Derap langkah kaki bergema nyaring, mengikis keheningan di sebuah rumah besar bergaya eropa. Tersangka pembuat keributan berlari dengan tergesa-gesa menuruni tangga dan langsung berlari menuju ruang makan. Di ruangan yang bercat putih gading, seorang pria bersurai hitam terlihat duduk sambil menyantap sarapan. Hiro Pratama, itu namanya.
"KENAPA ABANG TIDAK MEMBANGUNKANKU?" Ai Pratama, perempuan dengan surai hitam, berteriak nyalang. Menatap geram sambil mengatur pernafasan.
Menulikan telinga, Hiro tetap melanjutkan makan.
"JAWAB AKU, BAAAANG!" Dia segera merebut sendok yang dipegang pria itu lalu membuangnya sembarang.
"Ck.. Aku sudah membangunkanmu, jelek."
"BOHONG! GARA-GARA ABANG, AKU JADI TERLAMBAT!"
"Deritamu." Matanya memandangi perempuan yang terlihat misuh-misuh menahan amarah. "Kau tidur seperti kuda nil, sulit sekali untuk dibangunkan."
Tangan Ai mengepal tatkala mendengar hinaan yang tak berperikemanusiaan. Buku-buku tangannya memutih. Wajahnya merah padam, terlihat jelas bahwa amarahnya sudah mencapai batas. "JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN KUDA NIL!"
"Lalu apa? Kucing? Pfftttt. Kau bahkan tidak imut sama sekali."
"ABAAAAAANG!"
"Apa?" Hiro menyeringai. Senang rasanya selalu berhasil mengerjai adiknya yang semata wayang.
"Tau ah, gelap." Wajah Ai merengut. Tangannya bersedekap, dia memalingkan wajah.
Kesal.
"Sepertinya matamu sudah buta, sehingga tidak melihat bahwa hari sudah terang." Dia melirik. Mengamati sosok yang masih setia berdiam diri, merajuk.
"Sampai kapan kau mau merajuk seperti itu?"
Yang ditanya hanya mengendikkan bahu tidak peduli.
Selesai berkutat dengan sarapan, Hiro berjalan menghampiri adiknya. Tangan kanan dia letakkan di pinggang sementara tangan kirinya dia daratkan di atas meja, menopang badan.
"Ai."
"Apa? Jawabnya ketus. Masih enggan menatap wajah kakaknya.
"Ini sudah jam 07.20 loh."
Wajah Ai langsung berubah horror. Matanya membulat sempurna. Dengan secepat kilat dia menolehkan wajahnya menatap jam dinding yang bertengger manja di dinding ruang makan.
Sudah tak ada waktu lagi. Sepuluh menit waktu yang tersisa sebelum bel sekolahnya berbunyi. Mustahil baginya bisa sampai ke sekolah dengan tepat waktu.
Dia tatap wajah kakaknya dengan tatapan garang. Menghirup nafas dalam-dalam, lalu mulai mengeluarkan unek-unek kekesalan. "INI GARA-GARA ABANG! ABANG POKOKNYA HARUS TANGGUNG JAWAB!" Dia mulai menghentak-hentakkan kaki layaknya bocah yang marah karena tidak dibelikan mainan.
"Waktu terus berjalan, bodoh." Hiro lantas mengamati penampilan adiknya yang hampir saja dia abaikan. Seragam putih hitam yang kusut, terlihat jelas bahwa seragam itu belum disetrika. Dasi yang belum terpasang sempurna. Surai hitam panjang yang berantakan, belum disisir sama sekali. Pandangannya lalu turun ke sepasang kaki adiknya. Kaos kaki putih berhiaskan sepatu hitam yang talinya disimpul sembarang.
"Kau ingin berangkat sekolah dengan penampilan seperti itu?" Disentilnya kening adiknya pelan. "Bukankah Eri sudah menyetrika seragammu?"
"Aku kan kelabakan karena bangun kesiangan, jadi jangan salahkan aku." Mulutnya mengerucut. "Anu, aku bolos saja ya bang." Pintanya.
"Kau ingin ku laporkan pada papa dan mama?" Hiro mengancam.
"Abang tidak lihat?" Ai mengarahkan tangannya ke jam dinding. "Ini sudah jam 07.26. Mau ngebut gimana pun juga tidak akan tepat waktu. Abang kan tahu di sekolahku ketat. Terlambat walau hanya satu detik maka poin akan melayang." Tuturnya sambil menunjukkan binar pengharapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
RomanceCinta adalah perasaan pada hati yang masuk secara tak sengaja, dan berisi pengharapan. Perasaan ini muncul akibat dari infeksi baper dan rasa nyaman yang memicu peradangan emosi, yang akan menyebabkan kamu memiliki rasa untuk empati, perhatian, kasi...