Min Yoongi, dengan seragam SMA-nya itu nampak terburu-buru menuruni tangga yang akan membawanya ke stasiun kereta bawah tanah. Ia begitu kesulitan dengan tumpukan buku di tangan dan juga tas ransel hitamnya yang terus memantul pada punggungnya akibat gerakan cepatnya.
Napasnya nyaris habis, stasiun masih sepi karena ini masih sangat pagi. Kereta pertama hari itu bahkan masih diam di atas rel. Namun, Yoongi harus selalu datang lebih pagi dari siapa pun agar dirinya bisa mendekam di perpustakaan sekolah untuk mengerjakan tugas rumahnya yang terbengkalai karena ditinggal kerja paruh waktu.
'Brukk' tubuh kecilnya terhempas, bukunya berhamburan dan Yoongi mengaduh karena bokongnya yang mendadak harus berbenturan dengan lantai keras stasiun.
"Kau baik-baik saja?" Suara asing itu membuat Yoongi mendongak, matanya membola melihat sosok pria dengan seragam rapi menatapnya khawatir.
"Kau amat terburu, Dik," kata pria itu yang kemudian membantu memunguti buku Yoongi yang berserakan. Dia bahkan membantu Yoongi ketika gadis lelas 2 SMA itu mencoba berdiri.
"Maafkan aku," kata pria itu ramah.
"Ah, tidak. Aku yang salah. Aku terburu-buru," Yoongi menundukkan wajahnya. Pada dasarnya ia adalah seorang gadis yang pemalu, jarang sekali berinteraksi dengan lawan jenis. Lalu, pria di hadapannya sangat-sangat tampan! Apalagi dengan seragam masinis itu
Eh? Masinis?
"Kereta akan beroprasi 10 menit lagi. Untuk seukuran anak sekolahan, kau datang awal sekali," pria itu berujar lagi membuat Yoongi tersentak dan melihat jam di pergelangan tangannya.
"Tunggu," Yoongi yang hendak melanjutkan langkah dan berniat masuk ke kereta dihentikan oleh tangan pria itu yang menahan bahunya. Yoongi memandang pria itu bingung.
"Apakah kau sudah sarapan? Bagaimana dengan sarapan bersama?"
"Eh?"
"Jangan khawatir terlambat atau ketinggalan kereta,"
Yoongi melongo.
"Jadi? Anggap saja sebagai permintaan maaf, bagaimana?"
Pria itu tersenyum manis dan Yoongi merasa wajahnya memanas seketika.
.
.
.
Namanya Jimin, seorang masinis yang usianya genap dua puluh lima tahun. Dia pria yang jauh lebih dewasa dari Yoongi, namun entah kenapa Yoongi merasa nyaman mengobrol dengan pria itu.
Jimin bukan orang yang banyak bicara, tapi dia sangat ramah dengan senyumannya yang manis. Menurut Yoongi, Jimin bahkan terlihat lebih muda daripada senior-seniornya di kelas 3. Tapi ketika ia mengatakan itu, pria itu tertawa dan menunjukkan kartu identitasnya yang menunjukkan kalau pria itu benar-benar berusia 25. Berbeda delapan tahun dengan Yoongi sendiri yang baru berulang tahun ke tujuh belas dua bulan lalu.
Seumur dirinya menggunakan kereta, baru kali ini Yoongi bertemu dengan yang menjalankan keretanya. Jimin adalah seorang masinis yang terlihat keren dengan seragamnya yang rapi, apalagi wajah pria itu setampan idol-idol di televisi.
"Jadi karena itu kau selalu naik kereta pertama?"
Yoongi menganggukkan kepalanya, keduanya kini baru selesai sarapan dan berjalan beriringan menuju kereta. Sejujurnya Yoongi ciut dengan perbedaan tinggi mereka, ia begitu kecil dan memang selalu diejek seperti itu oleh kawan-kawannya. Mengobrol dengan Jimin ketika berdiri membuatnya lelah mendongak.
"Baiklah. Sampai jumpa besok, Yoongi,"
"Eh?"
Jimin tersenyum sekilas kemudian berjalan menuju kepala kereta sedangkan Yoongi mengerjap kebingungan di pintu masuk salah satu gerbong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowy's Sweet
FanfictionOneshoot! Jangan terpaku sama judul! Dipilih ngasal karena penulisnya udah frustasi.