Dahulu kala, hiduplah seekor serigala yang menjaga hutan dari para pemburu maupun perusak hutan. Semua yang mengunjungi atau hanya sekedar melewati hutan tersebut akan menjadi makanannya. Orang-orang menyebutnya hutan kematian, karena setiap kali ada orang yang masuk ke dalam sana tidak ada yang keluar untuk kembali.
Suatu hari, gadis bertudung merah pergi ke hutan tersebut untuk sebuah penelitian tanaman obat-obatan. Kata penduduk di desanya, hutan kematian memiliki tumbuhan langka yang dapat menyembuhkan segala penyakit. Dengan riang gadis bertudung merah itu menelusuri jalan dihutan, sesekali melihat-lihat tumbuhan yang jarang ia temui. Bersenandung dengan hati yang seakan-akan tengah terbang melalui langit ke tujuh. Tanpa tau bahwa ada yang menawasinya, seakan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang mangsa didepannya.
Gadis bertudung merah itu berhenti, ketika ada sebuah pohon yang menyita perhatiannya. Pohon ceri yang sedang berbuah lebat dengan buahnya yang berwarna merah dan lumayan besar.
Dia memetik satu buah ceri dari tempatnya tersebut lau memakannya, ia memetik beberapa untuk dimakannya nanti. Namun suara geraman menghentikan pergerakan tangannya. Perlahan gadis bertudung merah itu menoleh kearah asal suara tersebut. Lalu pandangannya mendapati serigala dengan liur yang menetes dan siap untuk melompat dan menerkamnya kapan saja.
Semua ceri ditangannya jatuh, dia ingin lari menjauh dari serigala itu namun pergerakan tubuhnya tidak bisa bekerja sesuai perintah otaknya. Dia hanya terdiam ketakutan.
Dan hal itu pun terjadi.
Sebuah teriakan yang membuat semua burung menjauh dari hutan lalu kemudian hening kembali.
Akhir hidup gadis bertudung merah yang mengerikan. Sejak saat itu, tidak ada yang tau dimana gadis bertudung merah berada. Orang-orang di desanya mengira ia sedang mengembara disuatu tempat.
"Jungkook, ayo ke kantin" seorang siswa ber name tag Kim Mingyu menegur temannya yang sedang menikmati rangkaian kata dan adekan yang terdapat didalam buku cerita itu.
Orang yang ditegur hanya fokus dengan buku yang sedang dibacanya.
"Woi" tegurnya sekali lagi dengan mengambil buku temannya tersebut.
"Yak! kembalikan!!" Jungkook memberi sebuah respon yang normal tentu saja.
"Ayo ke kantin, lagian buku ini sudah kau baca seratus kali. Tidak bosan?" tanpa peduli dia menyeret Jungkook dengan menarik kerah baju bagian belakang dan menjadi korban penyeretan yang dipandangi oleh siswa dikoridor.
"Itu buku bagus tau! mau berapa kali dibaca tetap bagus!!" seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya, Jungkook memprotes perkataan teman sekaligus sepupunya tersebut.
"Ya ya ya~ terserah." setelah berbicara seperti itu Mingyu mengabaikan protesan-protesan dari mulut korban penyeretannya.
"Mana buku ku" sesampainya dikantin Jungkook meminta bukunya kembali.
Mingyu hanya memandanginya yang memasang muka memelas dan menggerak-gerakkan tangan diudara.
"Apa? kau mau buku kesayanganmu kena noda makanan dan tidak bisa hilang?"
"Aku akan berhati-hati"
"Kalau kau bisa berhati-hati maka tahanlah untuk tidak memegang buku ini untuk beberapa saat. Paling tidak untuk beberapa jam kedepan."
Jungkook hanya bisa cemberut ketika mendapat ceramah dari orang didepannya itu.
Memakan makanannya dengan pasrah ketika pesanannya telah sampai. Mingyu yang melihat itu hanya membuang nafas, lelah dengan tingkah mahluk maniak buku didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolf and Little Red Riding Hood 「♪VKOOK♩」
FantasyBahkan jika kita tidak bisa bertemu, Bahkan jika kita tidak bisa menyentuh, Bahkan jika kita tidak bisa bicara, tidak apa-apa. Jika ini tidak bisa disebut cinta, Maka tidak perlu ada kata-kata. Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, Akhir cerita...