Hari ini, hari pertama Naira sekolah disekolah barunya SMA Negeri 68 Jakarta. Naira tergesah-gesah ia takut terlambat dihari pertama masuk sekolah, sekolah yang bisa dibilang sekolah favorit, bahkan Naira pun tak menyangka dia bisa masuk ke
sekolah tersebut."Bu, Yah. Nay pergi ke sekolah dulu yaa." ucapnya sambil membawa sepotong roti lapis ditangannya.
"Makan dulu, duduk kalau makan jangan berdiri begitu gabaik." ucap Ibu.
"Ga keburu bu, ini Naira bangunnya kesiangan." ucap Naira sambil melihat kearah jarum jam yang menujukkan pukul 06.25.
Seperti biasa, sewaktu Naira SMP ia selalu diantar ke sekolah oleh supir begitupun sekarang ketika SMA masih saja sama. Jalanan di Jakarta sangat macet. Naira hampir kehabisan akal, ia membayangkan hari pertamanya itu dihukum hormat didepan tiang bendera. Diperempatan lampu merah, Naira turun dari mobil.
Sebelum turun "Non, mau kemana? Jarak sekolah non Nay kan masih jauh." ucap pak Beni (supir Naira).
"Nay mau turun aja pak, kalau naik mobil gabakal keburu. Apalagi jalanan macet begini ntar Nay bisa telat." ucap Naira.
"Tapi, kalau ada apa-apa sama non Nay nanti pak Ben yang dimarahi tuan dan nyonya." ucap pak Beni dengan nada agak menghawatirkan.
Bagaimana tidak, Naira adalah anak perempuan satu-satunya. Dan Naira pun memiliki satu adik lelaki. Semua anak pasti dimanja, semua keinginan anak-anak dari keluarga itu pasti dituruti. Pak Beni dan Pembantu dirumahnya pasti akan diomeli oleh nyonya bila mengetahui anak-anaknya itu tidak dilayani dengan baik. Bukan dimarahi saja, bisa-bisa mereka dipecat oleh orangtua Naira.
"Gabakal terjadi apa-apa ko Pak Ben, nanti Nay telp ibu deh biar Pak Ben tidak kena omel hahaha." ucap Naira dengan jahil.
Belum juga Pak Ben mengiyakan perkataan Naira. Naira sudah lari, pergi mejauh.
Naira mencari cara, agar tidak terlambat ke sekolah. Ia berlari menghampiri
pangkalan ojek terdekat ."Mas, anter saya ke SMA NEGERI 68 Jakarta." ucap Naira sambil mengatur napasnya yang hampir habis.
"Bisa mba, ayo naik." ucap mas-mas ojek segera.
Ia melirik jam berwarna biru muda yang melingkar ditangan mungilnya yang tampak manis, cocok sekali dengan warna kulit Naira. Jam tersebut menunjukkan pukul 06.45. Astaga!! Hanya tersisa 15 menit lagi bagi Naira agar tidak terlambat masuk kesekolah.
"Mas, cepet dong! 15 menit lagi, saya telat. Mana sekolah masih jauh lagi jaraknya, lamaa banget sih nyetirnya heraan deh." celoteh Naira.
"Bentar eelaah mba, ini macet banget. Segini juga saya udah ngebut bawa motornya." ucap mas-mas ojek.
"Ngebut palalo peang, udah berhenti sekarang!!" ucap Naira.
Mas-mas ojek pun memperlambat kelajuannya, lalu menyisi dan memberhentikan motornya dipinggir jalan seperti yang diperintahkan oleh Naira.
"Ongkosnya jadi 15ribu, mba." ucap mas-mas ojek.
"Siapa juga yang mau bayar, siapa juga yang mau turun disini." ucap Naira.
"Lah, terus ngapain tadi mba suruh saya buat berhenti?" ucap mas-mas ojek memasang raut wajah keheranan.
"Sekarang mas turun." ucap Naira.
"Buat apa mba?"ucap mas-mas ojek.
"Udah deh, gausah banyak omong turun sekarang!! Biar saya yang nyetir motornya. Masnya lama banget nyetirnya, lebih lama dari siput." celoteh Naira sambil mengambil alih motor dari mas-mas ojek.
Tak lama kemudian, Naira melajukan motor itu, kilometer diatas 60. Ia mengambil jalan tikus kesekolahnya, agar lebih cepat dan tidak terjebak macet.
"Mba pelan-pelan, saya masih mau idup. Gimana nasib anak-istri saya kalau saya gaada." ucap mas-mas ojek.
Naira tidak menghiraukan celotehan mas-mas ojek, yang ia pikirkan saat ini bagaimana caranya agar ia tidak terlambat masuk sekolah. Ia melihat kembali jam yang berada ditangannya, 5menit lagi waktu tersisa, jarak kesekolah sekitar 1KM lagi.
Naira sampai didepan gerbang sekolahnya, waktu hanya tersisa 2menit lagi. Penjaga sekolah hampir menutup gerbang sekolah. Naira membayar ojek yang tadi ia tumpangi.
