CHAPTER 1

19 2 2
                                    

  The Other Side
Pengenalan cast :
Thania Junianantha rahardian, kelas :XI Ipa 3
Cantik, berkulit putih, bermata hazel, rambut sebahu, sifatnya tergantung mood yang dirasakannya.
Thania sangat tidak menyukai saudara dan ibu tirinya karena suatu alasan. Ibunya meninggal tiga tahun lalu karena bunuh diri akibat depresi yang dideritanya saat mengetahui ayahnya, Ficriawan Rahardian berselingukuh hingga mempunyai anak perempuan yang seumuran dengannya, sampai ibunya mengetahui dan menyayat nadinya dihadapannya dan juga ayahnya.
Thania sangat terpukul atas kejadian yang menimpanya lalu satu hari setelah kematian ibunya, ayahnya membawa mereka ke rumahnya dan berkata “mulai sekarang mereka tinggal disini, anggap dia ibu dan adikmu sendiri.”
Thania sangat marah, ia tak terima dengan keputusan ayahnya, ibunya baru meninggal kemarin, dan keesokannya ayah Thania membawa simpanannya, ia sangat membenci mereka, karena merekalah yang sudah membuat ibunya mengakhiri hidupnya.
Ibu tirinya yang selalu mencari kesalahan Thania saat ayahnya berada di rumah dan ayahnya yang selalu ringan tangan, sekecil apapun kesalahan yang Thania perbuat ayahnya akan memukulnya tanpa ampun sampai dirinya puas.

Anya Sherena Rahardian : XI Ipa 2
Saudara tiri Thania, berbeda enam bulan dari Thania yang lebih dulu lahir. Seorang kutu buku dikelasnya, pendiam dan tertutup, menyukai makanan yang manis, ia sangat menyayangi Thania kaka tirinya itu walaupun sikap Thania yang menunjukan kebencian pada dirinya juga ibunya. Walaupun begitu ia tetap menyayanginya.
Ia juga merasakan sakit saat melihat Thania dipukuli ayahnya dihadapannya. Pernah ia menanyakan keadannya tapi Thania hanya membalasnya dengan ucapan sarkatis. Ia juga merasa bersalah pada ibu Thania karena kelakuan Sisca ibu kandungnya, membuat Amanda bunuh diri dan sekeras apapun ia mendekati Thania, Thania tidak akan pernah berubah dengan pendiriannya.

Devano Elviano Bagascara : XI Ipa 1
Pria blasteran ini dijuluki cold prience di sekolahnya, selalu memasang wajah datarnya, sifat yang tenang, dingin dan cuek tak mengurangi kadar ketampanannya.
Pintar, kayaraya, dan menguasai semua bidang membuatnya semakin digilai para gadis-gadis di sekolahnya.

David Elvino Bagascara : XII Ips 2
kaka kandung Devan, terpaut satu tahun lebih tua dari Devan.
Cowok tertampan kedua setelah Devan. Terkenal bad boy, sifatnya yang berbanding terbalik dengan adiknya, sering keluar-masuk ruang BK. Sifatnya ramah pada semua orang, ia sangat menyayangi devan dan akan melakukan apa saja untuk adiknya, Devano Elviano.
Devan dan David adalah anak dari Dion Bagascara, pemilik sekolah sekaligus orang yang berpengaruh dinegaranya.

Stella Salsabila Dewanto : XI Ipa 3
Sahabat Thania. Hyperactif, cerewet dan cempreng tidak menyukai makanan pedas. Ia sangat tahu seluk beluk masalah Thania menjadi penengar yang baik bagi Thania. Ia sangat menyayangi Thania seperti saudaranya sendiri, dan mereka sangat kompak dalam segala hal.

Viona Megantira Wijiya : XI Ipa 2
Seorang model dan salah satu gadis yang dikagumi banyak pria karena kecantikannya. Sifatnya jutek dan temperamental siapapun akan terkena dampaknya jika ada yang mendekati seseorang yang ia sukai.

Rafa Bragasta : XI ipa 3
Thania friend

Mikenzi Argantara : XI Ipa 1
Devan friend

Dewa Mahendra : XI Ipa 1
Devan friend

Daniel Anggara : XII Ips 2
David friend

Chapter 1
Thania POV
Namaku Thania, Thania Junianantha Rahardian
Ketika kalian membaca ini aku sedang berlari ketika melihat gerbang yang sudah ditutup.
“pak.. pak Opik bukain dong pak mau masuk nih” ucapku mencoba membujuk satpam sekolah ini.
“wait.. wait.. gak bisa neng, kalo udah telat peraturan harus pulang”
“yaaah jangan gitu dong pak saya udah capek nih lari-lari dari halte depan masa bapak gak kasian sama saya” ucapku sambil mengeluarkan jurus puppy eyes andalanku
“aduh gim-“
TIIIIIIINN……….. 
Suara klakson mobil mengagetkanku dan pak Opik buru-buru membuka pintu gerbang setelah mengetahui mobil siapa itu. Sedangkan aku berdiri mematung saat mobil itu melaju melewatiku begitu saja.
“Neng masih mau disitu?!” tiba-tiba suara pak Opik mengagetkanku.
“emmhh anu itu itu…lahh kok itu bisa masuk sih pak? Bukannya kata bapak yang telat harus pulang!”ucapku besungut-sungut.
“Gini nengg,kan mas devan anak yang punya yayasan ini jadi saya gak berani larang.”katanya tak berdosa.
‘’Gak bisa gitu dong pak peraturan ya peraturan gak boleh pilih-pilih.”
Bukannya mendengarkanku,ia malah pergi tanpa menggubrisku sama sekali.
Dengan berat hati aku memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Baru tiga langkah aku teringat pada tembok belakang sekolah. Mungkin aku bisa memanjat untuk masuk ke dalam. Tanpa menunggu waktu lagi aku segera bergegas ke sana.
Tiba di belakang sekolah aku malah melihat sebuah warung kecil yang dipenuhi murid laki-laki yang biasa disebut pentolan sekolah. Agak ragu aku melangkah melewati mereka yang sedang asyik mengobrol dan bercanda. Tapi salah satu dari mereka menyadari keberadaanku, ia langsung menepuk bahu temannya memberi tahu sesuatu, yang masih terdengar olehku.
“Weh ada cewek cantik tuh”
“Lu mabok ya? Disini mana ada cewek, kudanil! Emakpahe ada noh!!” Salah satu murid paling tinggi menanggapi celetukan si rambut pirang tadi dengan nada mengejek.
“Noh liat sendiri kalo gak percaya.” Si rambut pirang menunjuk ke arahku.
Aku yang merasa ditunjuk jadi salah tingkah, bingung harus berbuat apa. Aku melihat mereka berbicara dan tiba-tiba salah satu dari mereka berdiri dan berjalan menghampiriku.

“Hai, cari siapa?” Sapa cowok itu yang mungkin kakak kelas membuat aku gugup.
“Eh.. ini kak, gue telat tapi gak bisa masuk.”
“Oh lu telat, mau gue bantu?” cowok itu tersenyum manis. 
“Serius mau bantu?” Ucapku bersemangat. “Gak diapa-apain kan?”
Cowok itu terkekeh dan mengangguk lalu menggandeng tanganku menuju samping warung itu. Aku melihat sebuah pohon besar yang dahannya menjorok ke dalam tembok sekolah. Si cowok itu tiba-tiba membungkuk membelakangiku.
“Lu naik ke punggung gue.” Si cowok itu berucap pelan.
Aku menatap punggung cowok itu ragu-ragu, antara naik atau tidak. Aku memutuskan membuka sepatu agar tidak mengotori seragamnya.
“Gausah buka sepatu, lu langsung naik aja” Ucap cowok itu menghentikan aku yang ingin melepas ikat tali sepatu.
“Tapi nanti kotor gimana?”
“Udah naik aja jangan banyak omong!” kata dia yang mulai kesal.
Aku langsung naik kepunggung cowok itu dengan perasaan was-was, dan memanjat pohon lalu menginjak tembok dan melompat. Dengan perasaan yang cemas karena takut ketahuan dan kaki yang masih gemetaran aku langsung berlari menuju kelasku sambil berteriak
“makasih kaaaaak.”

Sementara itu David membersihkan seragamnya setelah diinjak Thania
“yhasssss gue lupa nanya nama tuh cewek lagi, bego banget dah gua.” Ucap David di dalam hati dengan raut muka yang agak kecewa

Thania POV
Syukurlah kelas hari ini belum dimulai, jadi aku bisa sedikit bersantai.
“Than, ngapa lu baru datang?” Tanya Salsabila sahabtku yang sering aku sebut Abil.
“Paling dia begadang movie marathon lagi.” Raka menanggapi.
“Bukan ih, gue tuh tadi malem..” Ucapanku terpotong karena teriakan Pak Supri.
“Morning class! Kita ulangan hari ini!”
Teriakan Pak Supri sontak membuat kelas heboh oleh protesan tak setuju. Termasuk Raka.
“Arrggghh ingin aku berkata kasar!”
Aku menatap horror ke arah Pak Supri, teringat bahwa aku belum belajar sama sekali.

“Lu gak usah khawatir than, kalo lu gak bisa jawab nyontek aja sih.” Ucap Abil sadar akan tatapanku.
“Kalo ketauan gimana bil?” Aku tampak ragu.
Abil berdecak pelan, “Ah cemen lu masa gitu aja takut, tenang kalo ketauan kan ada gue.”
“Awas ya kalo bohong.”
Pak Supri mulai membagikan soal ulangan ke setiap murid. Para murid mau tidak mau mulai mengerjakan soal tersebut.
“Pssttt! Bil… bill” Aku berbisik ke arah Abil meminta contekan. Lalu tanpa menoleh Abil menyodorkan sobekan kertas kepadaku. Aku mengambil kertas itu sambil sesekali melihat ke arah Pak Supri. Saat akan membuka kertas itu, aku merasakan tepukan dibahuku. Aku mendongak dan melihat siapa itu, sebuah suara mengagetkan semua orang.
“THANIA APA ITU?!!”
“Anu.. Pak emmm” Tanpa menunggu aku selesai bicara Pak Supri merebut kertas contekan dari tanganku.
“Berani-beraninya kamu nyontek di pelajaran saya! Keluar kamu Thania!”
Dengan berat hati aku berdiri dari tempat dudukku, sedangkan aku melihat Abil dan Rafa menatapku dengan pandangan iba.
Aku berjalan ke luar menyusuri lorong kelas dengan perasaan dongkol dan sesekali merutuki kesialanku hari ini.
“Sial banget sih gue, udah tadi bangun kesiangan, telat sampe sekolah, trus sekarang dikeluarin pas ulangan. Mana si Abil gak kena lagi, tadi aja ngomongnya kalo ketauan bakalan nemenin nyatanya gue yang keluar sendiri.” Dumelku tanpa memperhatikan langkah.
“Awas aj-”
BUGH
Aku menabrak sesuatu yang keras dan membuat tubuhku terhuyung ke belakang. Aku menutup mata membayangkan rasa nyeri yang akan aku rasakan.
‘Pasti sakit nih’ Batinku. ‘Eh tapi kok gak sakit ya? Yakali keramik berubah jadi empuk.’
Karena penasaran aku membuka mataku dan berhadapan dengan sebuah mata biru indah yang menatapku tajam.

Kami saling menatap cukup lama sampai si mata biru itu mengerjap, tersadar akan posisi kami. Tanpa perasaan dia menjatuhkan tubuhku begitu saja, membuatku terpekik panik saat bokongku menyentuh lantai.
“Aww..”

TBC

THE OTHER SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang