Cuaca Jakarta kala itu cukup cerah, seharusnya cukup untuk membahagiakan anak-anak SMA yang menikmati liburan naik kelas. Tapi tidak berlaku untuk seorang gadis yang terus menggerutu dari 2 jam yang lalu. Namanya Anne namun oleh lidah-lidah Indonesia, ia disapa Anna. Tak peduli dengan keadaan sekitar, dengan orang orang yang memandang dia sedari tadi, ia tak henti menggerutu. Cantik sebenarnya namun kelihatan gembel dengan celana selutut, tas ransel besar bantal leher yang tetap berada di leher, rambut awut-awutan dan muka pucat, karna mabuk perjalanan mungkin.
"Anna, ayok balik". Anna sejenak berhenti menggerutu
"Eh anjay, dimana aja lo, gue udah mau mati disini"
"Maap, maap macet tadi".
"Heh, bodoh. Gosah boong, taik emang, cepat pulang"Gerutuannya tak berhenti, tetap berlanjut sepanjang perjalanan dari stasiun ke rumah.
"Eh Anna, kenapa pintu gerbangnya ditutup lagi, kekmana motor gue mau masuk bodoh, ini lagi tas lo kenapa ga lo bawa kedalam?".
"Bodo amat anjeng, mau tidur gue"
"Eh gembel, mulut lo, gaya lo tuh. Lo ga malu sama teman-teman gue disitu"1 detik, 2 detik, 3 detik tak ada suara Anna, Jo kira Anna malu. Namun salah karna didetik selanjutnya, ada suara teriakan dari dalam rumah.
"Bodo amat Anjeng, Ini rumah gue, mereka cuman tamu."Menepuk dada, menghela napas, dengan sabar, Jo turun dari motor, membukan pagar yang ditutup Anna tadi, lalu naik kembali kemotor, memarkirkannya di garasi, dan menutup pagar lagi.
"Untung adek gue, Ya Tuhan."