02; El Sendero de la Cerrada del Rio Castril

442 61 13
                                    

Dua remaja itu berdiri di atas jembatan kayu yang memanjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua remaja itu berdiri di atas jembatan kayu yang memanjang. Menatap derasnya aliran air sungai yang diterpa sinar rembulan.

Hari menjelang subuh, dan tempat ini belum ramai oleh pengunjung. Bahkan, belum ada pengunjung yang datang. Mereka bisa menjamin hal itu.

El Sendero de la Cerrada del Rio Castril. Nama yang panjang untuk sebuah tempat wisata. Walau pun tempat ini dibuka selama 24 jam, namun di malam hari tetap saja sepi.

Tadi, lepas Dongpyo mengutarakan keinginannya untuk bunuh diri, Darya pun memutuskan untuk pergi ke tempat ini, lokasi kematian mereka di Granada. Dua jam perjalanan dari Valencia dengan menggunakan kereta cepat.

"Jika kau mati sekarang, bayimu akan kehilangan ayahnya." Darya memecah keheningan, tetap melamun sembari menatap pantulan rembulan di aliran sungai.

"Tidak... Orangtuanya tidak mengijinkanku untuk bertanggung-jawab. Mereka menemukan lelaki yang cocok untuknya, yeah, walau lima tahun lebih tua." Dongpyo tersenyum getir. Bukan salahnya untuk urusan yang satu ini.

"Apa dia seorang pengusaha muda?" tanya Darya, kini mengalihkan perhatiannya ke arah Dongpyo.

"Tebakan yang tepat."

Darya menggigit bibir. Ia meletakkan tangannya di atas tangan Dongpyo di atas pembatas.

"A-apa yang kau lakukan?" Laki-laki itu tergagap, berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah karena salah tingkah.

"Aku menyukaimu."

Dongpyo mengalihkan wajahnya. Ya Tuhan, beruntung gelapnya malam mampu menyamarkan kedua telinganya yang ikut memerah.

Tidak. Dongpyo bukannya kurang ajar. Namun pada kenyataannya adalah, Dongpyo tak pernah merasakan hal ini pada gadis itu----siswi yang ia buat hamil. Ini jelas perasaan yang berbeda. Darya adalah gadis yang berbeda.

"Aku suka bibir bebekmu, aku suka lamunanmu, aku suka senyumanmu, aku suka seringaian itu, aku menyukai bau parfummu, aku menyukai..." Darya memandang rembulan di gelapnya langit malam. Ia menghela napas berat. Ya, dia harus mengungkapkannya. "Aku suka caramu menatapku. Aku menyukaimu yang tidak melihatku sebagai seorang pelacur."

Hening. Suara jangkrik dan katak seolah berpadu. Berkolaborasi menjadi orkestra yang indah di malam ini. Tumbuhan-tumbuhan itu seolah menjadi saksi bisu dalam pernyataan rasa ini.

Darya mendorong satu langkahnya untuk lebih dekat pada Dongpyo. Ia mendekatkan wajah, mengikis jarak antar dirinya dengan pemuda itu. Dongpyo mematung di tempatnya, melotot kala Darya mulai menautkan bibir mereka.

Perlahan, pemuda itu mulai menutup matanya. Mengikuti tautan bibir Darya. Mereka berdua tersenyum di antara ciuman itu. Dongpyo menyentuh dagu Darya, semakin mengikis penghalang antar dirinya dan gadisnya.

Mereka melepaskan tautan itu, tersenyum lebar sembari menatap netra satu sama lain. Dongpyo memajukan wajah, memberi satu kecupan kecil. Darya tertawa kecil, sedikit malu.

Berpelukan. Dongpyo menenggelamkan wajahnya di antara bahu Darya, menghirup wangi gadis itu. Iya. Ia tak pernah merasa selega ini.

"Aku menghamili seorang siswi, apa kau tidak keberatan dengan hal itu?" Dongpyo berbisik, menyeruak semakin dalam di antara bahu gadis itu.

Darya menggeleng kuat-kuat. Ia tidak pernah keberatan. Lagipula, pekerjaan yang ia lakukan selama ini jauh lebih buruk, bukan?

"Kau sudah berusaha, bukan? Kau berniat bertanggung-jawab, namun keluarga gadis itu menolak. Sejujurnya, itu jauh lebih baik daripada menghancurkan rumah tangga orang lain di usia muda."

Mereka melepaskan pelukan. Kembali menatap satu sama lain, menyalurkan rasa lega yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

"Kita baru bertemu kemarin pagi." Dongpyo terkekeh mengingat hal itu. Mereka hanya orang asing kemarin, cepat sekali rasa nyaman itu tumbuh dalam hati mereka. "Ini perasaan yang aneh, namun aku menyukainya."

"Satu hal yang harus disyukuri adalah, aku akan mati bersama orang yang kusukai." Darya tersenyum tipis. Dongpyo mengangguk, menyetujui ucapan gadis itu.

Tangan Dongpyo beranjak, mengenggam tangan Darya erat----serupa dengan genggaman di La Fallas tadi pagi. Satu kecupan kecil mendarat lagi.

"Kita lompat?" Dongpyo memiringkan kepala, menunjuk aliran sungai yang deras. Darya mengangguk mantap.

Mereka mempererat genggaman tangan, menghela napas berat. Namun ini yang terbaik. Cara terbaik untuk lari dari masalah mereka selama ini. Keburukan Darya, dan bagaimana jahatnya Dongpyo terhadap siswi itu.

Byuurr!

Terjun bersama mungkin menjadi pilihan yang tepat bagi mereka. Dinginnya air sungai langsung menyebar di dalam tubuh, membuat merinding. Tubuh mereka terseret, terbawa arus yang begitu deras. Namun mereka bungkam, ini rencana mereka.

Apa yang diharapkan Dongpyo sesaat sebelum terjun?

Ah! Ia berharap agar di kehidupan selanjutnya, ia kembali bertemu dengan Darya. Menjadi pasangan dengan cerita yang sempurna.

 Menjadi pasangan dengan cerita yang sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Te Quiero; Son Dongpyo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang