Tunduknya Sang Badboy

772 20 1
                                    

Motor Kawasaki hitam memasuki parkiran SMA 'Pelita Harapan', dengan di susul oleh empat motor yang berada di belakangnya.

Alaksa. Cowok itu membuka helm'nya, tangannya bergerak memperbaiki jambul pendek menawannya itu.

Leon, sahabatnya, menghampiri dan menepuk pundak Alaksa "Gimana cewek gak kepincut sama lo? Setiap pagi tebar pesona"

"Tau lo, Al. Bagi satu aja penggemar lo buat gua" Sambar seorang cowok dengan badan kurus, berambut gondrong berkulit hitam itu, mereka biasa memanggil dia kibo. Padahal dia memiliki nama asli Julian Fernandez. Salut!

"Ck. Mau Alaksa kasih semua penggemarnya. Mereka gak bakal mau sama lo, Kibo" Hina pemuda berkulit putih tampan. Mereka biasa memanggilnya, Aro.

Alaksa terkekeh melihat wajah Kibo yang sangat mencerminkan wajah orang ternista sedunia. "Muka lo gitu amat, bo" Ledek Alaksa yang tak tahan.

"Gimana? Ganteng?"

"Nista" Jawab Alaksa, dan detik itulah tawa ketiganya meledak. Kibo? Wajahnya terlihat sangat sangat nista sekarang.

Poor Kibo!!

"Gua ngambek ya sama lu lu pada. Bilangin incess budi nih??" Ancamnya melotot tajam. Bukannya takut, lagi-lagi tawa mereka meledak mengundang tatapan lapar para siswi yang lewat.

"Ekhem" Dehem Leon menghentikan tawanya. Pandangannya beralih pada gadis yang sedang berjalan menghampiri mereka "Leon, jadi?" Tanya gadis itu ketika sudah sampai di hadapan Leon, Alaksa, Aro, dan Kibo.

Leon menganggukkan kepalanya "Jadi kok. Mau gua anter ke kelas?" Tawar Leon.

Namanya Raina, gebetan Leon. Sifatnya benar-benar lucu, berbicara super duper santun, meskipun begitu, dia merupakan sosok yang friendly. Membuatnya selalu disukai para siswa.

Gadis itu menggeleng "Gak usah. Itu ada Chelsea"
"Udah ya, bye" Raina lalu langsung berjalan menuju temannya, Chelsea.

"Aduh adem banget ya? liat orang deket terus, jadian nggak" Sindir Kibo dengan melirik Leon

Aro mengangguk "Iya nih, bo. Suasananya berubah ya?"

"Berisik lu pada! Ayo lah masuk kelas" Sentak Leon dan berjalan pergi.

Ketiga temannya tertawa melihat gelagat Leon "Susul!"

Dan sekarang keempat cowok itu sudah berjalan beriringan kembali menuju kelasnya.

"Alaksa, buat lo" Seorang gadis memberikan coklat dan bunga ke arah Alaksa.

Leon, Aro, dan Kibo saling lirik menunggu respon yang akan Alaksa berikan, yaa,, meskipun mereka tau respon apa yang akan diberikan.

"Gua pergi" Tanpa ba bi bu Alaksa langsung meninggalkan gadis yang menundukkan wajahnya.

"Neng Febri, mending sama a'a ibo. Nanti a'a ibo deh yang beliin eneng coklat satu truk" Gadis itu menatap Kibo tajam. "Beli gorengan aja masih beli 3 ngaku 2. Sok'sok an mau beliin coklat se truk!"

"Benar-benar menohok" Gumam Kibo sambil menatap kepergian Febri. Leon dan Aro yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak,

"Gila tu cewek. Omongannya super tsades" Kekeh Aro yang mencoba meredakan tawanya.

Kibo menatap jengkel kedua temannya "Udahlah, gua mau nyusul abang Alaksa"

"DIH KAYAK CEWEK PMS LU, AMBEKAN" Teriak Leon yang masih tertawa. "Ikutin!"

***

Sekarang sudah menunjukkan waktu 11.00 Wib. Bel istirahat baru berbunyi sekitar 1 menit yang lalu. Namun, Leon, Aro, dan Kibo sudah berada di kantin 1 jam yang lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang