Chapter 1

597 55 11
                                    


Myungsoo POV

'gamsahabnida' pelayan di depanku membungkuk singkat lalu pamit pergi setelah meletakkan segelas cappucino hangat dan sepiring kue pesananku.

Hari ini adalah hari libur akhir pekan setelah seminggu penuh aku lembur di kantor. Perusahaan tempatku bekerja sedang mendapatkan projek besar dan karena aku adalah karyawan daei divisi perencanaan yang teladan makanya aku, dan semua rekan setimku harus rela pulang pukul 11 malam setiap harinya. Badanku rasanya remuk redam. Yah tidak apalah. Kalau memikirkan bonus yang akan kami dapatkan setelah kerja keras ini membuat senyumku mau tak mau terkembang indah di wajahku.

'oppaaaa' beberapa meja di depanku kulihat seorang yeoja sedang memegang tangan namja di depannya sambil menatapnya sendu penuh permohonan

'jebal gajima' satu tetes air matanya jatuh

'sudahlah jiyeon-ah' suara namja itu terdengar parau

'hubungan kita tidak mungkin dilanjutkan. Aku sudah memiliki tunangan yang dipilihkan keluargaku' pandangannya pada yeoja itu tak kalah sedih. Mwoya? Mereka sedang shooting drama ya? Kuedarkan pandanganku ke sekitar tapi tidak ada apapun. Semuanya normal. Yah kecuali pengunjung lain yang ikut menatap mereka berdua sama sepertiku.

'kyuhyun oppa jebal, apa oppa tidak mencintaiku?' yeoja itu sudah sesenggukan

'kau paling tau bagaimana perasaanku padamu, tapi aku tidak mungkin melanggar permintaan eommaku' hmmm klasik sekali, mirip drama pagi yang eommaku suka tonton di rumah

'mianhae' namja itu melepaskan tangan yeoja cantik itu lalu segera pergi. Tangannya menghapus air mata di pipi kirinya. Saat sampai di depan pintu keluar namja itu menoleh kembali ke arah yeoja yang masih menundukkan kepalanya dengan tubuh bergetar itu. Lalu namja itu menyeringai, dengan senyum yang kurasa sangat mengerikan. Mwoya?

'trilililit' ponselku berbunyi mengalihkan perhatianku (jadul amat myung nada dering lu)

'ne?' tanyaku pada orang di sebrang. Masalah pekerjaan. Saat aku melihat ke arah yeoja yang tadi mata kami bertemu. Seketika aku tidak bisa bernafas. Hanya beberapa detik karena yeoja itu segera mengalihkan wajahnya dan beranjak pergi meninggalkan kafe ini.

******

'wawgurae?' jawabku dengan suara parau masih bergelung dalam selimut hangatku

'apa? Kencan buta?' mataku masih terpejam malas

'silheo. Aku mau tidur' jawabku hendak mematikan ponsel. Aku terduduk ketika temanku yang menelpon mengatakan bahwa akan membelikanku apapun yang kumau sebagai ganti aku ikut kencan buta itu

'kau berjanji?' dia bergumam di sana

'apapun?' dia kembali bergumam

'arasseo? Dimana? Jam berapa?' aku mencatat alamat yang diberikan temanku

'apa ada syarat khusus?' tanyaku menyelidik, kudengar kekehan diujung telpon

'geurae, jadi aku tidak perlu berhasil kan? Asalkan aku datang kesana dan membuatnya senang maka kau akan mengabulkan apapun permintaanku?' aku memperjelas

'eh tunggu, kenapa rasanya aku seperti pria panggilan ya?' kudengar dia tertawa keras lalu telpon mati. Persetan dengan pria panggilan, yang penting aku bisa minta apapun. Woohyun kan lumayan kaya pikirku licik. Woohyun adalah teman satu kantorku, entah kenapa dia mau bekerja padahal keluarganya sangat kaya.

Dan disinilah aku. Berdiri di depan sebuah kafe daerah gangnam. Aku menghirup nafas sebanyak mungkin. Entah kenapa rasanya aku gugup. Dia duduk di sana. Di kursi dekat jendela duduk membelakangi posisiku. Dengan gaun selutut berwarna biru muda. Rambut coklatnya dibiarkan terurai menutupi punggungnya. Aku berjalan perlahan mendekati mejanya. Kurapikan sedikit jasku saat sudah dekat

Destiny Who Bring Us TogetherWhere stories live. Discover now