confession #2

141 17 7
                                    

Eksistensiku benar-benar tak berarti
Bagaikan uap air yang kapan saja akan hilang dan dilupakan
Arah jalanku tak terarah
Kelakuanku memuakkan
Segalanya menjadi begitu rumit kala otakku lagi-lagi gagal bekerja

Bisik-bisik mulai terdengar, lalu kemudian muncul sebuah stigma
Jiwaku seakan mengalami dekadensi
Ragaku seketika lambat dalam merespon
Dan sekali lagi, aku gagal menanganinya dan terpuruk dalam perasaan bersalah

Akhir-akhir ini aku dilanda kesedihan yang cukup mendalam karena aku menyadari bahwa semakin bertambahnya umur aku bahkan tidak dapat mempergunakan tubuhku dengan baik. Aku masih saja merupakan anak yang telat mikir dan lamban.
Aku juga tidak mampu beradaptasi dengan lingkungam keluargaku dimana aku sering merasa cemas dan tidak nyaman bila berada di dekat mereka. Aku takut jika nanti aku melakukan kesalahan atau tidak mampu berkomunikasi yang baik dengan mereka.
Mereka seringkali terkesan membandingkan prestasiku di sekolah dengan performaku di kehidupan sehari-hari.
Mereka terheran mengapa anak bodoh sepertiku mampu mendapat juara 1 di sekolah
Aku merasa tidak berguna dan berdosa karena aku telah gagal mempergunakan tubuh pemberian Tuhan ini dengan maksimal
Aku benci terlahir di dunia, karena aku telah memuakkan banyak orang
Padahal sebenarnya mereka adalah orang yang baik dan perhatian namun aku tidak dapat membalas kebaikannya dan malah membuat masalah
Aku jatuh dalam titik dimana aku bingung untuk melakukan apa agar setidaknya aku dapat menjadi lebih berharga.
Maaf karena aku jadi curhat panjang lebar seperti ini karena aku tidak mungkin menceritakannya pada keluargaku karena mereka pasti akan langsung mengatakan bahwa aku terlalu berlebihan, lebay atau alay jadi aku memilih untuk mencurahkannya disini
Terimakasih telah membaca, jika berkenan tolong tinggalkan saran agar aku bisa berkembang menjadi lebih berguna

Depression In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang