prolog

11 2 0
                                    

Jungkook menguap beberapa kali sambil menggosok-gosok hidungnya yg tersumbat.

Ini hari pertamanya bangun pagi semenjak ia kuliah.

Terlalu pagi untuk mengingatkannya mengamankan Shin Hae Ji dari peloncoan teman-temannya sebagai mahasiswa baru.

Ini adalah tahun terakhirnya dan tahun pertama Haeji di kampus.

Sebagai seorang sahabat, mustahil bagi Jungkook untuk menolak permintaan Hoseok untuk menjaga pacarnya yg tempramental itu.

Meskipun selama lebih dari tiga tahun Haeji sudah mendapatkan perawatan intensif tentang alzheimernya, Jungkook meragukan kalau Haeji sudah berubah.

Demi tuhan ia tidak takut kalau terjadi apa-apa dengan gadis itu.

Jungkook lebih takut jika Haeji yg melukai orang lain seperti yg sering kali ia lakukan di sekolah.

Jungkook melirik Swiss Army-nya, sudah yg kedelapan kali dan Jung Hoseok baru saja datang lengkap dengan topi dan kaca mata hitamnya untuk mengantar Haeji ke kampus.

Sebagai selebriti terkenal, Hoseok malah terlihat sangat mencolok.

Kacamata berbingkai tebal dan jaket lusu rasanya cukup bisa membuatnya terlihat berbeda seperti yg dilakukannya dulu, untuk bisa masuk ke sekolah asrama dan mengejar-ngejar Haeji pujaan hatinya itu.

"Bagus sekali! Aku tidur sangat sedikit semalam dan harus bangun pagi karena menunggu kalian"Jungkook menggerutu.

Jung Hoseok dan Shin Haeji datang dengan sangat terlambat daripada waktu yg telah mereka janjikan.

Ia menguap sekali lagi.
Dan membayangkan kembali apa yg sudah di lakukannya tadi malam.

Bercinta dengan kekasih baru setidaknya membuatnya kembali semangat untuk belajar.

Hiburan yg baru di lakukannya berberapa tahun belakangan, saat ia menyadari betapa banyak gadis-gadis di kampus yg menyukainya.

Di asrama Jungkook tidak pernah melihat perempuan selain Haeji dan kakak perempuannya, Jeon Jiyoon yg merupakan guru di asrama itu.

"Maaf aku harus menghindari beberapa orang wartawan untuk membuat Haeji aman"
Hoseok berusaha membela diri.

Sebelah tangannya masih menggenggam erat sebelah tangan Haeji semenjak mereka keluar dari dalam mobil dan sekarang berakhir di salah satu tangga kampus dimana Jungkook duduk dengan tenangnya.

"Memangnya kenapa kalau Haeji di lihat wartawan? Kau takut kalau semua wartawan cidera karenanya?"

"Jangan sampai aku memukulmu seonbae" Heji mengerang.

Hoseok tertawa pelan ia sangat hapal jika Jungkook san Haeji adalah rival yg sering berdebat, dan bahkan beberapa kali dengan berutal Haeji melukai Jungkook.

Tapi hanya Jungkook yg paling paham dengan Haeji bila di bandingkan dengan dirinya.

"Aku hanya ingin merahasiakannya beberapa waktu lagi sampai aku siap memperkenalkan siapa wanita yg paling aku cintai di publik"

Sekarang giliran Jungkook yg tertawa, ia sama sekali tidak bermaksud untuk mengejek.

Tapi perutnya selalu terasa seperti di gelitik tiap kali ada seseorang yg mengatakan kata Cinta.

Baginya kata Cinta itu masih begitu sangat misterius dan belum di temukan olehnya sekarang atau mungkin oleh siapapun di dunia.

Semua wanita yg di kencaninya selalu mengatakan jika ia mencintai Jungkook.

Tapi Jungkook tahu jika semuanya hanya kagum padanya.

Menyukainya karena ia cerdas, tampan dan di kenal.

Ya, mereka semua hanya mengagumi atau menyukai seseorang, lalu mencari-cari nama yg tepat untuk menyebut perasaan yg mereka rasakan itu.

Hingga pada akhirnya Cinta terpilih menjadi kata yg tepat untuk menggembarkan perasaan mereka.

PLAK..

Bunyi tamparan itu sangat nyaring membuat telinga Jungkook berdenging.

Senyumnya memudar, berganti dengan keheranan dengan apa yg sudah terjadi padanya barusan.

Baginya, di tampar dengan seorang perempuan bukanlah hal yg asing.

Tapi di tampar oleh orang yg tidak di kenal membuatnya shock.

Ia memandangi seorang gadis yg berdiri di hadapannya, rambut bergelombang berwarna coklat dengan bola mata coklat keabuan yg berbinar Indah.

Wajahnya sangat berbeda dengan wanita-wanita korea manapun yg pernah Jungkook temui.

Tapi melihat wajahnya, Jungkook yakin jika wanita itu bahkan belum berusia tuju belas tahun.

Untuk apa dia datang ke kampus ini dan menampar Jungkook?

Ini pertemuan pertamanya dan Jungkook belum pernah melihat gadis ini sebelumnya.

"Hei! Nona kau salah orang?" Jungkook bertanya dengan nada biasa, ia masih bisa bersabar.

"Jeon Jungkook, itu kau kan?"

Mata Jungkook membesar, gadis ini tahu siapa namanya.

"Mahasiswa ilmu politik smester sembilan, duapuluh tujuh pacar dalam setahun, mengencani hampir dua puluh lima wanita di gangnam termasuk mahasiswa dan dosen, kau fikir kau ini siapa?"

"Apa maksudmu? Dan kenapa kau menamparku?"

"Hei tuan! Kau baru saja memutuskan hubungan dengan Lee Soobi kemarin sore, dan semalam kau sudah tidur dengan perempuan lain, dimana tanggung jawabmu? Soobi sedang mengandung anakmu dan sekarang ia sekarat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri!"

Lee Soobi, itu masalahnya? Jungkook tergelak sinis.

Memangnya kenapa ia harus berbuat seperti itu?

Jungkook tidak melakukannya secara paksa, wanita itu yg memintanya dan Jungkook tidak mungkin menolak.

Hanya laki-laki bodoh yg akan menolak dan perlu di ingat bahwa Jungkook tidak akan melakukan seks tanpa izin dan kesukarelaan dari pihak lawan dalam hal ini adalah pasangannya.

Lagipula bukan Jungkook yg melakukan hal itu pertama kali pada Soobi kan?

"Lalu kau mau aku melakukan apa? Apa Aku harus menemuinya dan mengatakan jika aku akan bertanggung jawab?"

"Yg perlu kau lakukan adalah, pergi ke laut dan menenggelamkan dirimu sendiri, laki-laki sepertimu lebih pantas mati"
Gadis itu mendengus keras.

Dengan langkah penuh amarah dia melangkah menjauh dan meninggalkan Jungkook yg masih terperangah.

Anak itu! Jungkook menggeram, ia mengumpulkan tenaga untuk berteriak.

"Hei nona! Kau ingin aku mati? Kau nantinya yg akan mati jika tidak bisa bersamaku"

...
...

MIAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang