1. Rintik Senja

32 3 0
                                    

rintik kecil bukan peluhku
tangis basah ingin pelukku
habis cerita saat teduh
hujan membawa rasa semakin penuh

gelap senja mungkin menawan
lampu jalan mulai melawan
indah pelangi sedikit terlihat
teduh membawa untuk mengingat

bahagia saatku tatap ranting menari
gugurlah sudah daun yang mati
indahkan dunia tanah tak kering lagi
harumkan mimpi dalam jalan ini

senja bertahan sebentar kini
izinkan terang sedikit mengungsi
malam silahkan datang berlawan
dingin membawa ingatan semalam

Hawa membaringkan kepalanya tepat didepan ibunya. Hawa mengucapkan sesuatu seolah seperti berbisik pada ibunya.

"ibu, rasanya semakin hari aku semakin tidak tahan jika tidak bertemu ibu, apa ibu merasakan hal yang sama?" Hawa memeluk ibunya sambil menahan air mata yang sudah siap membanjiri ibunya.

"ibu, aku hampir kehabisan cerita. Karna aku terlalu sering curhat dengan ibu. Bahkan aku bingung apa yang selanjutnya harus kuceritakan lagi pada ibu." Hawa mulai memperbaiki posisi duduknya sambil menatap ibunya dengan penuh keseriusan.

Tak terasa air mata Hawa menetes beriringan dengan tetesan hujan yang mulai menyamarkan air mata yang ada di pipi Hawa.

"ibu, aku sangat suka saat-saat seperti ini. Saat dimana ibu benar-benar tidak melihat air mataku menetes dengan deras karena saat ini air mataku tercampur dengan tetesan air hujan." Air mata Hawa tiba-tiba saja gugur tak terbendung. Walaupun dengan senyumannya yang tetap terlihat tenang.

"ibu, sebentar lagi aku harus pulang lagi, sebentar lagi aku harus meninggalkan ibu lagi, aku tidak mau ibu sedih. Aku janji akan lebih sering kesini. Dan aku janji akan lebih banyak membawa cerita baru dan menyenangkan pada ibu. Aku takut ibu lelah mendengar keluhku, aku takut ibu capek menahan kepalaku. Doaku selalu untukmu ibu, aku akan  membuat ibu nyaman tanpa rasa sakit lagi. Soal ayah yang sampai saat ini aku belum tau dia masih ada atau tidak, aku akan terus menyimpan catatan dari ibu tentang ayah agar kelak jika Allah mengizinkan aku sudah bisa mengenali bagaimana ayahku." Hawa kembali merebahkan kepalanya pada ibunya yang sudah basah terkena air hujan tadi.

"ibu, anakmu ini hari ini berulang tahun. Entah ini umur ku yang keberapa aku tidak tau, yang pasti mereka yang baik hati itu juga tidak tau kapan tahun aku benar-benar dilahirkan, kecuali tanggal dan bulan yang ibu tuliskan. Mungkin umur ku sekarang 18 tahun ya bu?" Hawa menyerahkan bunga mawar yang indah pada ibunya.

Azan maghrib berkumandang. Akhirnya Hawa tersadar dari curhatannya pada ibunya. Bergegas Hawa meninggalkan makam ibunya yang sudah sejak Hawa lahir tidak pernah sempat bertemu dengan ibunya. Hawa langsung pulang kerumahnya, bukan benar-benar rumahnya. Tapi rumah teman ibunya yang sekarang dianggapnya sebagai keluarganya.


* Terimakasih banyak yang sudah mau baca cerita ini ya. Mohon doanya biar penulis bisa selalu melanjutkan cerita ini.

HAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang