The Rain

17 2 0
                                    

Semua terhadi begitu saja ketika hujan deras turun membasahi setiap sisi kota tanpa terkecuali. Saat itu juga seorang laki-laki dengan fisik yang dinyatakan hampir sempurna oleh kebanyakan kaum hawa itu terduduk lemas mendapati sosok gadis yang kini tergeletak lemah dihadapannya.

"Aku terlambat..." kata-kata itu terdengar lirih. Tubuhnya gemetar melihat darah itu mengalir begitu saja.

Tidak.. Ia tidak ingin kehilangan gadis itu. Ia pun menggendong gadis itu keluar dari tempat mengerikan itu dan membawanya ke rumah sakit. Ungkapan penyesalan pun ia lontarkan dengan lirih selama perjalanan.

Penyesalan memang selalu terlambat...

- - -

Beberapa jam yang lalu..

Ryan, laki-laki berusia 19 tahun dengan parasnya yang tampan dan tubuh sempurna bagi kebanyakan perempuan. Ia idola di kampusnya karena sikap, fisik, dan otaknya yang bisa dikatakan mempunyai IQ yang tinggi. Tak heran jika beberapa dosen menyukai sosoknya itu.

Ia tidak memiliki nama panjang. Hanya 1 kata "Ryan" yang menjadi namanya. Entah kenapa ayah angkatnya itu hanya memberikan nama itu. Ya, dia sekarang tidak memiliki orang tua kandung. Menurut cerita ayah angkatnya, ia dan orang tuanya mengalami kecelakaan bus. Ryan adalah 1 dari beberapa orang yang selamat dari kecelakaan itu, namun sayangnya ia mengalami amnesia total sehingga ia tidak bisa mengingat apapun tentang dirinya sendiri.

Setelah cukup lama berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Ia pun diadopsi oleh seorang pria berumur 40 tahun dan memberikan nama pada anak laki-laki itu "Ryan". Sejak saat itulah, ia diasuh layaknya anak sendiri dan merubah dirinya yang pendiam menjadi Ryan yang sekarang.

Saat ini Ryan tengah menjalani masa kuliahnya di salah satu universitas terkenal di Jakarta dengan jurusan psikologi. Sejak dulu ia memang sudah tertarik untuk menjadi seorang psikolog atau psikiater. Entah apa yang membuatnya tertarik dengan hal seperti itu.

Jam 10 pagi, setelah mata kuliahnya hari ini. Ia pergi menuju gedung fakultas sastra bahasa yang tidak jauh dari gedung fakultasnya untuk mencari seseorang yang ia rindukan. Senyum hangat terukir di wajahnya, tak sabar untuk menemui seseorang yang mengisi hatinya selama bertahun-tahun.

Baru juga tiba di gedung fakultas sastra bahasa, ia sudah melihat sosok yang ia tunggu. Gadis dengan tubuh mungilnya yang hanya memiliki tinggi 150 cm. Rambutnya berwarna kecoklatan dengan wajahnya yang cantik dan manis. Gadis itu sudah menjadi primadona di fakultasnya.

"Ah Ryan maaf, kamu pasti sudah menunggu lama," ucap gadis itu yang kini sudah menghampirinya.

"Aku baru saja tiba disini," balas Ryan sambil mengusap kepala gadis itu.

"Benarkah ? Kalau begitu apa kita jadi pergi makan siang di tempat yang kamu ceritakan waktu itu?" tanya gadis itu dengan senyum antusias yang terukir di wajahnya.

"Tentu saja, ayo !" tangannya langsung menggendeng tangan mungil milik gadis itu kemudian melangkah menuju mobilnya yang berada di tempat parkiran.

- - -

Setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumahnya, Ryan melihat seperti ada seseorang yang mengingai dari pohon besar yang tumbuh tepat di seberang rumah kekasihnya itu. Dengan perlahan ia mendekati pohon tersebut dan mencoba melihat ke setiap dahan pohon dengan teliti. Namun sayangnya ia tidak melihat apapun atau siapapun disana.

"Mungkin cuma perasaanku saja," gumam Ryan. Laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Entah kenapa sepanjang perjalanan, hatinya merasakan kecemasan terhadap kekasihnya itu. Seakan sesuatu yang buruk akan menimpa gadis itu. Apalagi dengan beberapa hal ganjal yang ia temukan di rumah itu beberapa hari ini, seperti kamera kecil, bayangan sosok yang tengah mengintai, dan sebagainya.

The Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang