Treasure

220 12 2
                                    

Sebuah mansion yang berdiri dengan kokoh didalam salah satu hutan belantara Korea selatan terlihat begitu mencekam pada sore hari seolah meminta siapapun yang ingin mengeksplore keindahannya untuk menjauh.

"kau ingin minum teh Chamomile ?" tanya seorang namja dengan tubuh tegap berbalut kemeja sutera dan tuxedo hitam.

"uhh... tidak hyung... b-biarkan seperti ini dulu..."

Jimin mengeratkan pelukan pada tubuh atletis namja dihadapannya , membuat tuxedonya sedikit kusut.

"pink boy itu akan datang hari ini... kau memerlukan sesuatu?"

"a-aniya... aku hanya perlu tidur..." Jimin menarik nafasnya begitu berat dan Namjoon lelaki yang sedang membiarkan tubuhnya di peluk dengan erat oleh Jimin itu hanya bisa menghela nafas.

"itu masalahnya..."

____________________________________________

Seorang namja berbahu cukup lebar memotong akar-akar rimbun dari pepohonan berusia ratusan tahun dengan sebilah pisau berukuran sedang yang di bawanya.
Entah kenapa akar-akar itu seolah terasa selalu kembali seperti semula setiap awal bulan saat dia harus kembali kesana.

"aish jinjja... kenapa aku harus menerima pekerjaan ini. seharusnya aku pergi ke kota saja dan melamar pekerjaan sebagai aktor, film ku pasti akan laris dengan wajah setampan ini."

Tawa laki-laki itu meledak dan terdengar seperti suara pembersih kaca mobil entah bagaimana, merasa senang saat berdialog dengan dirinya sendiri.

"sekarang aku malah terjebak di hutan dengan pekerjaan tidak jelas ini sebagai delivery boy... Apa mereka tidak sanggup membeli rumah di tengah kota? kenapa harus di tengah hutan ? aish jinjja... bodoh seka-"

"jaga bicara mu."

Kim Seokjin , laki-laki dengan pakaian juga aksesoris yang nyaris seluruhnya berwarna dusty pink itu tersentak dan berlari sekuat tenaga saat suara berat seorang laki-laki tertangkap indera pendengarannya begitu dekat namun tidak mendapati siapapun disana.

Dia bahkan tidak mempedulikan lagi ranting dan belukar tajam yang merobek pakaiannya,menimbulkan luka pada kulit mulusnya.

Seokjin sangat ketakutan , sesekali dia menengok kebelakang dengan tetap berlari namun tidak menemukan apa-apa selain bayangan hitam yang seolah mengejar.

"AAAAAAAAAAaaaaa- !!!!"

Brugh !

Tubuh Seokjin terpental jatuh saat dia merasa telah menabrak sebuah tembok yang kokoh.

"apa yang kau lakukan berteriak dan berlari seperti suku barbar didalam hutan ini?"

"ughh...sakit sekali... apa aku baru saja menabrak tembok ?" Jin memegangi kepalanya dengan mata terpejam karena rasa pening mencoba berdiri meski kakinya bergetar hebat , kelelahan.

"Really Kim Seokjin ?? terkadang kau sangat kekanak-kanakan ... kau menabrakku dan berpura-pura tidak tahu agar tidak perlu meminta maaf, benar begitu? childish."

"ap- YA !! tidak mungkin aku barusan menabrak mu !? tubuh mu terasa seperti tumpukan batu bata ! apa kau tidak melihat bagaimana aku terpental ?! apa kau sudah gila Kim Namjoon ?!!"

"minta maaf tidaklah sulit pinky boy, mau aku mengajari mu?" Namjoon mengedipkan mata dan tersenyum merendahkan.

"Diam !! aku tidak menabrak mu !! aku tidak akan minta maaf !! tidak setelah semua rasa sakit yang harus aku lewati untuk memasuki hutan bodoh ini hanya demi pekerjaan yang bodoh juga dari orang-orang antisosial seperti kalian !! " Bentak Jin setelah berhasil mendirikan tubuhnya dengan susah payah.

Secret PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang