~Happy Reading~
***
Sepatu hitam tampak menapaki lantai kampus yang bersih. Si pemilik sepatu tengah berjalan bersama dua sahabatnya, Dhirga dan Luis. Benar-benar tidak terpisahkan, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saja harus di tempat yang sama juga jurusan yang sama. Dan lagi-lagi mereka mendapati sorotan serta sorakan kekaguman dari para kaum hawa一persis seperti saat mereka SMA dulu.
Redo hanya tersenyum ramah menanggapi sorakan para perempuan itu, Dhirga sendiri hanya diam dengan tampang dinginnya yang tidak pernah berubah sejak dulu, sedangkan Luis membalas sapaan mereka satu per satu.
Kini ketiganya memasuki ruangan komputer. Ya, mereka bertiga mengambil jurusan teknik komputer. Jika hobi bermain komputer maka lebih baik mengambil jurusan yang sesuai agar lebih memperdalam keahlian.
"Berapa menit lagi, Wis, masuk kelas?" tanya Redo pada Luis yang duduk di sebelahnya.
"Dua puluh menit lagi. Kenapa? Mau nge-game lagi lo?"
"Iya, dong. Tujuan gue cepet dateng ke kampus kan untuk ini juga. Jadi, jangan sia-siain listrik kampus." Redo membalas dengan kekehan kecil sambil menghidupkan komputernya.
"Kebiasaan lo, Do. Gue ikut main deh." Dhirga ikut menimbrung membuat Redo semakin bersemangat untuk memainkan game RPG di komputer kampus yang diam-diam mereka instal.
Permainan baru saja akan dimulai, tiba-tiba Redo teringat akan sesuatu. Ia menoleh ke samping kanannya, menatap Dhirga. "Astaga dragon! Gue lupa!"
Dhirga yang terusik pun kini membalas tatapan sahabatnya. "Lupa apaan lagi? Perasaan tiap hari lo lupa mulu."
"Punya temen bego bener," gumam Luis yang masih berkutat dengan komputer di depannya.
"Flashdisk gue ketinggalan di mobil lo, Ga. Bahan presentasi kita nanti ada di sana."
Dhirga menggelengkan kepalanya pelan, tidak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Selalu saja ada yang kelupaan. Benar-benar sebuah kebiasaan yang tak pernah berubah dari cowok itu. Dhirga mengambil kunci mobilnya dari saku jaketnya lalu diberikan ke Redo.
"Kalo nih kunci hilang, gue gorok leher lo." Dhirga memperingati penuh ancaman membuat Redo sempat bergidik ngeri.
"Oke. Tapi, lo harus beli golok dulu buat gorok leher gue. Kan, nggak mungkin lo gorok gue pake komputer. Mana tajam, Ga."
Mendengar sahutan Redo, Dhirga menggeram. "Redo!"
"Iya, ampun, Ga!" seru Redo sambil berlari keluar dari ruangan. Ia melangkah cepat menuju parkiran mobil dan mencari di mana mobil Dhirga terparkir. Setelah menemukannya, ia masuk ke mobil untuk mengambil flashdisk yang ada di dashboard, kemudian keluar lalu menguncinya.
Baru saja ia hendak melangkah, sebuah mobil berwarna merah tiba-tiba mengklakson panjang lalu berbelok tajam ke arahnya. Redo yang terkejut langsung memundurkan langkahnya hingga punggung belakangnya tersentak mobil Dhirga. Ia menarik napasnya pelan lalu membuangnya. Mobil merah itu terparkir di sebelah mobil Dhirga namun sang pemilik mobil belum juga keluar.
"Gila juga nih orang. Mau ngebunuh gue apa? Hampir aja gue keserempet mobil. Matinya nggak oke banget, tai." Redo mengomel sambil mengelus dadanya. Sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remartha
Teen FictionRedo Jonathan, bukan tipikal cowok badboy yang hobi tawuran. Ia hanyalah seorang cowok yang karakternya disukai oleh banyak orang. Martha Evelyn, tipikal cewek cantik ber-body idaman yang suka meninggikan suara dan sok berkuasa. Cowok mana pun juga...