[Sayna Prov]
Tubuh itu berlari menghampiriku.
"Saya perlu bicara" sambil terengah-engah.
"Loh, saya kan belum menjelaskan. Kenapa kamu sudah menangis?"
Air mata sudah jatuh sedari tadi sebelum ia memberikan penjelasan terlebih dulu.
"Tidak perlu. Saya tidak menginginkan kamu lagi. Saya bisa tanpamu" ujarku berbohong.
"Benarkah? Saya tidak akan muncul lagi di kehidupanmu, sungguh ingin berpisah?"
"Ya," balasku tak yakin.
"Baiklah,"
"Kamu tidak ingin bertanya kepada saya apakah saya juga ingin berpisah denganmu?""Tidak perlu ditanya pasti itu yang kamu inginkan, bukan?"
Ia melangkah mendekatiku. Aku hanya menunduk tanpa bereaksi. Perlahan-lahan hembusan nafasnya mulai terasa. Itu artinya ia berjarak hanya beberapa centi saja dari tubuhku.
Hangat. Damai.
Ya, ia memelukku. Memeluk erat tubuhku. Aku tidak mengerti apakah ini pelukan perpisahan atau bukan. Yang pasti, aku hanya terdiam ditemani oleh tangisanku."Sudah berapa kali saya bilang. Mau kamu mutusin saya berkali-kali, pun saya tetap ingin bersama. Maaf kalau saya egois. Mau bagaimana lagi, Na. Saya tidak bisa menjadi seperti Dilan atau pemeran lelaki favoritmu di film atau di novel. Saya ya saya. Rafka Ibrahim, pria tertampan yang tidak akan pernah melepasmu"
•••••
Sayna dan Rafka.Sepasang kekasih yang selalu bertengkar ingin berpisah tetapi tidak bisa terpisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say-ka
RomanceAku ingin memberikan ucapan terima kasih kepadamu, yang membawaku ke dalam dunia penuh luka yang bukan sekadar tentang luka. Tetapi tentang pelajaran hidup yang harus diketahui semua manusia bahwa; jatuh cinta tidak sekadar tentang bahagia.