Seketika, teringat pada bibir yang mengambang reruntuhan mawar pada senyumnya,
April ini kuceritakan bagaimana senja terasing dalam kenangan.
Berharap pada setitik Rindu yang terpasung sunyi,
Dinda,!
Berjalan pada reranting al-manak yang perlahan gugur, menapaki waktu diantara goresan luka.
"Sakit itu dalam dinda,! Maka dekaplah. sampai waktu tak sepaham dari mana dia akan mengeja kenangan."
Seketika teringat pada air matamu yang lusuh, tersimpan dalam bait, dan tersusun sebaai puisi.
Engkau adalah siluet yang mengagungkan nama rindu; namun randu setelah petang meminang senja.
Aku abadikan engkau dalam sajak, setelah dipersembahkan namamu pada tanah asal muasal aku tertidur lamaZaenEm
Madura. 26-08-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sajak Rindu
PoetryAku menyapamu pada secarik harfa yang tiap kali ku eja... menjemput rindu di sepanjang trotoar kenangan, dan masih bertanya perihal nama yang selalu membawa duka ketika petang meminang senja... Ah... Bagaimana perlahan waktu mengubur segalanya?