1. Ada kesempatan

5 1 0
                                    

      Senin sore membawa ku pada sebuah taman di komplek perumahan. Disana ada kursi panjang berwarna coklat dan banyak tanaman hias serta lampu-lampu taman.

     Aku baru saja satu bulan yang lalu pindah kesana dan baru hari ini aku tau tempat seindah ini di komplek ku sendiri. Indah, seperti senyumnya saat berpapasan dengan ku di perempatan kota kala itu. Hehe.

"Lhyra"  Sapa seseorang dari balik tubuhku.
Sontak aku terkejut melihat ada orang lain selain aku disini.

Masih ku perhatikan sosok lelaki bertubuh jangkung yang kala itu memakai kaos oblong berwarna putih dan celana training hitam serta sepatu sportnya. Mataku kian menyorot dari ujung rambut hingga ujung kakinya dan akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada lelaki asing itu.

"Siapa?" Tanyaku serius dan melepas headphone yang tadi menggantung dileherku.

Dia malah tersenyum sambil membuka ponselnya. Aku hanya bisa mengerutkan dahi melihat aksinya. Beberapa menit kemudian ia menunjukkan sesuatu dilayar ponselnya.

Tampak tiga orang anak kecil yang kira-kira berusia 7 tahun memakai seragam sekolah dasar sambil memegangi gulali kuning.

Sontak aku membulatkan mataku dan jari telunjukku mengarah menunjuk wajah lelaki itu sambil tertawa "Devano" kataku kaget.

"Iya? Devano anaknya bu dahlia. Yang suka banget makan gulali kuning sampe giginya rusak, haha ya ampun"

Aku benar-benar tak bisa menahan perasaan bahagia ku saat itu. Gimana tidak? Sudah hampir belasan tahun aku dipisahkan oleh lelaki tampan nan gagah dihadapanku ini. Pergi dan tak tau rimbanya.

     Devano Ananda Valeri.
Akrab disapa Vano. Teman kecil Lhyra saat masa SD. Dulu mereka terpisah karena Devano harus ikut orangtuanya ke Australia untuk melanjutkan sekolah menengah pertamanya. Sehingga, sewaktu SMP ia dan Lhyra tak bisa satu sekolah. Padahal itu sudah menjadi rencana mereka saat duduk di kelas 6. Hingga sekarang Lhyra sudah duduk di kelas 12 dan Devano pun memperlihatkan sosoknya lagi.

     Beda. Sangat beda. Devano dulu yang suka ingusan, yang pendek, yang kucel dan kotor sekarang bak artis kpop. Menakjubkan!
Australia berhasil merubah Devano. Hahaha.

"Kok..." Aku masih terus mengusap-usap mataku untuk memastikan ini benar lelaki yang sama yang ada di layar ponsel itu.
"Ini lo beneran Vano kan? Ya Ampun. Kok bisa sih"

     Devano hanya menggidikkan bahunya sambil tertawa kecil "Haha, cerita nya panjang. Gue kangen sama mama lo. Boleh gue main kerumah?"

"Ya elah no, ya boleh. Kaya siapa aja deh. Pasti mama gue pangling banget dan pasti dia kepo juga sama kabar mama lo, yakan? Mereka kan best friend banget dari jaman sekolah"

     Kebetulan lokasi rumahku tidak terlalu jauh dari taman. Setelah beberapa menit berjalan, waktu menghantarkan kami pada sebuah rumah bercat merah putih dan hitam. Kediamanku.
Bukan suatu hal yang kebetulan, mamaku sedang duduk di pelataran.

"Mamah"
"Mah... Liat deh kakak bawa siapa" Aku hanya bisa senyum-senyum tak karuan saat itu. Pun melihat ekspresi mama yang sepertinya tak asing dengan wajah Devano.

"Eh kak, siapa ini? Mama kok kaya gak asing yah. Cuma kalo di ingat-ingat  nggak mungkin bisa kasep pisan kaya begini" Mamaku masih mengingat-ingat dengan keras sambil mengerutkan dahinya.

"Siapa coba?" tanyaku memastikan.

"Vano yah? Yang dulu sering mama buatin gulali kuning?"

Tawaku pecah "Hahaha, iya bener mah. Devano anaknya bu dahlia tau. Temen masa kecil mama..."

"Halo tante" Sapa Devano diiringi dengam seutas senyuman manis.

"Subhanallah, Devano..."
"Berubah banget yah, pangling tante hehe"

"Ah, tante bisa aja. Masih Devano yang dulu kok, masih yang manja-manja dan kaya anak kecil kalo lagi sama tante dan mama" Gurau Devano.

*Drttt...drttt..drttt...*
(Getaran ponsel Lhyra)

"Mah, Van, bentar ya... Ada telepon" Aku langsung mundur agak menjauh dari mamah dan Devano.

Aku melihat layar ponselku yang tertera sebuah nama disana. Nama yang selalu kutunggu untuk sekedar muncul di notifikasi ponselku.

Galih.

Dia kekasihku sejak aku masuk SMA.
Lelaki yang mampu mengenalkan ku pada dunia. Dia juga yang mampu menguatkan ku dari segala macam terjalan yang menghantam hidup setelah papa meninggalkanku dan mama. Aku sangat menyayanginya.

Aku menggeser tombol gulir hijau.

Halo

Halo Lhyr. Ini Dara. Gue dan temen-temen yang lain barusan di hubungi sama mama Galih. Galih masuk rumah sakit. Kritis Lhyr. Kita gak tau kenapa. Lo kesini ya sekarang. Nanti gue kirimin alamatnya. Buruan Lhyr.

Sontak air mataku mengalir dari kelopak mataku. Galih kenapa?

Aku menoleh kebelakang, melihat senyuman dari wajah dua orang yang sedang bertemu rindu. Sekejap aku menyeka air mataku. Lalu memberanikan diri untuk masuk dan mengambil tas dan segera pergi kerumah sakit.

"Kak, mau kemana?" tanya mamaku juga ikutan panik.

"Galih, kritis. Kakak harus kerumah sakit"
"Maaf ya Van, kita ketemu lain waktu" sambungku.

Devano menghalauku "Gue anter, please"

"Nggak, makasih ya. Gue naik motor sendiri aja. Gue bisa kok" Tolakku mentah-mentah.

Yang ada dibenakku hanya aku tak ingin terlambat. Aku ingin Galih baik-baik saja.

....
Next episode???
Tunggu aja ya❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SETELAH SENJA PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang