Pertanyaan

2.4K 178 47
                                    

Sebuah Boboiboy Fanfic karya LightDP AKA LightDP2.

Author note:

-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya saja.

-Warning: Elemental sibblings. tanpa super power, OOC (mungkin ?), typo.

-Dalam fanfic ini umur karakter adalah sebagai berikut dari yang tertua:

Boboiboy Halilintar: 17 tahun.

Boboiboy Taufan: 17 tahun.

Boboiboy Gempa: 17 tahun.

Boboiboy Daun: 12 tahun.

Boboiboy Api: 12 tahun.

.

Selamat Membaca

.

-GUBRAK!-

Kedua buah barbel yang berada di tangan Halilintar terlepas dari genggamannya.

Sang kakak tertua sedang fitness kecil-kecilan di halaman belakang rumahnya ketika kedua adik kembarnya yang terkecil datang menghampiri dan menanyakan sesuatu yang membuat Halilintar terkejut.

"A-apa yang kalian tanya barusan?" tanya sang kakak yang masih belum percaya dengan telinganya sendiri.

Kali ini Api yang mengulangi pertanyaan Daun, "Apa itu sex?" Raut muka mereka jelas sekali menunjukkan kebingungan.

Cepat atau lambat pertanyaan sensitif seperti itu pasti akan terlontar apalagi dari anak-anak seusia Api atau Daun. Entah mereka mendengar dari kawan-kawannya atau mendengar sekilas dari lingkungan sekitar mereka.

Untungnya mereka langsung bertanya kepada kakak mereka, bukan kepada oknum yang tidak bertanggung jawab. Sialnya yang ditanyakan enggan menjawab karena takut akan merusak otak mereka yang masih polos.

Halilintar yang kurang pandai berdiplomasi dan enggan menjawab blak-blakan terlihat gelisah setelah mendengar kedua adiknya mengulangi pertanyaan mereka. 'Astaga, dari sekian banyak pertanyaan kenapa harus yang ini? Tolooong!' jerit Halilintar dalam batinnya.

Melihat sang kakak tertua kesulitan menjawab, Daun bertanya kembali. "Jadi ... Kak Hali ngga tahu ya?" keluh Daun yang semakin kebingungan.

Api yang juga masih kebingungan langsung mengamit tangan Daun dan menarik tangan kakaknya itu "Yuk Daun, kita tanya Kak Taufan."

"JANGAN! JANGAN TAUFAN!" teriak Halilintar yang mendadak panik ketika nama adiknya disebut. Entah kenapa Halilintar merasakan firasat buruk kalau Taufan yang menjawab.

"Memang kenapa denganku?" Taufan yang mendengar teriakan Halilintar nampak berdiri di ambang pintu.

Halilintar yang sudah kebingungan hanya bisa berbuat sesuai kebiasaannya jika dirinya sedang gugup, bingung atau marah. Menatap tajam.

Taufan yang sama bingungnya pun hanya bisa berbuat sesuai kebiasaannya jika dirinya sedang gugup, bingung, atau salah tingkah. Tersenyum cengengesan.

Tatapan tajam berbalas senyuman, yang dibalas lagi dengan tatapan yang dibalas senyuman. Keduanya impaslah sudah.

Daun akhirnya memecahkan pertandingan tatapan maut melawan senyuman nista antara kedua kakaknya yang jarang akur itu. "Kak Taufan ... sex itu apa?"

Bahkan Taufan mendadak pucat dan meneguk ludahnya ketika ditembak dengan pertanyaan seperti itu. Terutama oleh Daun, adiknya yang terkenal karena polos. "Ah ... sex, ya? Ahahahaha." Taufan terkekeh sembari menggaruk-garuk pipinya yang sebenarnya tidak gatal.

"Kubunuh kau kalau salah jawab, Fan," desis Halilintar yang tatapannya semakin tajam. Jelas sekali sang kakak tidak mau otak adiknya yang polos ini dirusak oleh Taufan, si playboy di sekolahnya.

Ancaman Halilintar samasekali tidak mempermudah Taufan menjawab pertanyaan kedua adiknya itu. "Aih ... sex itu .... Kebutuhan biologis manusia ... untuk ... Ah." Taufan menengok kearah Halilintar yang sudah melempar-tangkap sebuah barbel di tangannya. Jangan lupakan aura gelap nan suram yang menguar dari sang kakak tertua.

"Sex itu adalah cara manusia berkembang biak, melalui hubungan intim." Terdengar suara orang ketiga, yang tidak lain adalah Gempa.

Gempa yang sedang sibuk membersihkan rumah mendengar ketika Halilintar meneriakkan nama Taufan. Terdorong rasa penasaran, ia pun menghampiri semua saudara-saudaranya yang tengah berkumpul di halaman belakang.

Tak disangka oleh Gempa bahwa kedua kakaknya itu sedang berusaha menjelaskan sesuatu yang sangat peka kepada kedua adiknya yang masih berumur duabelas tahun itu.

"Jadi, sex itu adalah kegiatan antara dua orang, baik pria dengan wanita, pria dengan pria, atau wanita dengan wanita-"

Akhirnya Gempa yang secara panjang lebar mengambil alih tugas menjelaskan perihal sex kepada kedua adiknya secara detail dari alat reproduksi manusia sampai ke hubungan intim, bahkan sampai ke perihal hubungan diluar norma yang berlaku.

Api yang mendengar kuliah dadakan Gempa pada awalnya terbengong cengo. Namun sejalan waktu cengonya itu berubah menjadi senyuman, sebelum akhirnya senyuman si adik yang terkenal bandel itu berubah menjadi seringai lebar

Sementara Daun juga terbengong cengo. Namun sejalan waktu, wajahnya berangsur memerah. Semakin lama Gempa berceramah, semakin merah wajah si adik yang terkenal polos itu.

"Pahamkah kalian?" tanya Gempa seusai kuliah dadakannya kepada Api dan Daun. "Jangan salahgunakan apa yang sudah kakak jelaskan."

Api terlihat menyeringai sembari menganggukkan kepalanya "Oooh. Paham sekali, kak!"

Daun nampak masih tertunduk dan tersipu malu setelah mendengar kuliah dari kakaknya itu. "Daun ... ngerti."

Halilintar menarik napas lega. Dalam batinnya, ia sangat berterima kasih kepada Gempa.

"Tumben kalian bertanya begitu?" tanya Halilintar kepada kedua adiknya. "Memang ada apa?"

"Ah, Daun jadi bingung nih ...," keluh si adik yang kepolosannya menipis karena kuliah dadakan Gempa. "Harus Daun coret yang mana? F atau M?" tanya Daun sembari memperlihatkan sebuah formulir berbahasa Inggris.

Gempa mendadak terbengong horror. "Alamaaaak ...."

Sementara Halilintar dan Taufan menatap tajam ke arah Gempa dan bahkan sudah siap untuk mengganyang adik mereka itu. "Api, Daun, coba kalian masuk ke dalam dulu, aku sama Kak Taufan mau bicara dengan Kak Gempa dulu."

Gempa hanya bisa meneguk ludahnya ketika kedua adiknya yang terkecil itu masuk ke dalam rumah. "Habislah aku ...."

.

.

.

Tamat.

PertanyaanWhere stories live. Discover now