💧prelude💧

11.6K 872 106
                                    

Bruk!

Donghyuck terjatuh ke atas lantai koridor yang dingin saat seorang siswa yang lewat menyenggolnya dengan keras, akibatnya bokongnya menghantam lantai dengan keras dan tak perlu waktu lama suara isak tangis dan rengekan terdengar dari bocah berusia 16 tahun itu.

“Huks, sakiiit”

Kedua temannya –Jaemin dan Renjun yang tak sempat mencegah kejadian itu buru – buru ikut berjongkok untuk menenangkan bocah itu, pun dengan laki – laki yang rupanya Kakak senior yang tak sengaja mendorongnya. Penyesalan dan rasa takut menghantui karena semua orang disekolah tau jika ada yang berani membuat bocah ini menangis maka ia akan berhadapan dengan orang yang terkenal dengan kekejamannya di antara para siswa.

Mark lee, putra tunggal pemilik yayasan sekolah sekaligus tunangan bocah manis itu.
“sakit sekali ya? Ayo bangun dulu Haechanie, kami akan mengantarmu ke UKS.” Ucap Jaemin, si pemuda cantik berperangai lembut yang sudah menjadi sahabatnya sejak bangku menengah pertama. Lain dengan Renjun, si mungil lucu itu mendelik tajam dengan ocehan pedas yang tertuju pada si empu salah.

“Matamu itu, jika tidak berguna maka kau sumbangkan saja pada yang lebih membutuhkan! Kau membuat sahabatku menangis dasar sial!” omelnya tanpa perduli jika korbannya adalah kakak kelas.

Donghyuck mengangguk, wajahnya sampai memerah menahan sakit. Berpegangan pada lengan Jaemin, keduanya membantu bocah itu untuk berjalan ke UKS.

Namun belum ada selangkah sosok yang paling tidak mereka inginkan untuk mereka lihat sekarang malah muncul dengan raut wajah mengeras. Aduh rasanya Donghyuck ingin menyublim saja.

“Apa yang sedang terjadi?” suaranya berat tanpa intonasi.

“Ah itu, Haechanie terjatuh.” Renjun menjawabnya pasrah. Percuma saja berbohong, tidak ada gunanya jika tangisan Donghyuck semakin menjadi – jadi.

“Seseorang mendorongnya?”
Keduanya mengangguk, menunjuk si tersangka yang tampak mengkeret ketakutan.

Mark menatapnya tajam, lalu memberi isyarat pada dua temannya yang sejak tadi berdiri disampingnya dengan wajah penuh minat untuk menggiring anak itu ke atap. Dia peru satu dua pukulan dan tendangan agar berhati – hati lain kali.

“Biar aku yang membawanya ke UKS. Kalian kembalilah.”

Mark dengan mudah meraih Donghyuck kedalam gendongannya dan membawanya ke UKS tanpa kesulitan yang berarti. Sementara si mungil memeluk lehernya erat sambil menyembunyikan wajah, jantungnya berdebar keras manakala semakin dekatnya tempat tujuan mereka. Tangisnya masih belum bisa ia atasi.

Tak ada pembicaraan yang terjadi selama perjalanan hingga Donghyuck dapat mencium aroma disin fektan khas unit kesehatan dan tubuhnya Mark baringkan di atas ranjang kemudian ia menjauh untuk menghampiri pintu.
Donghyuck menatap sekelilingnya, tak menemukan siapa – siapa bahkan dokter Kim yang selalu standby di tempat.

Lalu Suara kuncian pintu terdengar, membuat Donghyuck yakin apa yang selanjutnya terjadi.

Wahai air mata tolong berhentilah, kalau tidak Mark Hyung akan menghukumku.

“Apa kau menangis karena pantatmu menghantam lantai?”

“I, iya Hyung, ung.. i-ini sakit hiks!”

Mark mengangguk pelan, kedua tangan besarnya meraih ikat pinggang yang menempel di pinggang celana sang kekasih dan melepaskan kain tersebut.

“kalau begitu mari kita lihat, separah apa cederamu.” Kemudian ia membalikkan tubuh itu dan melepaskan celana dalam putih milik Donghyck hingga bokong mulus tanpa cela itu terpampang jelas di depan wajahnya.

“Aaa, ini sedikit memar.” Dustanya sambil menampar pipi bagian lunak itu dengan telapak tangannya yang besar dan panas.
Donghyuck memekik keras.

“Ja, jangan Hyung! Itu sakiiit.” Donghyuck berusaha menghentikan tangan Mark yang semakin keras mendarat, membuat pipi pantatnya memerah.

“Maka berhentilah menangis.” ujarnya dingin, lalu kembali memosisikan anak itu hingga kembali terlentang.

Bukannya semakin berhenti malah semakin menjadi. Mark berdecak, setelah ini dia ada ulangan matematika dan kekasihnya tidak mau berhenti menangis. pemuda itu melirik sesuatu yang semakin mengeras di antara kedua pahanya. Menggeliat minta di bebaskan. Apalagi saat pemandangan indah yang tersaji di hadapannya ini, ditambah dengan air mata yang masih betah mengalir membasahi pipi gembil itu. Sial, mana bisa dia menyia – nyiakan nikmat seindah ini.

“jangan salahkan aku jika besok kau tidak bisa berjalan, ayo pulang.” Ucapnya sambil membantu anak itu memakai celananya. Lalu menggendongnya keluar dari sana. Donghyuck sendiri hanya bisa pasrah.

Pada akhirnya Mark memutuskan untuk lepas kendali. Persetan dengan ulangan matematika. Yang ia inginkan saat ini adalah menyetubuhi kekasihnya yang sedang menangisitu dengan kasar hingga larut malam.

Mark tak butuh aprosidiak untuk membuatnya terangsang, hanya setetes air mata di pipi gembil kekasihnya sudah cukup untuk membuat penisnya menggeliat hebat dan menjadi tangguh hingga berjam – jam.

***
Jadi,  ini versi panjangnya one shot markhyuck yang pernah kubuat dulu.  Yang pernah baca pasti tau ini ceritanya kayak gimana.

Aku juga buat versi Nomin sama Casrennya.  Nanti bakalan kupublish.

Hope you like it guys.

Thank you

Your Tears | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang