"Alam punya caranya sendiri untuk mempertemukan seseorang dengan seseorang, contohnya saja hujan"
CPKrinnggg... alarm berbunyi, melirik sedikit ke arah jarum jam sudah pukul 6.50 pagi, aahhh melepas lega. Ehh... pukul 6.50 pagi? Bangun kesiangan, tapi kenapa masih gelap? Begitulah hal yang terngiang dikepala seorang gadis SMA dipagi itu. Telat.
"Ahhhh benar aku telat!!" teriak wanita itu sambil buru-buru mengenakan seragam sekolah.
"Ahh mama kenapa ngak bangunin aku sih?"
"Kamu itu sudah besar, jadi harus belajar mandiri bukannya bergantung pada orang tua terus."
"Cepat berangkat nanti keburu hujan lagi" lanjut mama gadis itu.
"Tapi aku jadinya telat ni, ya sudah aku pergi dulu ya" pamit gadis itu.
Telat bukanlah hal yang biasa dia lakukan tapi entah kenapa pagi itu dia bisa telat. Awan gelap mulai berlarian menutup langit pagi. Sejauh mata memandang tidak ada sedikitpun surya ingin mengintip, gelap sekali.
Setetes demi setetes air berjatuhan yang semakin lama semakin deras, gadis yang sedang berlaripun terhenti di halte tepat di depan sekolahnya.
"Aduh.. padahal sedikit lagi bisa masuk ke sekolah" gumam gadis itu.
Tiba-tiba keadaan berubah, wanita itu malah kaget karena ada seorang pria disampingnya sambil melihat kearahnya.
"Kehujanan ya?" tanya pria itu.
"Iya" jawab dia singkat.
Pria itu hanya mengangguk saja tanda iya. Apa hanya dibalas dengan bahasa tubuh saja? Begituah yang terngiang dipikiran gadis itu. Dia menatap pria itu dengan raut wajah yang sebel dan melihat pakaian yang dikenakan anak laki-laki itu, ternyata mereka satu sekolah. Beberapa menit hanya suara hujan yang terdengar, mereka berdua masih berdiri di halte tersebut, salah satu diantara mereka tidak ada yang membuka percakapan. Sampai gadis itu memberanikan diri untuk membuka percakapan.
"Kamu telat juga?"
Pria itu hanya mengangguk kepalanya saja tanpa merespon pertanyaan gadis itu.
"Kamu sekolah di SMA Kuningan Selatan ya?" lanjut Nalda.
Pria itu masih saja menganggukkan kepalanya.
"Woiii.. ngak punya mulut apa? Ditanyain dari tadi ngangguk doang" gadis itu teriak sambil menepuk pundak pria itu.
"Ahh.. iya.. ada apa ya?" pria itu bingung sambil melepaskan earphone ditelinganya.
"Oalah jadi tadi ngak denger pertanyaanku ya? Dasar pria yang suka buat orang sebel"
"Lahh jangan sembarang ngomong dong, bilang pria yang suka buat orang sebel, situnya aja yang merasa" jawab pria itu dengan enteng.
Sontak membuat gadis itu tambah marah dan mencuekkan pria tersebut. Angin yang bertiup dikala hujan itu membuat udara dingin hingga menusuk ke tulang. Gadis itu pun berusaha membuat tubuhnya tetap hangat dengan meniup telapak tangannya.
Pria itu melihat lalu memberikan jaket yang dikenakannya ke gadis itu.
"Ini gunakan jaketku, kamu kelihatan kedinginan banget. Entar saja kalau mau bilang terimakasihnya setelah kamu kembalikan" kata pria itu sambil menyerahkan jaketnya.
"Ehh kenapa ini? Kamu kasihan sama aku? Aku ngak butuh kasihan dari kamu!" jelasnya sangat kesal.
Tanpa pikir panjang pria itu mengenakan jaketnya ke gadis itu.
"Kamu bawel ya, udah ini pakai aja"
"Ngomong-ngomong kamu kelihatannya tidak asing kayak pernah ngelihat kamu sebelumnya? Anak IPS ya?" tanya pria itu.
"Ahh iya anak IPS, ada apa ya?"
"Ohh.. tidak cuman basa-basi doang" jawab pria itu singkat sambil memasang earphonenya lagi ke telinganya. Sontak membuat gadis itu memasang muka marah pada pria itu. Ia lalu mengambil botol air mineral yang ditinggalkan orang di halte bus dan menyiram pria itu lalu pergi meninggalkan pria itu untuk masuk ke dalam sekolah karena kebetulan pintu gerbang sekolah telah dibuka dan juga hujan sudah mulai berhenti.
"Rasakan itu, makanya jangan suka buat orang sebel" meninggalkan pria itu dan juga jaketnya dilepaskan ditengah jalan.
Pria itu menggelengkan kepalanya serasa heran melihat kelakuan gadis itu.
"Dasar Nalda masih aja sama kelakuannya dari dulu" sambil mengambil jaketnya.
Saat mengambil jaketnya Pria itu melihat handphone milik Nalda ada disaku jaketnya. Ia langsung mengambilnya dan ingin menggembalikannya tetapi Nalda sudah jauh meninggalkannya.
Nalda yang sudah tiba dikelasnya kemudian duduk.
"Hei... kamu darimana aja sih?" tanya Intan teman disebelahnya.
"Aduh aku bangun kesiangan dan hujan, jadinya telat deh. Ngomong-ngomong Pak Edo kemana ya?"
"Beliau ngak masuk, katanya istrinya sakit. Baguslah beliau ngak masuk, soalnya hari ini ulangan mana aku belum belajar lagi" jawab Intan dengan perasaan senang.
"Ehh iya tadi juga aku ketemu cowok di halte bus, cowoknya itu nyebelin banget, masa ya aku lagi ngomong sama dia ehh malah dicuekin. Bilang orang bawel segalalah. Apes banget hari ini"
"Wahh ada yang ketemu cowok ni di halte bis ni"
"Ahh.. sudahlah biarkan saja" jawab Nalda.
"Ehh.. HP aku dimana? Kamu ada lihat ngak Intan?"
"Ngak ada, kamu tadi datang kesini ngak ada bawa HP kan?"
Nalda masih mencari dan mengingat kembali dimana dia menyimpan Handphonenya.
Beberapa menit kemudian, seorang pria membuka pintu kelas yang tertutup. Saat pintu kelas terbuka semua murid didalam kelas pada kembali duduk dibangku masing-masing dan mempersiapkan pelajaran karena yang mereka sangka itu guru penganti yang menggantikan Pak Edo mengajar di kelas mereka, tetapi ternyata itu Daniel. Pria yang Nalda temui di halte bis tadi.
Daniel dari depan pintu masuk dan langsungmengarah ke tempat duduk Nalda, dan berhenti tepat disamping Nalda.
halo semuanya!! maaf sebelumnya sudah lama sekali saya tidak memposting cerita lagi dikarenakan beberapa hal (ngak ada ide sih sebenarnya), jadi sekarang terfikir lagi saya mulai menulis lagi semoga dengan cerita kali ini bisa membuat kalian senang membaca cerita saya. kalian juga boleh kok berkomentar jika ada terjadi kesalahan atau ceritanya tidak nyambung. terimakasih.

YOU ARE READING
Dibelakangku
Short Storyberawal dari hujan, pertemuan mengesankan, hingga akhir yang manis