Hanya Aku, kan?

2 0 0
                                    

Hanya Aku, kan?

Hati ini terkoyak, kepingan halus merasuk coba mengikis. Genangan air mata sebagai buktinya, bahwa luka halus ini memang ada.

Bukan tanpa alasan raga ikut terluka, sebab rasa yang mulai menyiksa. Sesetianya engkau padaku, ada masa dimana kau coba untuk merela, tapi akhirnya mencoba melepas.

Bukankah terlalu kurang ajar caramu? Pertama kau genggam aku dalam buaian. Itu sangatlah manis. Rupamu juga wujudkan kebaikan hati. Senyum tulus selalu terpatri, canda yang hadirkan tawa tanpa pamrih.

Aku jadi jatuh padamu. Pesona lain kau terus tunjukkan, tak henti bahkan sampai membuatku bosan. Hanya saja, mana hati yang selama ini terbungkus rapi?

Rupanya kau coba untuk memanipulasi. Hei, coba kemari sebentar. Sadarkah hatimu -ah setidaknya itu- akan aku yang ada di sini?

Mari kita uraikan lagi. Aku siap terkoyak untuk menerima hadirmu. Aku siap menerima untuk terus kau jatuhkan. Mau seberapa kurangnya aku padamu selalu aku usahakan. Maka, sekarang apa yang kau buktikan?

Kau tak mampu dan aku terluka. Aku kembali kekubangan itu. Kau hanya angkat aku sementara untuk membuatku kering, lalu kau lemparkan aku ke tempat yang sama.

Benarkan? Kau hanya ingin membuatku terluka.

"Bukan begitu, Sayang."

Berhenti. Ini sudah usai. Jangan melompat terlalu jauh hanya untuk menjangkauku. Jangkauan kita sekarang beda. Beda rasa, hingga membuatku ingin mati.

Setidaknya, sekali ini saja turuti aku. Jangan mengejar atau bahkan membual, bahwa cintamu tulus dan katanya abadi.

Ini usai, kenanganmu kan kukubur.

Tapi, tunggu dulu. Ternyata aku menyimpan benci untukmu. Sebab itu, mari kita buat ini secara impas.

Siap? Oh atau kini saatnya kau menyerah? Baguslah. Aku siap pergi untuk menerima ini semua. Dan lagi-lagi, memang aku yang harus menanggung derita.

Yie Ai Ri
07 Mei 2019
13:46

Up
25619
11:09

ONE MORE ONE THING (AGAIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang