Aulia memijat pelipisnya pelan, memandang beberapa rumus yang terlihat mudah di matanya. Namun, mengapa ia memijat pelipisnya?
Masalahnya, Bu Fatma, guru Fisika dan Matematika itu memberikan tugas menumpuk dan harus di kumpulkan besok pagi.
"Aish!!" dengkusnya.
Jari - jari Aulia mulai memegang pulpen, lalu menarikan pulpen itu di atas kertas bergaris biru itu.
Aulia terus terusan menulis, hingga 2 jam kemudian, baru selesai dengan soal kematian itu dengan banyaknya soal 125 soal Fisika dan 175 soal Matematika.
"Hoamm, ngantuk banget nih. Jam berapa sih?" tanya nya sambil menoleh ke arah jam.
"Pantas!" tukasnya kesal.
Jam menunjukkan pukul 00.30 PM. Biasanya Aulia tidur jam 21.00 atau 21.45 PM.
Aulia beranjak menuju kasur dan memejamkan matanya. Langsung saja, ia tertidur.
***
Pagi harinya, Aulia bersiap ke sekolah, saat di meja makan, Ayah nya berbicara.
"Auli, ayah ingin memasukkan kamu ke Pesantren." usul Ayah nya, Pak Ridwan.
"Iya nak, lagipula, di Pesantren kamu lebih terjaga daripada teman teman kamu yang membuka aurat itu." sahut Bundanya, Bu Rika.
"Hah? Seriusan Bun? Tapikan, Aulia gak mau masuk Pesantren" bantah Aulia pelan.
Pak Ridwan dan Bu Rika menghela nafas pelan. Aulia memang penurut, tapi tidak untuk sekolahnya.
"Auli, Ayah sudah mendaftarkan kamu di Pondok Pesantren Nurul Qadim." ucap Pak Ridwan.
"Hah?! Ayah, Auli gak mau mondok di Nurul Qadim. Kalau emang Ayah sama Bunda memondokkan Auli, biarin Auli milih sendiri mau mondok di mana." kesal Aulia.
Aulia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya, tidak menyukai pondok pesantren yang Ayahnya pilihkan.
"Tapi nak, kalau kamu yang milih, pasti kamu milih ponpes Lirboyo atau ponpes Ngasinan Kediri, Bunda sama Ayah gak suka di sana." tegas Bu Rika.
"Aku gak milih di sana kok." sahut Aulia.
"Terus di mana?" tanya Pak Ridwan Jengah.
"Ponpes Darul Ulu'um Muncar Banyuwangi." jawab Aulia tersenyum manis.
Pak Ridwan dan Bu Rika membelalak kaget mendengar jawaban putrinya.
Bagaimana bisa putrinya memilih ponpes di luar kota? Sedangkan di Nurul Qadim lebih dekat karena rumah mereka di Probolinggo.
Tapi mengapa putri mereka memilih di Banyuwangi walaupun masih se pulau dan se provinsi.
"Kenapa milih di sana nak?" tanya Pak Ridwan.
"Di sana fasilitas lengkap Yah, juga bagus. Aku maunya di sana." jelas Aulia singkat namun penuh permohonan.
Pak Ridwan dan Bu Rika saling pandang lalu menghela nafas.
"Nanti sesudah kamu pulang sekolah, kita bicarain lagi. Ayo habiskan, nanti telat." putus Pak Ridwan, final.
Bu Rika dan Aulia mengangguk lalu memakan nasi goreng sendiri.
Setelah selesai, Aulia menyalimi kedua orang tuanya dan pergi berjalan menuju sekolahnya.
Sekolah Aulia atau SMAN Nusa Bangsa71 jaraknya lumayan dekat dengan rumahnya.
Jam menunjukkan pukul 06.15 AM. Masih sempat menjemput sahabat karibnya.
Aulia mengetuk pintu rumah mewah milik temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir Cinta
Short StoryBaca deskripsi ini dulu, supaya tau jalan cerita. Kiki Aulia Rahmah, biasa di panggil Aulia, gadis manis, tidak terlalu cantik namun baik. Berhijab tanpa cadar, ternyata di perebutkan 3 pemuda yang di perebutkan para ukhti. Azmi, Ahkam dan Aban, tig...