06

16 4 1
                                    

Jangan lupa ganti background warna hitam 👌🏼
Jangan lupa vote,komen,kritik&sarannya ✨
Don't be sider guys~

Jangan lupa ganti background warna hitam 👌🏼Jangan lupa vote,komen,kritik&sarannya ✨Don't be sider guys~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Fan, nanti jadi gak beli buku?" Tanya Yohan sambil ngaduk-ngaduk minumannya.

"Oh iya, jadi. Enaknya abis pulang ini langsung atau nanti sorean aja?"

"Sore ajalah, mau tidur dulu gue."

Aku mendecak pelan, "Tidur mulu!"

"Lah biarin, itu termasuk bagian dari kesehatan."

"Halah,apaan! Tidur itu secukupnya gak bol—"

Kalimatku ngagantung karena mata ini ngeliat Kak Wooseok yang masuk ke kantin sama Kak Shiyeun, mana pake acara ketawa-ketawa segala. Duh, bahagia banget ya mereka.

Yohan menaikkan alisnya, menatapku bingung, terus nengokin kepalanya ke arah yang aku liat.

"Kirain apaan. Udah ayo ah pulang aja, eh main kerumah gue napa. Mama nanyain lo mulu tuh, ampe bosen gue!" Kesal Yohan.

Aku yang pacar nya, Yohan yang kesel. Emang gitu dia, selalu gini. Yohan gak mau aku sedih soalnya, jadi baper lagi kan aku sama Yohan:(

Btw, udah dua minggu sejak Kak Wooseok ngomong itu. Kita udah bener-bener jarang komunikasi, hampir gak pernah mungkin.

Ya aku mah pasrah aja deh, mau gimana lagi? Mungkin Kak Wooseok nya bosen sama aku, malu punya pacar kayak aku, dan lain sebagainya yang bikin dia gak nyaman dengan status hubungan kita.

Aku masih tetep pegang omongan Kak Wooseok yang katanya minta buat nunggu dia selama tiga bulan itu. Tapi baru dua minggu udah di ambang kehancuran gini, tinggal nunggu ancur benerannya aja.

"Ayo cepetan!"

Yohan narik tangan aku keluar kantin, aku sempet ngelirik kalo Kak Wooseok ngeliatin kita. Bingung sih aku sama tatapannya, kayak ngerasa sedih, kecewa, bahagia?

Bodo amat.

"INI BENERAN KERUMAH KAMU,HAN?" Aku tanyanya teriak, pasti gak kedengeran soalnya. Yohan kalo ngendarain motor kayak lagi di kejar ajalnya, aku cuma bisa ber-istighfar aja dalem hati.

"HAH? APAAN?" Yohan bales teriak, bales tanya juga pula.

Tau dah. Gak aku tanya lagi, cape nanya sama orang lagi di motor emang.

Bener aja sih, Yohan bawa aku kerumahnya. Gak ada mobil yang parkir di halaman, papa nya belum pulang kayaknya.

"Mama kamu ada emang?" Tanyaku sambil kasih helm ke Yohan.

"Ada terus, mama sekarang udah jarang ke caffe. Mau ngurusin rumah sama gue aja katanya."

"Emang kamu kucing harus di urusin? Mandi juga udah bisa sendiri."

Yohan cuma ngelirik aku kesel gitu.

Terus kita masuk ke dalem, aku disuruh duduk aja di ruang keluarga. Ini rumah tuh duluan ruang keluarga daripada ruang tamu, jadi ya udahlah disini aja.

"Bentar, gue panggil mama dulu sekalian mau mandi. Baru nanti gue anterin lo pulang terus kita beli buku." Jelas Yohan.

"Okee!"

•••

"Fani, aku mau ngomong sama kamu."

Kak Wooseok tiba-tiba aja narik tangan aku pelan, aku kaget sih soalnya dia dari arah belakang aku.

"E-eh maaf, kamu kaget ya."

Aku cuma senyum, tapi kayak kepaksa gitu.

"Kenapa kak?"

"Mau makan sama aku?"

"Kapan?"

"Sekarang, ada yang mau aku bilang juga ke kamu."

Aku menghela napas, kayaknya aku tau mau bilang apa.

"Oke."

Kak Wooseok bawa aku ke caffe waktu pertama kali kita dating. Firasat aku udah bilang gak enak aja ini mah.

Kak Wooseok juga pesenin minuman favorit aku sama dia.

"Fan, aku minta maaf."

"Lagi?"

Kak Wooseok diem, natap aku. Tapi aku gak natap dia, malah mainin sedotan.

"Fani aku—"

"Minta putus?"

Aku natap Kak Wooseok kecewa, tiga tahun udah buat hubungan kayak gini gak memungkinkan aku gak sayang kan sama dia? Aku sayang banget sama Kak Wooseok, tapi percuma kayaknya, ini aku yang sayang sendiri.

"Aku punya alesan,Fan. Kita gak bisa begini." Lama-lama ucapannya pelan.

"Sumpah, aku sayang sama kamu! Tapi ini gak bisa."

Aku berdecak, "Kakak tuh ngomong dari tadi bolak balik terus tau gak? Apa alesannya?"

Kak Wooseok diem lagi, kayak mau bilang sesuatu tapi takut. Aku gak tau apa.

"Kak?"

"Kita saudara satu ayah,Fani!"

WHAT THE?

Aku blank, sumpah. Ga ngerti maksudnya.

"Apasih kak?"

Ini mata aku udah basah aja dengan sendirinya.

"Ayah kamu, ayah aku juga."

Aku ketawa pelan, "Ohh jadi karna ibu kakak papa ninggalin aku sama mama dan lebih milih kalian?"

"Fan—"

"Keren banget kak, sumpah!"

"Fani—"

"Makasih kak."

Aku buru-buru beresin barangku, terus pergi dari sana.

Aku nangis sejadi-jadinya, mau nyalahin siapa? Papa? Kak Wooseok? Takdir? Gila.

Ini gila. Dan aku benci ini.

•••

Tbc

Mon maap makin gajelas iya maap:))

How Is The End¿ -PD X 101 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang