Universe 1 : Seoul

41 10 9
                                    

Contrary to how I feel,
PAINFUL WORDS come out.
I made you struggle and
I'm strunggling too ...

~~~

Hana POV.

... retakan, asap, kemudian gelap.

***

Senyumanku perlahan mengembang.

Aku selalu memimpikan masa-masa itu tiba. Tak peduli berapa banyak orang yang menganggap hal itu tak mungkin bisa terjadi. Aku tetap berusaha untuk mewujudkannya, sekeras apa pun langkahku nanti.

Kini, mimpi itu tepat berada di hadapanku. Seolah tersenyum menyambut kedatanganku untuk memeluknya, dan tak sabar mendengar napasku ketika ia mendekapku dalam dinginnya kota.

Aku menghela napas panjang. Pikiranku seakan kembali menjelejahi waktu di masa lalu. Ketika mulutku mengucapkan kalimat itu. Tanpa memikirkan banyaknya resiko yang ada, dan tanpa tahu bisakah aku melakukannya?

Sederhana, tetapi terdengar menyakitkan. Ini bukan sekadar mimpi yang hanya dapat dinikmati dalam pikiran. Bukan imajinasi yang ada dalam khayalan. Lebih dari itu, ini sebuah harapan yang harus diwujudkan. Menyakitkan karena kau harus mendengar tawa mereka dan kata 'mustahil' yang terus berkoar tanpa rasa kesakitan.

Takdir tak pernah menyakiti pemiliknya, justru pemiliknya yang tak percaya betapa indahnya takdir, kalau kau menyadari itu.

Kau hanya perlu menjalani, ikhlas.

Lalu selebihnya, hanya ada ketenangan.

Itulah yang berusaha kulakukan. Ketika kakiku berjalan di atas harapan. Tak jarang alas yang kupijaki menyimpan banyak duri hingga membuat berdarah kaki.

Ah, siapa pun orangnya, bukankah ia berhak sedih dan bahagia?

Apa yang terjadi di dunia ini adalah siklus. Ada waktu dimana kita merasa menjadi orang paling menyedihkan, tetapi percayalah hal itu tidak akan berkepanjangan. Nanti. Pasti. Kita akan kembali berada di atas dan menjadi orang paling beruntung.

Ternyata, perjuangan akan sebanding dengan hasil. Butuh waktu yang panjang untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi harapan. Sebut saja itu sebagai proses. Proses untuk mewujudkan harapanku sangat panjang, butuh waktu bertahun-tahun sampai pada akhirnya kaki ini dapat berpijak di tanah orang.

Mereka menyebut negeri ini dengan julukan Land of The Morning Calm.

Aku pikir, kau bisa dengan mudah menebaknya.

Di negara itulah, kini aku berpijak.

~~~

Waktu yang tepat untuk mulai menetap. Sebab, musim semi baru saja dimulai. Bunga sakura bermekaran di sepanjang jalan di pusat kota Seoul. Warna merah muda itu menarik setiap pasang mata untuk menatapnya. Sangat cantik. Membuatku tanpa sadar tersenyum.

Kau pernah merasakan menyantap segelas teh hangat ketika sedang hujan? Perasaan itulah yang tengah kurasakan sekarang. Hanya saja, ini lebih memuaskan.

Bisakah aku memiliki tanaman itu? Bisakah aku menanamnya di depan rumahku?

Aku sangat menyukainya, sungguh.

Bus berhenti. Membuat pandanganku beralih sesaat.

Seorang pemuda bertubuh tinggi berjalan mendekati kursiku. Ia tampak segar dengan hoodie berwarna biru tua itu. Kepalanya mengangguk menikmati irama musik yang mengalir dari sepasang ear-bud-nya di telinganya. Sementara matanya yang sipit melihat-lihat sekitar mencari kursi kosong.

Universe [ON GOING]Where stories live. Discover now