. Namun, akan sangat canggung rasanya jika aku tetap berdiri di sana, di saat Nenek jelas-jelas hanya ingin bicara berdua dengan Papa.

Orang tua dengan segala rahasianya.

Sejenak, ku palingkan wajah dan di hadapkan pada pemandangan di mana Papa yang terlihat mengerutkan kening, dan Nenek dengan raut wajah seriusnya.

Nenek terlihat menjelaskan dengan sungguh-sungguh. Sekilas, ku perhatikan gerakan bibirnya dan akhirnya mengerti,  mengapa Nenek tidak ingin aku ada di sana.

"Zevania, kemari lah."

Apa mereka sudah selesai? Kenapa begitu cepat, padahal aku yakin pembicaraan itu masih panjang.

"Ada apa, Pa?" tanyaku sambil berjalan mendekatinya.

Papa kemudian memelukku sambil berkata, "Kau harus menjaga dirimu sebaik mungkin, turuti apa yang di katakan Nenekmu, tidak semua hal bisa kau selesaikan sendiri, oke?"

Sekarang aku lebih yakin tentang apa yang mereka bicarakan.

"Hmm," gumamku.

"Sudahlah, Nenek yakin jika Zeze sudah dewasa. Oh ya, berapa umurmu, Sayang?"

"Tujuh belas," jawabku sambil melepaskan pelukan Papa.

Akan sangat memalukan jika orang lain melihatnya.

"Wah, kau memang sudah besar. Terakhir kali Nenek melihatmu saat Kakek masih ada di sini, dan itu sudah lima tahun yang lalu," ucap Nenek saat melihatku ke atas dan ke bawah.

Aku memang jarang bertemu Nenek, apalagi setelah Kakek sudah meninggal. Nenek tak pernah ingin meninggalkan rumahnya, dan aku selalu sibuk dengan duniaku sendiri.

"Kalau begitu Papa pergi dulu, ini sudah terlalu larut," ucap Papa saat menghidupkan mesin mobilnya.

"Hati-hati di jalan," ucapku dan Nenek bersamaan.

Papa hanya tersenyum tipis dan melambaikan tangan. Kemudian mobil bergerak maju, meninggalkan aku berdua dengan Nenek. Ku lambaikan tangan sampai Mobil menghilang di ujung jalan.

Aku tak ingin melakukan ini, aku ingin pulang bersamanya dan kembali ke rumah. Aku tak ingin Papa meninggalkanku.
Namun, aku tahu. Bukan Papa yang mencoba pergi, tetapi aku yang melarikan diri.

"Ayo masuk ke dalam," ucap Nenek sambil mengelus bahuku.

Aku hanya tersenyum pada Nenek. Namun, entah kenapa, aku merasakan pahit di ujung lidah.




Notice:
Halo halo hola hai, akhirnya Bab pertama rilis juga. Kira-kira Zeze kenapa ya? Ada yang bisa tebak gak?
Ohya, kalo ada kesalahan jangan sungkan ya, koreksi ajaa.

Inviya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See You SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang