0.0 Prolog

14 2 0
                                    

Deretan rumah-rumah kecil membuatku keheranan. Aku baru sadar, sudah berjalan cukup jauh dari rumah. Teriknya sang surya membuatku menyerah untuk berlanjut menyebarkan selebaran  ini.

Aku memutuskan untuk duduk di salah satu teras rumah yang menghadap langsung ke jalan raya. "Sepertinya, sudah tengah hari. Apa aku main aja, ya? Tapi ... mereka mainnya kan ponsel yang bagus." Aku menghela napas panjang. Hari-hariku tak pernah ada yang spesial, selain menyebarkan selebaran ini.

Saat aku tengah melamunkan nasibku, tiba-tiba tanah terasa mengguncang. Derap langkah kaki terdengar saling bersahutan. Desahan napas membuatku terkejut. Suara apakah itu?

Dalam celingak-celingukan ini, seorang gadis dengan rambut terurai panjang melintas secepat kilat di sisi kananku. Kukira, itu kuntilanak yang bekerja shift siang. Aku melihat punggungnya sampai perempuan itu tenggelam oleh lautan kendaraan. Ya, perempuan itu melintasi jalan raya.

Tak lama setelah aku melamunkan perempuan aneh itu, kurasa, punggungku di tepuk oleh seseorang. Akupun dengan refleksnya menoleh. Pria paruh baya berwajah garang, menyorot mataku tajam.

"Kau lihat gadis cantik di sekitar sini?" tanyanya dengan suara berat. Aku ragu untuk menjawab, lalu, aku anggukan saja.

"Kemana, dia!" ia berbicara sedikit menyentak.

"Ke-ke-kesana." Jari telunjukku menunjukkan arah si perempuan tadi. Detak jantungku masih belum normal.

Lalu pria itu kembali berlari dengan dengusannya. Apa tadi aku menjawab dengan jawaban yang ..., salah atau malah ..., benar? Sebenarnya, ada apa mereka? Gak capek apa, siang bolong gini berlari tanpa henti?

Aku yang terlalu memikirkan mereka, berusaha untuk melupakannya. Aku mulai berlanjut untuk memasang selebaran-selebaran ini, tanpa henti. Mungkin.

※※※

#June2k19
Halo, happiness. ♡
Ini baru prolognya aja, ya. Menerima kritik dan saran perihal penulisam yang masih salah, dan lainnya. ^_^

INSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang