Namanya Frasya Claresta, yang sering dipanggil Rasya. Gadis cantik yang usianya sekitar delapan tahunan. Matanya sipit, pipinya yang tembem, membuat siapa saja ingin mencubitnya. Rambutnya berponi seperti barbie, dan itu sangat menggemaskan.
Sering dia melihat seorang anak laki-laki duduk sendiri dibawah pohon besar disebuah Taman dekat rumahnya. Setiap kali dia menyapa atau pun mengajaknya bermain, anak laki-laki itu enggan membalas sapaannya, yang ada dia pergi begitu saja tanpa berkata apapun. Rasya tak pernah merasa bosan, dia sangat senang dengan apa yang dilakukannya,walaupun anak laki-laki itu selalu menghindar.
Sungguh kasihan...
Anak laki-laki itu, bernama Arga Ravendra Mahardika. Usianya lebih tua dari Rasya, hanya beda satu taun. Satu kalimat yang harus kalian tau..
Dia tak suka diganggu!
****
Pagi ini, Rasya sedang bersepeda berkeliling komplek, dia sengaja mampir ke taman hanya untuk sekedar melihat anak laki-laki itu. Terlihat lah Arga yang tengah duduk santai dibawah pohon besar,dengan mata tertutup dan kepalanya disenderkan ke pohon. Rasya pun menghampirinya dan berdiri tepat di hadapannya.
"Hai?" sapa Rasya.
Arga membuka matanya, melirik Rasya sekilas "Dia lagi" batinnya. Dia hendak bangkit dari duduknya, namun Rasya kembali bersuara.
"Tunggu!" niat Arga terurungkan, dia kembali duduk dan menatap Rasya dengan alis sedikit terangkat seolah berkata "apa?". Kedua manik itu pun bertemu,cukup lama mereka bertatapan.
"Aku pengen kenalan sama kamu" mengulurkan tangannya.
Bukannya membalas uluran tangan itu, Arga bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.
"Jangan pergi! aku cuman pengen kenalan sama kamu terus habis itu main sama kamu, sepuluh menit juga gak papa kok. Aku juga ingin temenan sama kamu. Nama kamu siapa?" teriak Rasya
Hup
Langkah Arga terhenti. Garis lengkung muncul di wajah Rasya.
"Arga" balasnya dengan sedikit menengok kebelakang." Kalau aku Ra..." belum sempat dia mengenalkan namanya, Arga langsung saja memotong ucapan Rasya.
"Besok gak usah kesini!"Deg
Rasya pun berlari menghampiri Arga. "Emang kamu mau kemana?" Tanya Rasya dengan mata berkaca-kaca. Meminta penjelasan darinya. Karena bagaimanapun juga Rasya ingin berteman dengannya.
"Arga sayang, ayo Nak." Panggil seorang wanita yang begitu familiar di telinga Arga. Membuat mereka menoleh ke sumber tersebut.
Mama Arga, Kirana, yang tengah berjalan kearah mereka. "Kamu temen Arga ya? Aduh..sayang maaf ya, Arga nya harus pergi sekarang." Kata Kirana.
"Pergi kemana tante?"
Kirana menunduk untuk menyejajarkan tingginya dengan kedua anak di depannya.
"Arga, Tante, sama papanya Arga, mau pindah rumah." Jelasnya. "Yah..kok pindah? Aku kan pengen maen sepedah-sepedahan sama Arga" Ucap Rasya, cemberut."Nama kamu siapa sayang?"
"Nama aku Frasya tante..."
Kedua tangan Kirana memegang pipi chuby milik Rasya. "Nanti kalau Tante gak sibuk, kita main kerumah kamu. Boleh kan?"
"Iya boleh. Rumah aku gak jauh dari sini. Kalau Tante sama Arga mau main, dari sini Tante tinggal lurus terus sampe ada mushola. Abis itu belok kanan, nanti disebelah kiri ada pager besar. Itu rumah aku..." Jelas Rasya, bersemangat.
Kirana mengangguk mengerti. "Ya sudah sekarang Tante sama Arga pamit ya? Kamu jangan sedih. Tante yakin kamu pasti nemuin teman yang lebih baik dari Arga." Kirana tersenyum tulus. Begitu juga dengan Rasya, membalasnya dengan senyuman hangat.
Kirana melepaskan tangannya dari pipi Rasya. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya. "Ini gelang punya Arga buat kamu. Anggap aja ini hadiah dari Arga sebelum pergi." Pinta Kirana menyerahkan gelang berwarna hitam itu.
Rasya mengambil ragu-ragu gelang yang ada di tangan Kirana. "Ma..makasih Tante". Kirana hanya mengangguk mengiyakan.
"Kalau begitu Tante sama Arga pergi dulu? Kamu baik-baik disini. Salam buat orang tua kamu." Kirana bangun dari duduknya. "Ayo Arga?"
"Tunggu!"
Rasya mengambil sesuatu dari rambutnya. Kaki Rasya berjalan mendekat kearah Arga. "Arga ini jepit punya aku. Aku ambil gelang kamu, kamu juga ambil ya jepit punya aku? Anggap aja ini kenang-kenangan dariku. Mau kan?"
Tangan Arga mengambil benda mati itu dari Rasya. "Oke aku ambil..."
"Ayo Nak, bentar lagi keretanya berangkat."
"Aku pergi..." pamit Arga, Rasya hanya mengangguk kecil.
Rasya menatap sedih punggung kedua orang itu. Yang perlahan lahan, jauh dan jauh dari pandangannya. Satu bulir air mata mengalir di pipinya. Dia berbalik dan berjalan menuju sepedanya untuk pulang ke rumahnya. Dengan perasaan sedih.
💫
Maaf jika kebanyakan typo. Baru pemula 😄😄
Bantu dukungannya yah...
Voite terus yahh....Jangan lupa makan😊
Jangan lupa follow @cchyti_See you...