Suara Hati Yang Terbawa Mati

59 3 1
                                    

Menghadapi kehidupan dengan kesabaran…
Sampai di manakah kita harus bersabar menanti kebahagiaan dan cinta kita?

Hari itu.. Aku merasa hidupku hancur, karena tidak ada lagi cinta dari kedua orang tuaku, telah hilang semua hak yang harus diterimaku dari mereka.
Aku menjadi perempuan yang paling lemah saat itu, setelah ibuku.

Perceraian yang kedua ini sangat berdampak bagi kehidupan adik-adiku, Aku sudah terlatih patah hati dari perpisahan orang tuaku dulu namun kali ini luarbiasa sakit, pikiran yang tak hanya terfokus pada diri sendiri akan tetapi memikirkan nasib adikku kelak.

Kehidupan Aku dan keluargaku sederhana namun masih tercukupi, ibuku menggantikan posisi ayahku dalam tugas dan kewajibannya.

Dia menjadi perempuan yang sangat tangguh dalam keseharian.
Aku bersyukur atas apa yang diberikan Allah terhadap keluargaku dengan sosok perempuan yang shalihah, bertanggungjawab serta perduli terhadap anak-anaknya.

Kami akan membuka usaha dengan berdagang di depan rumah yang beralaskan meja dan atap plastik serta tiang yang berbahan dasar bambu. Di samping itu Ibuku menjadi asisten rumah tangga di kampung kami.

Dari penjualan tersebut kami masih belum mencukupi semua kebutuhan ekonomi, adik pertamaku yang masih kelas 5 sekolah dasar serta adik keduaku masih balita berumur 2 tahun yang sudah gemar jajan, belum lagi adikku yang ini tidak suka dengan nasi, jadi perlu tambahan uang untuk memberikannya susu agar tubuhnya dapat ternutrisi.

Aku berinisiatif membawa dagangan ke sekolah karena Aku berpikir sekolah menjadi peluang besar untukku berjualan dengan ramainya anak remaja yang membuatku semakin optimis melakukannya.

Dengan sebuah prestasi yang ku raih tidak menjadi ocehan guru-guru terhadapku yang selalu memakan waktu untuk berjualan, karena ibuku berpesan agar Aku selalu belajar dengan memanfaatkan waktu luangku, disela-sela jualan sekali pun.

Aku sangat bahagia dengannya, sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya padaku dan kedua adikku.
Banyak orang yang bilang kami adalah keluarga yang mandiri dan hebat. Sangat terlihat sekali bagaimana ibuku merawat ketiga anaknya. Dan Aku bahagia memilikinya.

***

Satu tahun berlalu sudah kami menjalani hidup tanpa seorang suami dan ayah, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup sederhana.
Karena Aku anak perempuan satu-satunya dalam keluargaku, jadi Aku harus berusaha untuk menjadi penerus generasi baginya.

Alhamdulillah ikhtiar dan doa kami selama ini telah menuai berkah dari Allah.
Tapi kami mulai menjadi buah bibir tetangga. Dari awal kami menjalani lembar kehidupan baru, tetangga sudah berpikir negatif terhadap keluargaku. Aku, bahkan ibu sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka. namun Aku selalu berusaha sabar menghadapinya.

Pernah suatu ketika lima bulan setelah perceraian, ibuku mengalami sakit yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit. Hari itu ekonomi kami sedang kritis, sehingga terpaksa ibu meminjam uang kepada teman-temannya untuk biaya pengobatan dan biaya kehidupan sehari-hari karena seminggu ibuku tidak bekerja.

Alhamdulillah kami mencicil sebagian utang, walaupun belum terlunasi.
Begitu sayangnya tuhan kepada keluargaku, Dia memberikan ujiannya kepada kami.

Usaha ibuku menurun pendapatan pun menyusut, tapi kebutuhan semakin bertambah, belum lagi Aku dan Adikku Bayu akan menghadapi ujian kenaikan kelas ada beberapa administrasi yang belum dibayar.

Aku merasakan apa yang sedang ibuku hadapi. Malam itu setelah bangun tidur, Ku hamparkan sajadah lalu Aku duduk di atasnya dan memohon kepada Tuhan dengan memanjatkan doa, "Ya Allah, Aku bersyukur kepadamu atas kehadiran sosok perempuan tabah yang begitu perduli kepadaku dan kedua adikku. Maka hamba mohon  ringankanlah pikiran serta bebannya, Berikanlah yang terbaik untuk kami, Aamiin ya robbal'alamin," rengekku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang