~Happy Reading~
Mata seorang gadis cilik dengan boneka beruang di tangannya itu terbelalak dibalik pintu. Melihat interaksi antara seseorang yang begitu dikenalnya. Dimana melihat pertengkaran yang memang bukan hal asing lagi yang ditunjukan oleh kedua orang tuanya.
"Udah aku bilang. Kamu nggak usah ngurusin urusan aku." Geram Tomas ayah dari gadis itu mengarahkan telunjuknya pada wanita yang merupakan istrinya.
"Kamu bermesraan dengan wanita lain. Dan itu urusan aku mas, kamu suami aku." Kata Maria mencoba menyadarkan sang suami bahwa apa yang dilakukan pria itu salah.
"Berani melawan kamu!. Ingat walaupun kamu istri sah aku kamu nggak akan pernah bisa mendapatkan tempat selayaknya istri di kehidupanku." Tomas berkata sembari mencengkram rambut Maria.
Maria yang mulai mengencangkan tangisnya mencoba melepaskan cengkeraman tangan suaminya itu pada rambutnya.
"Ingat kalau bukan Ayah sama Ibu aku yang menjodohkanku denganmu, aku nggak akan sudi menikahi wanita sepertimu."
"Kenapa kamu membenciku mas. Kamu bisa menceraikanku dari dulu atau menolak perjodohan itu jika memang kamu tidak menyukaiku." Isak Maria.
Semuanya tak luput dari pengelihatan gadis kecil itu. Semuanya!.
*****
Hening.
Suasana ruang makan yang hanya didominasi suara benturan antara sendok dengan piring yang menghiasi ruang makan itu setiap paginya.
Gadis kecil dengan seragam merah putinya itu menatap sang ayah yang bergerak seakan membereskan barang barangnya dan pergi tanpa sepatah kata pun.
Selalu seperti itu!!.
"Mamah. Mamah yang antar Adella hari ini ya?." Ucap gadis itu dengan mata berbinar menatap sang ibu.
"Nggak, Mamah sibuk harus ke butik. Kamu berangkat sama Pak Sarto aja." Ucap Maria. Kentara dengan nada tak acuh.
"Tapi Della mau Mamah yang anter." Mohon Gadis kecil itu pada sang ibu. Bahkan untuk mengantarkannya ke sekolahpun hanya supir.
"Mamah bilang nggak bisa Della, Mamah sibuk." Ucap Maria melihat ponselnya sembari sesekali memasukan sarapannya pada mulutnya.
"Mamah sama papa kok sibuk terus sih. Adella mau diater mama sama papa sekolah. Sehari aja mah." Gadis itu kembali memohon pada ibunya mengacungkan jari telunjuknya memberi isyarat.
"Mamah bilang nggak ya nggak, kamu ngeyel banget sih dibilangin!. Kalo kamu nggak mau berangkat sama pak sarto ya udah ngga sekolah juga nggak apa-apa!." Ucap Maria dengan keras kepada anak tunggalnya itu.
Sementara gadis kecil itu pun menatap sang ibu dengan mata yang mulah berkaca.
"Yaudah Della berangkat mah." Gadis itu mengusap air mata yang sempat terjatuh dengan punggung tangannya. Lalu mencium tangan sang ibu dan berjalan keluar. Sesekali melihat ke belakang berharap ibunya menghentikannya dan berkata. 'Ayo Mamah antar sekolah.' Namun sekali lagi itu hanya berharap. Tidak lebih.
Adella berjalan menuju parkiram dimana Pak Sarto. Supir pribadinya menunggu setiap paginya untuk mengantarkan gadis berusia enam tahun itu ke sekolah.
"Pak Sarto ayo berangkat." Ucap Adella sambil mendongak melihat supirnya itu yang tengah mengelap kaca mobil.
"Eh iya non ayo." Ucap Pak Sarto sambil membukakan pintu jok penumpang bagian depan pada majikan kecilnya itu.
"Pak sarto. Kenapa Papah sama Mamah nggak mau anter Della ke Sekolah sih, Della kan mau seharii aja dianterin sama Mamah sama Papah." Oceh Adella sembari menengok ke sisi kanannya memperhatikan pria paruh baya disampingnya itu mengemudi.
"Eh. Kan Mamah sama Papah-nya non Della sibuk. Dulu juga Pak Sarto gitu. Kalo emaknya Pak Sarto sibuk Pak Sarto berangkat sekolah sendiri." Hibur pak sarto mencoba memberikan pengertian kepada anak majikannya itu.
"Oh gitu yah?, dulu Pak Sarto juga sering liat emak nya Pak Sarto marahan sama Papah-nya Pak Sarto juga ya?." Mendengar itu raut wajah Pak Sarto berubah kaget. Bagaimana bisa gadis enam tahun menanyakan seperti itu padanya. Jika ia mangiyakan pertanyaan gadis itu pasti akan berdampak kedepannya. Gezz ia dalam posisi serba salah sekarang.
"Eh. Ya.... itu non kadang kadang emak sama bapak-nya pak sarto berantem karena pak sarto dulu nakal. Pukulin temen pak sarto sampe benjol."
Adella mengernyitkan keningnya. Gadis itu masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh supirnya itu.
Namun belum sempat ia menjawab mobil yang ditumpanginya mulai memelan, memasuki gerbang sekolah dasarnya.
"Non udah sampe. Ayo turun biar Pak sarto anterin enon sampe kelasnya."
Adella mengangguk patuh .
***
Sepulang sekolah Adella langsung mengganti bajunya dengan pakaian biasa. Dan berniat mencari sang ibu dengan membawa boneka beruang kecil kesayangannya.
Ia menuruni tangga setelah mengecek di kamar ibunya yang ternyata kosong. Ini memang sudah biasa ibunya selalu pulang lebih telat daripada dirinya. Tapi gadis itu selalu mengecek kamar ibunya jika sepulang sekolah. Berharap ia menemukan sang ibu dan mengajaknya bermain bersama. Imajinasi yang indah!!.
"Bik Inah." Panggil Adella melihat asisten rumah tangga keluarganya yabg tengah menyapu di dapur.
"Iya Non." Jawan biku Inah dengan berjalan tergesah gesah menghampirinya.
"Mamah belum dateng ya."
Bik Inah menghembuskan nafasnya.
"Belum non, nyonya paling pulang sore."
"Yah sore lagi."
"Kan nyonya sibuk, Non Della mainnya sama bik inah aja yah?." Ucap wanita paruh baya itu mencoba menghibur Adella yang tengah menundukan kepalanya.
"Tapi Della mau main sama Mamah. Masa Mamah sibuk terus, kan Della nggak ada temennya."
"Non Della kan masih ada bik inah. Atau non mau bibik temenin main ke lapangan liat temen temen non main bola."
"Nggak mau, disana ada Tomi yang ngatain Adella nggak punya Mamah Papah. Della nggak suka Tomi." Adella dengan mata yang mulai berkaca dan perubahan nada suara yang melirih.
Namun tak berapa lama tersengar suara deru mobil yang terdengar seperti memasuki pekarangan rumah.
"Bibik itu mamah kayaknya." Adella lari menuju teras rumahnya. Melihat Maria yang turun dari mobil.
"Mamah. Mamah Della mau main sama Mamah."ucap Adella menggoyangkan tangan kanan sang ibu.
"Ck... diem. Mamah lagi cape. Kamu main aja sama Bik inah atau pak sarto sana!." Maria menghentakan tangan kanannya dengan keras. Sampai membuat putri semata wayangnya itu terdorong ke belakang. Dan pergi meninggalkan Adella yang menatap nanar ibunya dengan nafas yang tersengal menahan tangis.
~
Don't forget to vote and comments😆❤
~Tbc~
Irishallin19 ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Adella
Teen FictionTakdir baik memang tidak berada pada setiap orang. Bukan seperti mereka yang kekurangan dan tidur di kolong jembatan. Bukan juga seperti mereka yang ditinggalkan kedua orang tua. Takdir Adella adalah sesuatu yang memaksanya berfikir dewasa di usian...