1

1.3K 135 5
                                    

Penyesalan selalu datang di akhir.

Kenapa?

Agar kita lebih menghargai perasaan orang lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sebuah taman dengan banyak bunga yang menghantarkan semerbuk wewangian, duduk seorang gadis berambut gulali dengan mata emerald yang meneduhkan. Haruno Sakura.

Senyum memikat tak pernah luntur dari wajah ayu-nya. Semakin membuat wajah itu bersinar cerah. Tak lupa senandung kecil yang keluar dari bibir mungilnya menemani sunyinya taman malam itu.

Mata emerald itu tak lepas memandangi benda pipih yang di genggamnya. Perasaan was-was mulai menggelayuti pikirannya.

Kenapa belum datang? Desahnya pelan.

Langit malam makin gelap. Keadaan sekitar makin sunyi. Dan seseorang yang telah ditunggunya dari tadi tak kunjung datang.
Empat jam telah berlalu. Dan sekarang sudah pukul sepuluh lebih.

Drrt drrt drrt

Benda pipih yang sedari tadi dipegangnya bergetar. Dengan cepat Sakura mengangkatnya.

"Hal-"

"Aku tidak datang Sakura, pulanglah."

"Tapi kenapa Sasuke-kun? Aku sudah la-"

"Aku sibuk Sakura, mengertilah."

"Tap-"

Tutt tutt

Belum sempat Sakura menyelesaikan perkataannya, panggilan dari seseorang bernama Sasuke itu telah memutuskannya.
Sakura berusaha agar cairan bening yang telah menggenang di pelupuk matanya tidak jatuh.

Dia sibuk Sakura, kau harus mengerti.

Ya, selalu seperti ini.

.
.
.
.
.

Pagi hari yang cerah, burung berkicau menjadi lantunan semangat mengawali hari. Sakura mematut dirinya di depan cermin, bersiap menuntut ilmu di kampusnya.

Sakura menaiki bus untuk sampai di Universitas Konoha. Ino Yamanaka, sahabat Sakura, segera menghampirinya.

"Kau lama sekali, Jidat. Aku sudah di kampus dari tadi pagi, tau."

"Hehee maaf Pig, aku kesiangan. Lagipula tidak biasanya kau datang pagi."

"Ishh kau ini, aku kan juga mau dipanggil anak rajin."

"Ehh tunggu, tidak biasanya kau kesiangan. Kenapa?" Sambung Ino.

"Emm ya tidak apa-apa, mengerjakan tugas", jawab Sakura dengan cengirannya.

"Kau bohong, Jidat. Dan lihat, apa ini? Matamu bengkak, kau menangis?"

"Apa sih, Ino? Aku tidak menangis."

"You can't lie to me, Forehead. Sekarang, cerita!"

"Aku tidak apa-apa Ino, sudahlah", desah Sakura sambil mempercepat langkahnya.

"Sasuke, kan?"

Pertanyaan Ino sukses menghentikan langkahnya. Sakura bergeming. Ahh dia lupa, Ino adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya tanpa perlu bicara.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang