MEMETIK RINDU

625 16 0
                                    

Baby take my hand

I want you to be my husband

Cause you're my Iron Man

And I love you three thousand

Baby...

Dahi gadis berambut hitam arang lebat berkerut ketika lantunan suara Stephanie Poetri mengalun merdu dan membuatnya terjaga. Indra pendengarnya tajam sehingga ada suara sedikit saja bisa mengusik tidurnya. Jemari berhias cat kuku nude berlabel halal itu meraba-raba kasur berukuran single yang sudah menemaninya sedari ia kecil.

Terasa ponsel sudah berada di genggamannya, barulah kelopak matanya terbuka menampakkan iris coklat tua yang sungguh memikat jika beradu tatap dengannya. Decak kesal meluncur begitu saja dari bibir penuh miliknya ketika melihat panggilan masuk di jam setengah lima pagi. Dengan malas ia menerima panggilan dan meletakkan ponsel di telinganya.

"Apa?!" hardik gadis yang merasa waktu berkelana ke alam mimpinya terhenti.

"Galak banget, enggak sopan sama yang lebih tua."

Menghela napas kesal dan sedikit merasa bersalah karena mengabaikan nasihat mamanya untuk berlaku sopan ke siapa pun terutama yang lebih tua darinya. Ia mengubah intonasinya.

"Iya, maaf. Ada apa, Masku?" tanyanya dengan suara mendayu, tetapi tidak seperti waria di jalanan yang sedang merayu. Membayangkannya saja sudah membuat bulu tengkuknya meremang.

"Embun, Mas jam delapan take off dari Soetta. Jemput di Radin Inten, ya?" pinta pemuda di seberang line kepada Embun.

"Loh, dapet jatah libur?" tanya Embun heran.

"Iya, cuma seminggu. Ini aja baru landing. Mau istirahat bentar." Terdengar dari suaranya yang sudah tidak ada semangat karena kelelahan, akibat jam terbangnya yang tinggi.

"Telat, lebaran udah selesai," cibir Embun.

"Untung, loh. Tahun lalu sama sekali enggak ada libur hari raya."

"Nggih, Mas."

"Jemput. Jangan bilang Mama sama Papa kalau aku pulang."

"Mas naik taksi atau bus aja, sih."

"Ya udah, kylette clutch-nya aku kasih orang aja." Di seberang line pemuda itu menahan tawa setelah menggoda gadis yang ogah menjemputnya.

Netra Embun terbelalak, ia langsung terduduk dari rebahannya. Clutch keluaran brand leeyanarahman asal Malaysia yang sudah diincarnya dari lama berada di tangan kakaknya. Memang, tiga bulan yang lalu Embun merengek minta dibelikan. Berhubung kakaknya berprofesi sebagai pilot yang sudah sering mengudara menuju negara tetangga, ia meminta secara baik-baik kepada kakaknya.

"Ish, Mas Banyu! Jangan dikasih orang, aku udah nunggu dari lama, loh," rengek Embun.

Banyu tergelak, memang mudah membujuk adiknya itu. "Jemput, ya. Jangan telat. Mas capek kalau harus naik transportasi umum."

"Irit bahan bakar, loh. Kalau naik bus kan murah, Mas." Embun masih saja melakukan negosiasi agar tidak menjemput Banyu di bandar udara.

"Kalau kamu enggak lupa, uang bensin itu dari aku. Jadi, fine-fine aja dong, selagi aku belum punya tanggungan kan. Daripada uangnya jamuran," kata Banyu jemawa.

Embun merotasikan bola mata mendengar nada angkuh kakaknya. Memang, penghasilan kakaknya jauh lebih besar dari dirinya yang hanya seorang pegawai biasa.
"Ewh."

MEMETIK RINDU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang