Perkuliahan tahun pertama tidak begitu berkesan untukku. Aku tidak mengikuti kegiatan organisasi apapun. Namun, aku mengambil bagian untuk menjadi volunteer dalam kegiatan maupun acara-acara tertentu.
Aku suka membantu orang, aku tipe manusia yang tidak bisa diam dan mau mengikuti banyak kegiatan. Orangtuaku menyarankan agar aku mengikuti kegiatan organisasi. Tetapi aku tidak mau terikat dalam satu organisasi dan tidak bisa bergerak bebas karenanya.
Maka dari itu terkadang aku merasa bosan kalau tidak ada kegiatan apapun. Kedua sahabat baikku sudah pulang, mereka ingin menyelesaikan tugas kelompok mereka. Namun, aku masih belum mau pulang.
Dan di sini lah aku, menyusuri lorong kampusku yang luas nan panjang.
Aku berhenti di depan sebuah ruangan yang tidak familiar. Perpustakaan.
Sudah hampir satu tahun aku di sini, dan aku belum pernah menginjakkan kakiku di perpustakaan.
Akhirnya aku memutuskan untuk menjelajahi perpustakaan kampusku yang ternyata sangat luas.
Aku tercengang dan terdiam di depan pintu begitu aku memasuki perpustakaan.
"Maaf, kak. Tolong jangan berdiri di depan pintu ya."
Seorang perempuan penjaga perpustakaan menyadarkanku.
"Maaf." Ujarku seadanya.
Perempuan itu terlihat tersipu. Aku pun segera melangkah ke dalam, namun lagi-lagi perempuan itu membuatku berhenti.
"Kak, kalau mau masuk harus tapping dulu. Bawa kartu akses nya kan?"
"Oh, bawa bawa." Lalu aku mengeluarkan kartu identitas sekaligus akses masuk ke perpustakaan. Aku bahkan baru tahu kalau ingin memasuki perpustakaan harus menggunakan akses.
Akhirnya, kali ini aku benar-benar masuk ke dalam perpustakaan. Aku mengelilingi koridor yang berisi banyak sekali rak-rak tinggi.
Perpustakaan kami ternyata terawat. Tidak berdebu dan usang seperti yang ada dalam pikiranku.
Aku bukan tipe orang yang suka membaca, jadi aku hanya mengambil buku secara random lalu duduk di meja terdekat.
Cara Menjaga Keseimbangan Tubuh, begitulah judul buku yang kuambil. Persetan dengan apapun yang ada di dalamnya, aku hanya akan berpura-pura membaca dan memainkan ponselku.
Tanpa kusadari, aku telah di dalam perpustakaan selama 20 menit. Dan bukannya membuka buku dan membaca, aku malah memainkan instagram dan twitter.
Aku bahkan baru tersadar, sedari tadi ada perempuan yang duduk di seberangku. Apakah ini aku yang keterlaluan tidak memperhatikan lingkungan sekitar? Atau memang perempuan ini baru saja duduk di seberangku?
Entahlah. Tapi setelah kuamati perempuan ini sangat serius membaca.
Rambut hitam panjangnya menutupi setengah wajahnya dan bahkan ia tidak merasa terganggu akan hal tersebut. Sesekali ia membenarkan kacamata nya yang merosot turun dari hidung mungilnya.
Tiba-tiba, sekumpulan anak laki-laki menghampiri perempuan itu.
"Permisi, kita boleh duduk di sini gak? Soalnya di meja sebelah gak cukup untuk empat orang." Tanya salah satu dari mereka berempat dengan sopan.
Perempuan itu tidak menghiraukan mereka sama sekali.
Aneh.
Apakah dia adalah tipe orang yang tidak bisa diganggu ketika sedang membaca? Atau dia tidak peduli jika ada yang mengajaknya bicara?
"Dia gak dengar apa gimana sih?" Tanya temannya yang terlihat tidak sabaran.
"Sorry, kita boleh duduk di sini? Di meja sebelah soalnya gak cukup untuk kita berempat." Kalimat yang sama dilontarkan lagi oleh orang yang sama.
Namun perempuan tersebut benar-benar tidak bergeming.
"Nih cewek tuli kali ya!" Ujar temannya yang lain.
Lalu laki-laki ke empat menepuk pundaknya, hampir tidak sabaran. "Boleh pindah ke meja sebelah gak? Kan kebetulan lo sendirian juga."
Perempuan itu mengernyitkan dahi, melihat keempat laki-laki tersebut, dan pindah ke meja di sebelahnya yang memang hanya muat untuk satu orang.
Akhirnya keempat laki-laki tersebut menaruh buku-buku yang mereka bawa ke atas meja. Dua dari mereka membanting buku-buku yang mereka bawa.
"Gila kali ya! Digituin dulu baru mau pindah. Benar-benar gak punya otak!"
"Udah ah, nanti kalo dia dengar nangis loh."
"Cewek kan memang cengeng!"
"Ssh udah ah! Yuk katanya mau ngerjain projek biar kelar hari ini?"
"Iya, Vid. Tapi gue emosi aja. Dia gak sadar apa kalo dia wasting space gitu?"
"Udah gitu, dia ngeliatin kita tadi kayak gitu. Lu gak kesel apa, Vid?"
Dua dari mereka terlihat sangat kesal. Yang satu terlihat memaklumkan. Dan yang satunya yang dipanggil 'Vid' hanya menghela nafas.
"Gak ada gunanya juga mau marah-marah. Toh, dia nya juga udah pindah kan?"
Percakapan mereka jelas-jelas bisa di dengar olehku yang duduk di seberang mereka. Jarak antara meja kami dan meja perempuan tersebut sangatlah dekat. Aku yakin perempuan tersebut mendengar apa yang mereka bicarakan.
Yang membuatku kagum adalah, perempuan tersebut berpura-pura tidak mendengarnya.
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel & Daniela
Teen FictionBanyak orang berkata bahwa dua insan ini diciptakan untuk satu sama lain. Mereka pun juga berpikir demikian. Namun bagaimana jika ada sesuatu yang mereka tidak ketahui yang memaksa mereka untuk tidak bersama?