"Berapa mas?" ucap Naira
"35ribu mba, lain kali jangan ngebut saya masih pusing nih mba." ucap mas-mas ojek.
Naira tak memperdulikan celotehan mas-mas ojek, ia mengeluarkan uang 50ribu dari saku androknya sambil berkata "ambil aja kembaliannya."
Naira berlari, sedikit lagi gerbang sekolah akan ditutup, tetapi ia berhasil menerobos gerbang tersebut.
"Hufftt, hampir aja. Kalau ga gue terobos, dikit lagi udah telat gue. Gimana nasib tu satpam ya gue dorong pager sekuat tenaga sampe dia ngejungkel gitu, ah bodo yang penting gue ga telat! " ucapnya dalam hati sambil mengelap keringat diwajahnya yang bercucuran dengan sapu tangan miliknya.
Naira mencari-cari kelas X-Mipa6, tak lama kemudian ia menemukan kelasnya itu. Ia kebingungan, semua bangku kelas hampir penuh. Hanya ada satu yang tersisa, tak lama kemudian ia menghampiri bangku kosong yang tersisa tersebut.
"Hai, boleh aku duduk disebelah kamu?" ucap Naira sambil tersenyum.
"whatt! Tadi barusan gue ngomong aku-kamu gila sih sejak kapan gue pake bahasa kaya begituan." gumam Naira dalam hati.
Ya Naira tak pernah memakai bahasa itu, sejak setaun yang lalu, bahasa yang mengingatkannya kepada seseorang.
"Hai, boleh ko kebetulan kosong." jawab seseorang yang membalas senyuman Naira.
"Nama kamu siapa?" ucap Naira.
"Namaku zanna lovatta". Ucap seseorang disamping Naira yang telah menjabat jadi teman sebangkunya.
"Namamu siapa?" ucap Zanna (Teman sebangku Nay).
"Kenalin, namaku Naira Adora Fradella. you can call me Naira or Nay." ucap Naira dengan ekspresi bersahabat.
"Ohyaa, gimana kalau manggilnya jangan aku-kamu. Tapi, gue-lo agak janggal aja sih buat gue, gue jarang pakek bahasa kaya gitu hhe." ucap Naira sambil memperlihatkan senyum yang manis.
"HAHAHA! Lo lucu banget sih, lo yang duluan pake bahasa aku-kamu padahal. Tapi bener juga sih, gue juga ga biasa pakek bahasa kek begituan." ucap Zanna sambil tertawa memperlihatkan giginya.
Bel sekolah berbunyi, tanda semua siswa-siswi harus berbaris dilapangan upacara. Yap hari ini, hari senin yang mewajibkan semua siswa-siswi berbaris dilapangan untuk melaksanakan upacara bendera.
Naira menyudahi pembicaraannya dengan Zanna, begitupun sebaliknya. Mereka berdua walaupun baru saja kenal, tapi sudah terlihat akrab. Mereka berjalan berdua menuju lapangan upacara yang bisa dibilang cukup megah.
Diperjalanan menuju lapangan upacara. "adduuuhh, KALO JALAN PAKEK MATA NAPA JANGAN PAKEK DENGKUL. LO PUNYA MATA KAN?" Ucap Naira dengan suara yang lantang ditambah dengan ekspresi Naira yang mempelihatkan wajahnya yang sedang naik darah.
Bagaimana Naira tidak naik darah? Lelaki itu menabraknya dengan keras sekali sampai-sampai Naira terdorong dan terjatuh. Lutut Naira berdarah ditambah sikut lengan Naira yang memar karena menahan dorongan tadi. Jikalau tidak ditahan, bisa-bisa kepala Naira yang menjadi korban.
Laki-laki didepannya itu tidak menghiraukan Naira sama sekali, bukannya meminta maaf setelah mendengar celotehan Naira yang sudah naik darah. Ia malah berjalan seakan tidak terjadi apa-apa.
"HEH! LO BUKANNYA MINTA MAAF, MALAH TERUS AJA. LO MANUSIA ATAU BUKAN SIH GAPUNYA PERASAAN BANGET. SAKIT TAU! AWAS AJA LO KALAU KETEMU GUE LAGI, GUE BUAT PERHITUNGAN!!" ancam Naira.
"Udah-udah Nay, sabar masih pagi. Ayo kita ke lapangan upacara udah mau telat nih, tau sendiri ni sekolah peraturannya ketat banget. Ntar abis upacara gue anter lo ke UKS buat ngobatin luka lo." ucap Zanna kepada Naira.
Naira mengangguk. Menandakan ia setuju dengan ucapan Zanna.
Mereka berdua jalan melewati koridor sekolah dan sampai dilapangan upacara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traumatic of love
RomanceNaira Adora Fradella, gadis bermata indah. seindah kehidupannya, kecuali tentang (kisah cinta)nya. Anak perempuan satu-satunya terlahir dari keluarga berdarah biru. Ia mempunyai seorang adik laki-laki yang menggemaskan dengan pipi gembulnya. Berbeda...