2. Baby, we're the new romantics

350 39 10
                                    


Yoongi tahu ini sudah saatnya dia untuk bangun, tapi lembutnya selimut dan seseorang di dekapannya sangat disayangkan untuk dilepaskan. Lelaki itu mengeratkan pelukannya dan semakin menyurukkan hidung ke sela-sela rambut Jimin. Menghirup pelan rambut lembab karena kegiatan seks mereka semalam. Ujung jemari Yoongi merayap lembut di atas kulit perut Jimin, sementara jemari lainnya menggenggam jari-jari kecil Jimin di dalamnya. Yoongi mungkin akan terbuai kembali ke dalam alam tidurnya jika tidak Jimin bergerak dan berkata,

"Sudah pukul setengah tujuh pagi, hyung," bisik Jimin dengan suara pelan, "kau punya kantor untuk di datangi."

Ketika Jimin membawa tangan Yoongi yang menggenggam jemarinya untuk dikecup, Yoongi mendesah pelan, mencium dalam-dalam leher Jimin. Menggerakkan pinggul telanjang mereka membuat Jimin menghela nafas puas.

"Aku tidak senang kau mengingatkanku soal hal itu, Sunshine," Yoongi menggeram ketika kembali menyelinapkan tubuhnya ke dalam Jimin. Lelaki yang lebih muda mendesah, "tidak bisakah hanya aku dan kau dalam pagi buta ini?"

Jimin tidak menjawab apapun, hanya tawa dengan diselingi erangan manis memanggil nama Yoongidiantara keheningan dan desisan suara pendingin ruangan. Yoongi bergerak lembut dan pelan, menjamahi setiap kulit tubuh Jimin seakan apa yang sudah ia rasakan semalaman belum cukup. Bercinta dengan Jimin tidak akan pernah memuaskan untuk Yoongi, dia akan selalu butuh lebih, selalu ingin lagi. Jimin seperti candu untuk Yoongi dan itu tidak seperti lelaki itu tidak menyukainya.

"Sunshine," geram Yoongi, mulai menindih Jimin yang kini beralih posisi menjadi sedikit tengkurap, membiarkan Yoongi mempercepat gerakannya.

"H-hyung—mmh—nngh!" Jimin mencari jemari Yoongi, menggenggamnya erat. Matanya terpejam dan Jimin tak tertarik untuk mengatakan apapun selain nama Yoongi dan suara indah lainnya.

Yoongi menyelinapkan satu tangan ke bagian depan pinggul Jimin, menggenggam kesejatian Jimin dan mulai meremas serta mengocoknya seirama dengan gerakan pinggulnya. Itu membuat Jimin tersentak, pinggulnya sedikit membusur dan satu lengan meraih ke belakang tubuhnya, berepengangan pada kepala Yoongi yang kini sibuk mencumbu diantara ceruk leher Jimin.

Tidak ada yang terburu-buru, meskipun Yoongi menghentakkan pinggulnya, mereka tidak berada dalam fase yang cepat. Semuanya saling menikmati, Yoongi menikmati kehangatan Jimin dan suara indahnya, Jimin merasakan tubuh Yoongi melindunginya serta geraman lapar seksi di telinganya.

"D-dekat—mmh." Jimin berbisik lembut dan menggenggam lengan Yoongi yang masih bergerak di tubuhnya. Itu seperti tanda untuk Yoongi begerak semakin intens, semakin dalam dan membuat Jimin mengerang penuh ekstasi. Sibuk dengan mencapai kepuasan dan menggapai nafas, perlu beberapa menit sebelum Yoongi membuat Jimin berantakan di genggaman tangannya dan Yoongi menyusul dengan mengerang puas dan keras.

Jimin berbalik, menghela nafas ketika Yoongi lepas dari tautan tubuhnya. Segera memeluk Yoongi yang mendekapnya dan mencium bibirnya penuh-penuh.

"Aku mencintaimu." Bisik Yoongi sebelum mencium Jimin dalam lagi.

"Aku mencintaimu." Jawab Jimin dengan tersenyum, mengecup bibir Yoongi dan keduanya tertawa kecil.

Jimin mengerling jam dinding dan menepuk pipi Yoongi yang kembali menutup matanya. "Hyung, sudah hampir setengah delapan. Hyung!"

Yoongi membuka satu matanya. "Aku bosnya, Sunshine. Aku bisa datang kapan saja."

Jimin mendenguskan tawa mengejek, menyingkap selimut dan menyambar jubah tidur yang tergeletak begitu saja di lantai. Membuka semua tirai agar sinar matahari bisa masuk, Jimin lalu bergegas ke kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Delicate : you must like me for me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang