1

6 4 0
                                    

Zitao anak laki laki berumur 8 tahun itu tidak pernah meminta kehidupan yang seperti ini. Kehidupan tanpa kasih sayang orang tua, keluarga, teman teman.
Zitao kecil tak mengerti kenapa hidupnya selalu dipenuhi dengan penderitaan, hinaan, dan cacian orang orang.
Kenapa orang orang selalu memandangnya dengan kebencian. Bahkan ia tak melakukan hal yg merugikan kepada mereka.

"Pergi!" Teriakan dari anak anak didepannya.
"Kau itu seharusnya malu. Selalu minta uang kepada kakek nya yifan. Dia itu bukan siapa siapa mu"
Anak anak itu pergi setelah melemparinya dengan batu. Sedangkan zitao menelungkupkan kepala berhias surai hitam diantara kedua lututnya. Terduduk seorang diri dipinggir jembatan. Isakan halus keluar dari bibir mungil nya menangisi nasibnya yang semakin membuatnya menderita.

Hari semakin larut, ia masih terdiam disana kali ini matanya menatap kosong sungai yang ada dibawah jembatan.

"Zi tao? Sedang apa?" wanita paruh baya menghampiri sosok mungil itu menatap penuh iba juga kasih sayang.
"Apa yg terjadi" tanyanya kembali, menghapus air mata dipipi tembam zitao.
Zitao terdiam lalu memeluk sang wanita paruh baya yg diketahui bernama Wu zeng mi.
"kenapa semua terasa sulit bagiku bi? Aku hanya mencari kakek so mi di kebun. tetapi mereka malah salah paham dengan ku. aku tak minta uang pada kakek aku hanya mencarinya untuk belajar menanam" jelas zitao
Air matanya kembali mengalir.

"sttt.. Tenanglah nak, memang akan ada saja orang yang tidak menyukai kita. Meski kita tidak berbuat salah sekalipun. kau diam saja. tetap jadi dirimu. jangan tampilkan wajah sedih mu. tersenyumlah. bibi menyayangimu"
Tangannya mengelus sayang surai hitam zitao. Menghapus air mata yg kembali mengalir dipipinya.
Bibi wu memang selalu baik dengan zitao sering memberinya makan dan uang untuk membantu kehidupannya. Zitao senang ia mendapatkan figur seorang ibu dari bibi wu meski bibi wu bukanlah ibunya. tapi ia merasa bahagia. setidaknya ada yang menyayangi nya dengan tulus.

"Kau sakit zitao? Badan mu hangat"
Tanya bibi wu ketika menyadari suhu badan zitao sangat panas

"Ahk tidak apa apa bi, mungkin aku lelah karna menangis" zitao menggeleng lalu berdiri dari duduknya
"terima kasih bibi wu. aku akan pulang hari sudah gelap" lanjutnya
"Kau benar? Mampir lah dulu kerumah bibi. Akan ku buat kan sup untuk mu"
Zitao menggeleng lalu pergi setelah mengucapkan terima kasih atas tawaran kebaikan bibi wu.
Ia tak enak hati harus merepotkan bibi wu terus.
Kakinya melangkah gontai menelusuri jalan setapak didekat hutan. sedikit sekali penerangan didaerah sini. Hidup di desa seperti ini memang jauh dari keramaian kota. masih banyak hutan, dan sungai. Rumahnya pun. Ah tidak zitao tidak punya rumah dia hanya mengontrak dengan kakanya didekat sungai.
"Aku tak ingin pulang" gumamnya disepanjang jalan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang